Bab 30 - I Forgot, I Have a Boyfriend

31.1K 2.8K 57
                                    

MENJADI pacar sementara Rafandra Devan Alexander tidak terlalu membebani seperti yang dipikirkan Lingga. Pada awalnya memang begitu, cuma sepertinya Rafandra berusaha mungkin untuk tidak menjadi pacar yang obsesif. Lingga pun mulai nyaman berbincang dengan pria itu. Terlebih, tidak ada satu pun orang yang mengetahui hubungan mereka berdua. Lingga bahkan menutupi hal ini dari dua teman baiknya, Karin dan Ucup. Ia tidak mau dibilang, "Kan akhirnya ngejilat lidah sendiri," kata-kata itu sudah terbayang diotaknya semisal ia mengaku pada dua orang itu.

"Kamu jadinya gak resign ya, Bu Lingga?" Pertanyaan itu ditanyakan oleh Fifi kepada Lingga ketika mereka semua sedang makan siang di kantin.

"Ibu tau dari mana?" tanya Lingga kaget.

"Dari Pak Rafandra," sahut Fifi langsung. "Katanya permintaan pengunduran diri kamu ditolak sama direktur utama, karena kamu udah berkontribusi terlalu banyak buat perusahaan, kayaknya mereka sayang ngelepas kamu," tambahnya dengan senyuman.

Dessy yang duduk di sebelah Lingga kontan terbelalak kaget. "Serius? Wah! Kok lo gak bilang apa-apa sih Li sama gue?" serunya heboh.

"Gue juga baru tau kemaren dari Pak Rafandra," ujar Lingga.

"Terus gimana? Lo jadinya gak resign, kan?" tanya Azahra yang ikut antusias.

Lingga berdeham kecil, ia bingung cara menjawabnya. Di satu sisi, ia tidak boleh kelihatan terlalu mengharapkan kenyataan itu—mengingat sikapnya yang angkuh saat mengundurkan diri, bahkan ada tragedi kabur segala—di satu sisi lainnya, ia memang bahagia karena tidak jadi resign.

"Sebenernya sih masih ragu-ragu, cuma gimana ya, gue emang udah nyaman banget kerja di sini, gajinya juga gede, belum lagi bonusnya. Setelah gue pikir-pikir, kayaknya emang gak perlu resign," kata Lingga sebijak mungkin. Mungkin Dessy akan menertawakannya dalam hati, tapi setidaknya jawabannya tidak membuatnya malu.

"Bener, Mbak!" seru Icha sembari menepuk tangannya membenarkan pilihan gadis itu. "Lagian kalau diliat-liat, Pak Rafandra juga baik banget sama Mbak," tambahnya.

"Omong-omong, gue beneran masih penasaran sama kejadian waktu itu deh, pas lo ribut besar sama Pak Rafandra sampe mutusin buat resign. Gara-gara apa sih?" Alih-alih fokus mengenai dirinya yang tidak jadi resign, Azahra justru masih penasaran dengan alasan Rafandra dan Lingga yang sempat ribut dulu. Semua orang spontan mencodongkan tubuhnya, tak terkecuali Fifi yang sempat kena semprot oleh Rafandra setelah kejadian itu. Waktu itu ia bahkan nyaris menyerahkan surat pengunduran diri juga saking tak kuatnya menghadapi Rafandra.

Lingga gelagapan, ia benar-benar sudah kehabisan alasan sekarang. Ia melirik Dessy meminta pertolongan. Dessy menggeleng pelan, ia juga bingung harus bagaimana cara membantu Lingga. Namun tiba-tiba saja Dessy menangkap sosok yang ia kenal tengah memegang nampan berisi makanan.

"Eh itu Pak Rafandra!" kata Dessy cepat-cepat sambil menunjuk Pak Rafandra. Spontan rekan-rekan kerjanya lain menoleh ke arah Rafandra, hal itu pun membuat pria tampan ikut menoleh ke arah mereka.

"Pak Rafandra kenapa gak bilang kalau mau makan di kantin?" tanya Fifi yang panik karena Rafandra tiba-tiba ada di kantin, padahal katanya ia ada janji makan siang. Sedangkan semua perempuan yang duduk di meja itu sibuk menggeser-geser agar menyisahkan tempat duduk untuk Rafandra.

"Tadinya aku mau makan di luar, tapi ternyata acaranya gak begitu lama jadi aku milih balik ke kantor," katanya pada Fifi. Ia melirik Lingga sekilas lalu mulai duduk di sebelah Dessy.

"Kalian lagi bahas apa?" tanyanya berbasa-basi.

Semua orang di meja itu seketika menegang. "Cuma bahas-bahas kerjaan aja, Pak. Sama bahas Bu Lingga yang gak jadi resign," sahut Dessy mulus. Lingga menoleh cepat kepada Dessy, kenapa temannya itu harus membawa-bawa namanya?

Spring Romance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang