Bab 6 - Love to Hate

49.9K 4.4K 66
                                    

"LIST MEMBUAT RAFANDRA DEVAN ALEXANDER MENDERITA"


2. Merecoki hidup Rafandra hingga membuat laki-laki itu tidak nyaman di kantor.


SELAIN menyebarkan rumor buruk tentang Rafandra, Lingga akan melakukan hal yang lain secara bersamaan, yaitu: membuat Rafandra tidak nyaman di kantor. Sebenarnya saran yang diberikan Rizki terbilang kandidat paling kuat, karena dengan begitu Rafandra bisa saja mengundurkan diri dari kantor ini. Dan dengan begitu, Lingga akan kembali menjalani kehidupan damainya sebelum bertemu Rafandra.

"Apa gue bilang, Lif? Tuh cowok emang gak bener," celetukan pertama keluar dari mulut Lingga, ketika Alif mengajaknya mengobrol saat mereka berdua tengah minum kopi di dapur kantor sambil berdiri.

Muhammad Alif menghela napas, ia menatap secangkir kopi yang masih mengepul di genggamanya dengan tatapan muram. Padahal hari ini begitu cerah, tapi entah mengapa suasana hatinya sangat mendung sampai rasanya malas melakukan aktivitas.

"Kenapa ya cewek suka begitu?" gumam Alif sendu. "Suka kagum sama cowok lain, tanpa mikir perasaan cowoknya sendiri. Coba kalau gue bilang pengen kawin sama Anya Geraldine, dia pasti udah tiga hari tiga malem kagak bales chat gue," tambahnya.

Lingga mengernyitkan dahinya. "Emang sekarang lo gak ngambek tiga hari tiga malem sama si Icha?" tanya Lingga.

Alif mendesah, ia menoleh kepada Lingga. "Mana bisa? Pas dia bilang, 'atutututu sayang, cemburu ya? Aku kan cuma bercanda' gue langsung luluh gitu aja. Cinta ini udah buat gue buta, Li," ucapnya dengan menggelengkan kepalanya. Seolah persoalan cinta selalu rumit untuk dikatakan.

"Kasian banget lo," gumam Lingga mengangguk-nganggukan kepala memahami betul sistematika hubungan percintaan yang cukup mengerikan. "Kasian banget," tambahnya lagi.

"Padahal tuh direktur belum satu minggu di sini, tapi udah bikin lo ribut sama Icha. Hebat juga," kata Lingga seraya menyesap kopi miliknya.

"Lo bener, Li. Gue makin gak suka sama dia," gumam Alif membenarkan.

Mereka berdua saling terdiam, sampai akhirnya mendengar langkah kaki seseorang berjalan memasuki dapur kantor. Kontan mereka berdua menoleh ke belakang, dan menatap sesosok pria tinggi yang kini tengah menatap mereka dengan heran.

"Oh? Pagi Pak Rafandra." Alif spontan menyapa ramah sosok pria itu yang diketahui atasannya sendiri. Semoga atasan barunya itu tidak mendengar apa yang dikatakan Lingga dan Alif sebelumnya.

Rafandra tersenyum hangat. "Pagi, Lif. Kalian berdua lagi ngopi ya?" tanya Rafandra berbasa-basi. Dari gelagatnya, sepertinya ia tidak mendengar apa yang Alif dan Lingga obrolkan. Syukurlah.

"Iya nih, Pak. Nanti kan ada rapat, kalau ngopi dulu biasanya suka lebih fokus," balas Alif lagi dengan nada sungkan. Sedangkan Lingga tidak terlihat ingin mengeluarkan sepatah kata pun pada Rafandra. Padahal ia harus merecoki kehidupan lelaki itu selama di kantor, namun sulit sekali baginya memaksakan diri di depan lelaki yang sangat ia benci itu.

"Bener banget, Lif. Saya juga mau ngikutin kamu ini, mau ngopi," katanya ringan sambil mengambil gelas, dan kopi sachet yang tersedia di lemari dapur.

Alif merasa tidak enak. "Mau saya bikinin aja, Pak? Masa Bapak bikin sendiri," kata Alif menawarkan diri. Ia melirik kepada Lingga untuk bereaksi sama seperti dirinya, akhirnya dengan sekali tarikan napas Lingga juga ikut menawarkan diri membuatkan kopi untuk Rafandra.

"Iya, Pak, masa Bapak yang bikin sendiri. Biar saya aja yang bikin, terus nanti saya bawa ke ruangan Bapak," kata Lingga menambahkan. tapi ia masih berdiri di tempat yang sama seolah-olah tidak serius dengan tawarannya sendiri.

Spring Romance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang