Bab 10 - Back to Hell

37.2K 3.3K 63
                                    

UNTUK pertama kalinya dalam hidup, Rafandra ingin sekali melarikan diri. Ia memang sudah biasa menjadi pusat perhatian, tapi tidak dengan cara seperti ini. Hampir semua pegawai perusahaan Xavier datang untuk melihatnya melakukan syuting video. Bukan itu saja, ia juga terbebani dengan sepenggal kalimat yang ada di skrip. Kalimat itu berbunyi, "Saya hanya mengonsumsi Sweet Honey untuk keseharian saya. Produk madu yang lain? Dihempaskan saja!"

Bagaimana bisa ia mengatakan itu ketika ia hanya mengonsumsi madu dari produk langganannya. Apakah itu akan menjadi pengkhianatan yang kejam? Sebaiknya ia tidak boleh memperlihatkan kepada orang-orang kalau dirinya mengonsumsi madu merek perusahaan lain, itu pun kalau ia mau menjaga nama baiknya.

"Pak gak usah tegang, santai aja," kata Lingga mengingatkan. Hari ini ia berperan sebagai sutradara yang memantau akting Rafandra yang sangat kaku, sedangkan para pegawai yang lain menjadi staff dadakan, ada yang menjadi make up artist, penata cahaya, figuran dadakan, khususnya Alif yang kini menjadi kameramen.

Entah mengapa Alif merasa bahwa Lingga sangat menikmati penderitaan Rafandra yang nampak jelas dari wajahnya. Alif tidak tahu mengapa Lingga terlihat begitu membenci direktur baru mereka, tapi Alif cukup merasa puas, karena ia juga tidak menyukai Rafandra—tentu saja karena alasannya berbeda—apalagi kini Icha tampak senyam-senyum tidak jelas karena berdiri di belakang Rafandra sebagai pegawai figuran.

Rafandra mengembuskan napasnya pelan, ia terlihat sangat tegang, bahkan kening dan tangannya berkeringat. Astaga kenapa dirinya mau melakukan hal semacam ini?

Lingga yang menyadari itu langsung mengangkat tangannya sebagai kode kalau mereka akan beristirahat sebentar. Gadis itu kemudian melangkah berjalan mendekati Rafandra.

"Bapak gakpapa?" tanyanya. Ia menyuruh Azahra mendekat untuk memberikannya tissu.

"Saya nervous ditonton banyak orang kayak gini, takut ngelakuin kesalahan," akunya.

"Santai aja, Pak! Semua cowok ganteng di muka bumi ini pasti dimaafin kok kalau bikin salah," kata Azahra bersemangat.

Rafandra tertawa pelan. "Oh teori dari mana itu? Setau saya, cowok selalu salah," jawabnya setengah bergurau.

"Cewek juga selalu disalahin Pak, kayak saya nih..."

"Maaf ya Pak," lirih Lingga meminta izin dengan suara pelan. Selagi Azahra berceloteh ke sana-kemari, Lingga lebih memilih mengusap peluh di kening Rafandra. Mungkin gadis itu ingin Rafandra terlihat sesuai yang ia harapkan di depan kamera, namun diperlakukan seperti ini oleh Lingga membuat lelaki itu gugup setengah mati. Ia bahkan tidak bisa mendengar apa pun selain suara degup jantungnya yang brutal.

Rafandra memandangi wajah Lingga dari dekat, dimulai dari kelopak matanya yang berkedip, hidungnya, pipinya, dan terakhir bibirnya yang sedikit terbuka. Gadis itu masih sama seperti terakhir kali Rafandra lihat, tidak ada yang berubah, kecuali potongan rambutnya yang pendek.

Gadis itu balas menatap mata Rafandra, sontak pria itu langsung mengubah tatapannya ke arah lain. Rafandra menyadari kalau sorot mata Lingga padanya langsung berubah dingin dan sangat tidak bersahabat.

"Oke, kita mulai lagi," cetusnya lalu mundur menjauh dari lelaki itu. Syuting pun kembali berlanjut, dimulai dari Rafandra yang berjalan di depan pintu perusahaan, masuk ke dalam lift, sampai berjalan ke kantor mereka. Beberapa figuran juga ditambahkan, seperti Azahra, Tari, Shinta dan dua pegawai lelaki sebagai pelengkap adegan-adegan dimana mereka mengonsumsi madu untuk keseharian.

"Cut! Syuting selesai!"

***

Syuting untuk konten video promosi madu Sweet Honey berjalan dengan lancar, sekarang giliran Lingga yang bekerja untuk melakukan editing video sekaligus menyumbangkan suaranya yang merdu untuk kebutuhan video tersebut.

Spring Romance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang