Bab 36 - I Think I Like You

34.7K 3.2K 94
                                    

"GUE gak tau kalau lo punya adek cewek." Rafandra mendatangi kursi yang diduduki Dewi Riana Putri—teman satu kelasnya—sekaligus seseorang yang diharapkan dapat menjadi jembatan antara dirinya dengan Lingga. Seperti yang Maya bilang sebelumnya bahwa Lingga adalah adik Dewi, walaupun ia yakin kalau mereka sudah pasti tidak bersaudara.

Dewi yang kaget karena Rafandra menghampiri mejanya membulatkan matanya di depan laki-laki itu. Ia menyunggingkan seulas senyum terbaiki yang ia miliki.

"Adek?" tanya Dewi tidak mengerti.

"Lingga," sahut Rafandra langsung. "Maya bilang anak baru yang namanya Lingga itu adek lo," tambahnya lagi.

"Ooh Lingga," seru Dewi terlihat antusias. "Dia sahabat baik gue dari kecil, kita sekolah di SD yang sama, dan rumah kita juga deket. Gue udah nganggep dia sebagai adek sendiri," jelas Dewi pada Rafandra.

"Tapi kenapa lo tiba-tiba nanyain itu? Dia buat salah pas MOS?" tanya Dewi yang merasa aneh karena Rafandra menghampiri mejanya hanya untuk menanyakan Lingga. Ya memang sih Rafandra itu memiliki kepribadian yang sangat ramah. Tapi laki-laki itu tidak pernah mendekati seseorang lebih dulu. Siapa pun bisa dekat dengan pria itu hanya dengan menyapa, dan mengajaknya mengobrol. Setelah itu? Laki-laki itu akan fokus dengan kesibukannya sendiri. Ia tidak pernah menjalin hubungan menjalani hubungan mendalam dengan siapa pun, bahkan bersama teman satu gendernya sekalipun.

Rafandra menggeleng pelan sebagai jawaban. "Dia cantik," ujarnya. Dari awal Rafandra tidak berniat sama sekali untuk menutupi perasaannya. Di dalam pikirannya, ia hanya ingin mengetahui mengenai gadis bernama Lingga itu dan mengenalnya lebih baik. Ia sama sekali tidak pernah berpikir bahwa hal itu akan menyakiti Lingga.

"Dia emang cantik," gumam Dewi tampak terkejut dengan sikap terus terang Rafandra namun ia menutupinya dengan sangat baik.

"Dia punya pacar?" tanya Rafandra lagi.

Dewi mengerjap-ngerjapkan matanya. "Kenapa lo nanya kayak gitu?" Bukannya menjawab pertanyaan Rafandra, gadis itu justru balik bertanya.

"Gue suka sama dia," jawab Rafandra lugas tanpa ragu sama sekali.

"Lo suka sama Lingga?" pekik Dewi tertahan.

"Iya," jawab Rafandra lagi.

Dewi tertegun begitu mendengar pengakuan Rafandra. Nampaknya ia tidak menyangka akan mendengar hal itu dari mulut laki-laki yang sulit didekati perempuan-perempuan di sekolah ini.

"Oke. Nanti gue sampein ya ke Lingga," kata Dewi akhirnya.

"Makasih, Wi. Bantuin gue ya?" pinta Rafandra.

"Iya pasti gue bantuin Fan," kata Dewi mengiyakan permintaan Rafandra.

Respons yang diberikan Dewi tidak menimbulkan kecurigaan apa-apa bagi Rafandra. Laki-laki itu bahkan menganggap kalau Dewi mau membantunya mendekati Lingga, mengingat hubungan dua orang itu yang sangat dekat, Rafandra tidak memiliki pemikiran apa-apa.

Rafandra dan teman satu angkatan mereka sebenarnya sudah tahu kalau Dewi beserta geng-nya sering mengganggu anak-anak yang lain. Sejujurnya ia tidak menyukai tindakan yang dilakukan Dewi, namun ia merasa tidak perlu ikut campur. Terlebih lagi pada masa itu, mereka belum memiliki kesadaran tentang isu perundungan. Karena itu ia mengabaikan tindakan-tindakan yang dilakukan Dewi dan teman-temannya.

"Si Nemi sama Dewi apa kagak capek apa yak?" gerutuan itu berasal dari Indira yang sedang mengobrol dengan teman-temannya yang lain di depan meja Rafandra.

"Capek kenapa?" tanya Rafandra yang sedang fokus mengotak-atik kamera digital miliknya pribadi.

"Itu kemaren mereka ngelabrak adek kelas lagi," sahut Indira mengebu-ngebu. "Lo sih kemaren kagak masuk. Seru padahal," katanya sambil menunjuk Rafandra dengan telunjuknya.

Spring Romance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang