Kini Zain telah sampai di lokasi perjamuannya. Suasana tampak ramai, semua tamu telah datang bersama pasangan mereka masing-masing. Zain memasuki restoran dan disambut hangat oleh Farhan.
"Hai, Zain. Apa kabar?" sapa Farhan seraya merangkul temannya itu, Zain langsung melepas rangkulan tersebut tanpa menjawab pertanyaan Farhan.
"Oh ayolah, wajahnya jangan menyeramkan gitu. Ini pesta yang bahagia, jadi bersenang-senanglah." Farhan melihat sekeliling Zain, mencari keberadaan seseorang.
"Zain, dimana istrimu?"
"Mungkin dia masih di perjalanan, nanti juga datang sendiri."
"Apa? Berangkat secara terpisah? Kalian tidak saling bertengkar kan?"
"Tidak," jawab Zain, datar.
Zain melengos pergi begitu saja, ia merasa kesal dengan pertanyaan yang menyerbunya. Dari awal Zain tidak ada niatan bawa Alisa. Tapi ancaman mamamu itu, benar-benar membuatnya kesal. Baru saja memasuki restoran, Zain sudah merasa bosan. Andai saja Luna yang berada di sampingnya, mungkin ia tak akan cepat merasa bosan seperti ini.
Beberapa menit kemudian, Alisa datang. Ia memasuki restoran yang sudah dipenuhi tamu undangan itu. Sorot matanya memandangi ke semua arah di depannya. Dan ia belum menemukan sosok Zain di sana.
Tidak ada siapapun yang ia kenal di dalam restoran ini. Ia bingung harus melakukan apa.
Prang!
Tiba-tiba ia tidak sengaja menabrak seorang pelayan yang membawakan minuman untuk para tamu. Alisa tidak fokus dengan jalanan di depan, dia menoleh-noleh mencari keberadaaan Zain. Itulah sebabnya ia tidak sengaja menabrak pelayan tersebut.
"M-maaf, saya tidak sengaja," ucap Alisa kemudian berjongkok untuk membantu membersihkan pecahan kaca.
Semua orang yang ada di sana seketika memandang ke arahnya. Alisa menjadi pusat perhatian para tamu. Sebelum Alisa memegang pecahan kaca yang berserakan itu, seseorang terlebih dahulu sudah menarik lengannya untuk berdiri.
"Kau apa-apaan, hm?"
"Mas Zain?"
"Itu tugas pembantu, jangan mempermalukanku," bisik Zain tepat di telinga Alisa.
Zain pun tersenyum palsu. Dia pura-pura perhatian terhadap istrinya.
"Kau tidak apa-apa? Kau tidak terluka kan?" ucap Zain memperlihatkan wajah cemasnya sembari memegang kedua tangan Alisa. Lalu, memeluk gadis itu sambil mengelus lembut rambut Alisa.
Semua tamu wanita terlihat begitu iri dengan Alisa, Alisa terlihat sangat beruntung memiliki suami seperti Zain.
Zain yang kalian lihat tidak seperti itu, dia berpura-pura. Asal kalian tahu, ingin sekali Alisa mencabik-cabik pria di depannya ini. Hatinya begitu sakit setiap kali mendengar kata-kata yang menyakitkan dari Zain.
Zain melepas pelukannya, melihat pelayan itu membersihkan serpihan kaca. Kemudian Alisa mengucapkan permintaan maaf pada pelayan tersebut.
"Sayang, kenapa kamu minta maaf? Kamu itu tidak salah, pelayan itu yang salah. Kau mengerti?" Ucapan Zain terdengar begitu lembut, berbeda dari biasanya yang di rumah.
Beberapa jam sudah terlewatkan, mereka semua menikmati jamuan yang disajikan. Sampai pada akhirnya Zain diminta minum bersama. Di sini maksudnya minuman beralkohol.
"Tidak, aku tidak akan minum malam ini."
"Jangan gitu dong, Zain. Untuk merayakan keberhasilan kerja sama kita kau harus minum juga. Benar gak para tuan-tuan?" Ucapan Farhan terlihat menantang Zain untuk meminum minuman beralkohol itu.
Farhan menyungging senyum, pria itu menuangkan bir ke dalam gelas. Lalu menyodorkannya pada Zain. Kalian menanyakan keberadaan Alisa? Sebelum Farhan menawarkan minuman itu, Alisa sudah izin pergi ke toilet terlebih dahulu.
"Kau takut Zain? Apa kau takut tidak akan kuat? Lihat kami, kami semua sudah menghabiskan satu gelas bir di sini."
"Cobalah, Zain."
Zain menatap gelas itu, lalu beralih menatap Farhan. Ia berdiri, dan langsung menyambar botol bir di depan Farhan. Zain meneguk semuanya tanpa ada sisa. Farhan yang melihat itu terlihat tersenyum smirk sambil tepuk tangan. Para tuan-tuan yang di sana juga ikut tepuk tangan.
Mendengar tepukan itu, ditambah rasa kesal sejak awal, Zain mengambil botol berisikan minuman beralkohol lagi. Dan kini dalam sekejap Zain telah meminum tiga botol sekaligus.
Di sisi lain, Alisa keluar dari toilet. Tiba-tiba dua pria menghadangnya.
"Permisi, saya mau lewat," ucap Alisa sopan.
"Hai cantik, kau mau kemana? Tidak usah takut, ayo ikut kami."
"Kalian siapa? Pergilah jangan ganggu saya!" Alisa berteriak, ia mulai ketakutan di sini. Tak ada seorang pun yang datang untuk menolongnya.
"Ayolah, jangan takut. Ikutlah dengan kami, dan kami akan membuatmu bersenang-senang," ucap salah satu pria itu lalu tertawa, kemudian berjalan mendekati Alisa.
Seketika Alisa mulai gemetaran, ia pun perlahan mundur. Kini tubuh Alisa sudah membentur tembok, dan dua pria itu mulai mendekat.
"Berhenti di situ, jangan mendekat! Tolong ..." teriak Alisa, ia menangis ketakutan.
"Lepaskan! Lepaskan saya, siapapun tolong..."
Kedua pria itu menarik tangan Alisa. Sedangkan Alisa berteriak sekeras mungkin agar ada yang menolongnya. Percuma saja, mungkin mereka yang di luar tidak akan mendengarkannya, karena suasana di sana sangat ramai. Mereka sedang asik menikmati perjamuan.
Dua pria tersebut menyeret paksa Alisa. Gadis itu berusaha memberontak, melepaskan pegangan tangan kedua pria itu. Tapi tenaganya tidak sekuat itu.
Tiba-tiba seseorang memukul kepala salah satu pria tersebut dengan botol alkohol hingga botol tersebut pecah. Kemudian menendang pria satunya lagi hingga tersungkur ke lantai. Setelah itu dengan sigap ia menarik Alisa ke dalam dekapannya.
"Mas Zain?" lirih Alisa.
"Kurang ajar!" umpat salah satu pria tersebut.
Kedua pria itu marah, hingga akhirnya terjadi perkelahian antara Zain dan kedua pria tersebut. Satu lawan dua itu tidak adil. Mesti begitu, Zain tetap bisa melawan dua kecoa di depannya itu.
Berkali-kali Zain memukulnya, dan mereka sering tersungkur. Bahkan salah satu pria tersebut sudah terkena pecahan botol alkohol tadi. Namun kedua pria tersebut tetap masih bisa bertahan.
Tiba-tiba pandangan Zain menjadi buram, kepalanya terasa pusing berat. Sepertinya efek alkohol sudah mulai bekerja. Melihat gelagat Zain, Alisa mulai khawatir. Ia merasa Zain telah minum begitu banyak.
Hanya dengan mendapat satu pukulan saja Zain sudah tersungkur. Tangan kirinya terkena pecahan botol, hingga membuat darah mengalir segar dari telapak tangan Zain. Alisa yang melihat itu berteriak meminta tolong.
Sebelum akhirnya Zain akan dipukuli habis-habis oleh kedua pria tersebut. Farhan telah datang bersama para tamu pria yang lain.
Kedua pria yang telah menggoda Alisa sudah ditangkap, dan akan dibawa ke kantor polisi. Alisa menghampiri Zain, membalikkan badan, sudut bibir Zain terlihat lebam.
"Mas, apa kau tidak apa-apa?" tanya Alisa.
"Tidak apa-apa bagaimana! Cepat bawa aku pulang!"
Zain masih setengah sadar belum sepenuhnya pingsan, Farhan bersama Alisa pun memapah Zain, lalu membawanya keluar dari area toilet.
Bersambung ...
24 Juli 2022
Terima kasih untuk semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY
Romance"Jika bukan karena aku membutuhkan biaya operasi adikku, aku tidak akan pernah mau menerima tawaran ini."-Alisa Anindita. "Jangan pernah mengharapkan cinta dariku, karena wanita yang kucintai bukanlah dirimu."-Zain Aditya Raharja. Menjadi istri dari...