Bab 25 - Damn it!

37.7K 3.2K 31
                                    

MUSIM semi sering dianggap sebagai kesempatan untuk bertemu kembali dengan seseorang dari masa lalu. Pertemuan musim semi biasanya juga disertai kisah-kisah manis yang akan sulit dilupakan. Saking indahnya, kau merasa seperti alam semesta memanipulai jalan ceritamu.

Lingga Paramitha membuka matanya yang terasa berat. Ia mengusap air liur yang mengalir di sudut bibirnya, dan memaksakan tubuhnya bangkit dari ranjang. Ia menguap lebar-lebar sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

Ketika nyawanya sudah mulai mengumpul, ia baru menyadari kalau ia tertidur masih menggunakan pakaian yang kemarin. Kepalanya menoleh ke lain arah, dahinya mengerut saat melihat sudah tidak ada teman-temannya di ranjang.

"Lo udah bangun?" Suara itu berasal dari pintu kamar mandi. Lingga tersenyum samar melihat Dessy tengah mengeringkan rambutnya yang baru keramas menggunakan handuk kecil.

"Sumpah kepala gue sakit banget," erang Lingga sembari menyentuh kepalanya sendiri.

"Padahal lo cuma minum tiga gelas kecil lho, Li. Cemen banget," kata Dessy setengah mendengus.

"Iya dah si paling peminum pro," sahut Lingga dongkol. Gadis itu terdiam sejenak karena teringat kejadian semalam. Kalau dipikir-pikir, bagaimana ia bisa sampai ke hotel ya? Aneh sekali, ia tidak mengingat jelas apa yang terjadi semalam.

"Des, semalem gue bisa balik ke hotel gimana ya?" tanyanya.

"Lo gak inget?" Dessy balik bertanya dengan nada heran. Lingga menggelengkan kepalanya.

Dessy mendesah pelan. "Abis minum lo balik sendiri ke hotel. Pas kita semua udah pada balik ke kamar, gue udah liat lo terdampar di kasur," jelas Dessy.

"Jadi gue balik sendiri gitu?" seru Lingga agak kaget.

"Iya, lo balik sendiri."

Lingga mengangguk-ngangguk. "Tapi kok gue gak inget apa-apa ya..." gumamnya dengan memiringkan kepalanya mencoba mengingat-ngingat bagaimana ia bisa sampai ke hotel, tapi ia benar-benar tidak ingat.

"Udah, udah, yang penting lo nyampe ke hotel selamet," kata Dessy. "Mending lo cepetan mandi terus turun ke bawah buat sarapan. Tari sama yang lain udah pada di bawah soalnya," tambahnya.

"Oke," cetus Lingga seraya bangkit berdiri. Walaupun ia juga bingung mengapa dirinya bisa kembali ke hotel sendirian, tapi apa yang dikatakan Dessy ada benarnya juga, yang penting ia kembali ke hotel dengan selamat. Mungkin kalau ia sudah mandi, makan, ingatannya tentang semalam akan datang sendiri.

Tapi kenapa ada sesuatu yang mengganjal di dadanya ya? Sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman.

***

Cuaca hari ini begitu cerah, cocok untuk siapa pun mereka yang ingin berjalan-jalan. Sayang sekali, karena minuman semalam, Lingga tidak bisa benar-benar menikmati pagi ini karena kepalanya masih terasa nyut-nyutan meskipun tidak separah saat dirinya bangun pagi tadi.

"Napa lo Li? Pucet amat muka lo," komentar Alif yang memilih duduk di samping Lingga.

"Biasa Lif, anak cupu kagak bisa minum," kata Dessy yang menyahut ucapan Alif. Gadis itu meletakkan secangkir teh hangat di hadapan Lingga.

"Minum dulu supaya enakan," katanya.

"Thank you," gumam Lingga seraya menyesap teh hangat itu dengan perlahan.

"By the way, Pak Rafandra mana ya? Kok belum keliatan daritadi," kata Dessy mencari-cari bos mereka yang belum turun.

"Kayaknya dia masih tidur deh, tadi aku sempet ketok-ketok pintu kamarnya tapi gak ada jawaban," jawab Fifi yang duduk di meja sebelah Dessy.

Spring Romance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang