FIFI terkejut bukan main saat melihat bagaimana tangan kanan Lingga mendarat begitu mulusnya di pipi Rafandra. Ia sampai menahan napas saking kagetnya dengan apa yang barusan ia lihat.
"Maaf, Pak. Tadi sumpah ada nyamuk di pipi Bapak," kata Lingga panik karena kedatangan Fifi yang sangat tiba-tiba.
Rafandra menyentuh pipinya yang baru saja ditampar oleh Lingga. "Gakpapa, gakpapa..." lirihnya.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Pak." Lingga segera membalikkan badan dan berjalan dengan langkah terburu-buru keluar ruangan Rafandra.
"Bapak gakpapa?" tanya Fifi takut-takut. Lingga sungguh mengerikan. Ia pikir kebencian gadis itu kepada Rafandra sudah memudar, tapi ternyata malah semakin membesar. Bahkan gadis itu berani menampar pipi Rafandra. Wah, sungguh menakjubkan keberanian gadis itu.
"Gakpapa kok," sahut Rafandra cepat-cepat. "Lain kali kalau habis ketuk pintu, tunggu saya bilang masuk dulu ya, Bu Fifi?" katanya.
Fifi menganggukan kepala. "Baik, Pak. Tadi saya buru-buru pengen ngasih tau tentang jadwal rapat sama Pak Direktur hari ini. Sekali lagi saya mohon maaf, Pak," kata Fifi yang merasa tidak enak hati karena melihat kejadian tidak terduga itu. Rafandra pasti malu karena ada saksi mata yang melihat aksi tamparan itu. Ia jadi merasa bersalah.
***
Berita mengenai Lingga yang menampar Rafandra sudah menyebar dengan luasnya di divisi pemasaran, tinggal menunggu salah satu pegawai mereka menyebarkan informasi itu ke divisi lain. Sudah diyakini satu karyawan satu perusahaan mendadak heboh.
"Sumpah, gue gak sengaja tadi," kata Lingga membela diri saat semua orang menuduhnya melakukan penganiayaan kepada Rafandra.
"Gue tau lo kagak suka sama Pak Rafandra, Li. Tapi jangan terlalu bersemangat gitu lah. Kasian tau," kata Alif tidak habis pikir.
Lingga menghela napas. "Dibilang gue kagak sengaja soalnya ngeliat ada nyamuk di pipi dia," tandasnya. "Emang aja tuh Bu Fifi bikin gosip yang enggak-enggak."
"Karma itu," celetuk Dessy dengan pandangan mata yang fokus ke depan komputer. "Lo juga kan dulu suka bikin gosip yang kagak-kagak," lanjutnya yang tidak menolong sama sekali.
"Terima kasih atas pengingatnya, Nyonya Dessy. Kata-kata Anda sangat menghantam jantung saya," kata Lingga setengah menggeram.
"Terima kasih kembali, Ibu Lingga. Saya dengan senang hati menghantam jantung Anda," balas Dessy tidak terpengaruh.
Tari tertawa melihat interaksi antara Dessy dan Lingga. "Lagian, Li, lo ada-ada aja deh. Orang-orang sampe bilang kalau lo hater-nya Pak Rafandra, tau," katanya.
"Masa iya?" tanya Lingga kaget.
"Iya! Di seluruh kantor udah tau kalo lo hater sejatinya Pak Rafandra. Gue sih udah kagak kaget kalau lo tiba-tiba dipecat, soalnya rumornya udah nyampe Direktur," kata Tari heboh.
Lingga melempar satu butir permen yang ada di atas mejanya. Tari dengan sigap menangkapnya, ia membuka bungkus permen itu dan memasukkanya ke dalam mulut.
"Gue kalau jadi Pak Rafandra sih keknya udah benyek-benyek muka lo Li," tambah Azahra yang dari tadi menunggu giliran menghujat Lingga.
Lingga tertawa kering. "Kampret," dengusnya. Ia mengubah posisinya menjadi ke depan layar komputernya. Gadis itu merasa Rosa tengah melirik dirinya.
"Apa? Lo juga mau ngeledek gue?" tanyanya. Rosa cepat-cepat menggelengkan kepala.
"Nggak kok, Kak. Cuma syok aja Kakak cantik tapi petarung sejati. Saya kagum," akunya jujur. Karyawan lain yang mendengar itu tertawa terbahak-bahak, khususnya Dessy yang sangat ingin puas menertawakan teman kerjanya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/309735283-288-k382776.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Romance (END)
General FictionLingga Paramitha dikenal sebagai biang gosip paling top di bagian divisi pemasaran. Semua gosip dari golongan A sampai golongan Z, ia tahu sepenuhnya. Meskipun begitu, ia sangat menyukai kehidupannya. Kalau bisa dibilang, ia memang suka mendengar ki...