LINGGA tidak bisa tidur nyenyak semalaman. Kepalanya pusing, dan wajahnya pucat. Well, siapa juga yang masih baik-baik saja dalam keadaan seperti ini? Sudah ribut bersama tiga orang perundungnya, bertemu mantan kekasihnya, sampai hubungannya harus kandas karena kepergok berpelukan bersama mantan kekasihnya.
Tapi meskipun begitu, ia tetap memaksakan untuk masuk ke kantor. Omong-omong bagaimana dengan Rafandra? Apakah pria itu baik-baik saja? Masalahnya apa yang terjadi semalam juga salah Lingga. Ia membiarkan Arsena masuk ke dalam kosannya, dan ia juga membiarkan pria itu memeluknya. Karena itulah ia tidak bisa mengatakan apa-apa semalam kepada Rafandra, ia menyadari kesalahannya. Sial, ia juga tidak sempat meminta maaf kepada Rafandra semalam.
"Baru dateng lo?" tanya Dessy yang kaget melihat kedatangan Lingga yang lebih mirip seperti mayat hidup ketimbang orang yang siap bekerja.
Lingga mengibaskan sebelah tangannya sebagai jawaban. "Hm-mm," sahutnya acuh tak acuh. Dessy menautkan kedua alisnya bingung tapi memutuskan untuk tidak berkomentar apa-apa.
"Oh iya, denger-denger katanya Pak Rafandra ngambil cuti beberapa hari," kata Rosa pada Dessy dan Lingga. Kedua orang itu langsung menatap Rosa dengan kaget.
"Kenapa?" tanya Lingga cepat.
Rosa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Aku juga gak tau. Tadi aku denger Bu Fifi lagi ngobrol sama Bu Shinta buat ngambil alih kerjaan Pak Rafandra," katanya sambil menunjuk ke belakang dengan jempolnya.
"Kok lo tau, dan gue gak tau?" tanya Dessy yang masih bingung. Biasanya kalau bukan Lingga yang dapat berita baru, pasti dirinya. Tapi sekarang ia seperti orang bodoh yang ketinggalan banyak berita seperti ini.
"Makanya ini aku kasih tau," sahut Rosa polos.
"Alasannya apa? Kenapa tiba-tiba?" desak Dessy ingin tahu.
"Aku juga gak tau, Kak. Coba tanya aja sama Bu Fifi, dia pasti punya jawabannya," jawabnya.
Otomatis Dessy melirik pada Lingga, sementara gadis itu juga melirik Dessy.
"Dapur bentar," bisik Dessy yang langsung dimengerti Lingga.
Aduh, ini masalah tidak ada habisnya, pikir Lingga.
***
"Apa? Gila! Lo hampir bikin gue serangan jantung dua kali, tau gak!"
Lingga mengisyaratkan Dessy agar mengecilkan volume suaranya yang lebih mirip seperti ketua demo tersebut.
"Li... Li...baru kemaren gue tau lo pacaran sama Pak Rafandra padahal." Dessy menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan Lingga yang sering kali menimbulkan masalah sampai jantung Dessy harus selalu siap siaga agar tidak copot.
Lingga sendiri sudah bingung harus bagaimana, ia seperti tidak melihat jalan keluar saking kalutnya. Akhirnya ia menceritakan semuanya pada Dessy untuk dicarikan jalan keluar.
"Gini deh," kata Dessy memulai setelah melihat Lingga tampaknya tidak bisa menjawab. "Anggap aja lo sama Pak Rafandra gak ada urusan kantor, toh gak ada yang tau hubungan kalian selain gue. Jadi, tolong pikirin hubungan kalian pake perasaan. Lo suka gak sama dia?" lanjut Dessy tanpa bertele-tele.
Sesaat Lingga terdiam. Apakah ia suka Rafandra? Ya! Bukankah sebelumnya ia sudah mengakui itu semua?
"Iya, suka. Dia baek," jawabnya jujur.
Dessy menatap Lingga dengan mata menyipit. "Bangsat juga lo," gumamnya. Sudah habis-habisan memfitnah Rafandra, eh ia malah ikut jatuh hati juga. Kalau situasinya tidak serumit ini, Dessy pasti sudah mengejek Lingga habis-habisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Romance (END)
Fiksi UmumLingga Paramitha dikenal sebagai biang gosip paling top di bagian divisi pemasaran. Semua gosip dari golongan A sampai golongan Z, ia tahu sepenuhnya. Meskipun begitu, ia sangat menyukai kehidupannya. Kalau bisa dibilang, ia memang suka mendengar ki...