Bab 29 - A Beautiful Morning

36.1K 2.9K 75
                                    

LINGGA Paramitha tidak tahu keputusannya berpacaran dengan Rafandra tepat atau tidak, tapi yang jelas ia tidak perlu keluar dari perusahaan. Memang benar awalnya ia yang dikuasai emosi sampai memutuskan resign, cuma zaman sekarang mencari pekerjaan di perusahaan seperti Xavier sangat sulit ditemukan.

Lagipula masih ada kata putus, bukan? Ia hanya perlu bertahan selama tiga bulan, lalu semuanya akan kembali ke titik semua sebelum dirinya bertemu dengan pria itu. Seperti yang dikatakan Rafandra di bianglala, bahwa dirinya yang akan pergi dari hidup Lingga.

"Karena aku cinta sama kamu. Dari pertama kali liat kamu, sampe saat ini. Aku masih percaya kalau kita bisa sama-sama. Apa itu menjawab pertanyaan kamu?"

Lingga menarik napasnya dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan. Lagi-lagi ia teringat ucapan pria itu saat di bianglala. Kenapa sulit sekali mengusirnya dalam pikiran?

Matanya menatap kosong langit-langit kamar hotel sementara kedua tangannya meremas selimut yang menyelimuti sebagian tubuhnya. Tiba-tiba saja ponselnya yang berada di sisi ranjangnya bergetar tanda bahwa ada seseorang yang mengirim pesan. Ia mengambil ponselnya dan membaca isi pesan itu yang muncul di layar depan ponselnya.


Pak Rafandra: Goodnight, Li. Aku udah boleh ngirim kayak gini ke pacar aku, kan?


Apa pula si Rafanda mengirim pesan macam ini? Sungguh menjengkelkan. Lingga pun segera mengganti pengaturan ponselnya menjadi mode tidur, sehingga notifikasi apa pun dari ponselnya tidak akan terdengar sampai besok pagi. Setelah itu ia kembali menaruh ponselnya di sampingnya.

Lingga berusaha memejamkan matanya supaya bisa tertidur, karena besok ia dan rekan-rekannya harus pulang ke Indonesia.

Setelah beberapa menit dirinya tidak kunjung tidur, gadis itu perlahan membuka matanya dan mendesah pelan. Baiklah, tidak ada salahnya membalas pesan pria itu.

Ia mengambil ponselnya lalu membuka pesan yang dikirim Rafandra.


Lingga: Goodnight juga, Pak. Balasnya singkat.


Tak begitu lama, Rafandra langsung membalas pesan Lingga. Pria itu memang sedang menunggu balasan pesannya atau bagaimana?


Pak Rafandra: Aku pikir kamu udah tidur. Btw kok agak aneh ya kamu manggil aku Bapak gitu wkwk. Mulai sekarang kalau bukan di kantor ngomong sama akunya informal aja, supaya lebih enak buat akunya juga. Gimana?


Lingga: Oke, siap.


Rafandra: Manggil Sayang juga boleh hehe.


"Ih apa sih nih orang, kek jamet banget tingkahnya," gumam Lingga pelan.


Lingga: Oke, Fan, aku tidur dulu ya. Ngantuk.


Lingga memilih tidak mau bertele-tele agar obrolan menggelikan ini segera berakhir.


Rafandra: Rasanya aku masih belum percaya kalau sekarang kita beneran pacaran. Aku terlalu excited jadi maaf aku ganggu waktu tidur kamu. Tidur yang nyenyak ya, Li."


"Tiga bulan. Pacar cuma tiga bulan!" gerutu Lingga meralat perkataan Rafandra di pesan yang ia kirim. Gadis itu tidak lagi membalas pesan Rafandra, ia menaruh ponselnya di sampingnya dan mengubah posisinya menjadi miring ke sebelah kanan.

Spring Romance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang