"LIST MEMBUAT RAFANDRA DEVAN ALEXANDER MENDERITA"
1. Menyebarkan rumor buruk tentang Rafandra.
MENYEBARKAN rumor buruk tentang seseorang tidak ada bedanya dengan memfitnah. Pepatah mengatakan kalau fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Karena Lingga tidak mungkin membunuh dan masuk penjara, maka ia akan melakukan fitnah.
"Tadi pas di kantin, lo ngobrol apaan sama Pak Rafandra?"
Lingga cepat-cepat menutup buku catatannya saat Dessy mendatangi mejanya. "Ooh itu? Biasalah, basa-basi aja, terus nanya kenapa gak ikut gabung pas makan siang tadi," jawab Lingga sesantai mungkin.
"Parah sih, dia down to earth banget ya?" Dessy berdecak kagum, sama sekali tidak curiga. "Sumpah gue belum pernah nemu orang sebaik dan seramah dia. Padahal kan kita bawahannya, tapi dia tuh gak nunjukin batasan apa pun. Perfect."
Lingga tidak menjawab, atau lebih tepatnya sengaja tidak memberi jawaban. Tak sudi baginya ikut mengakui kalau Rafandra sebaik itu. Mereka tidak tahu saja apa yang dilakukan laki-laki itu padanya di masa lalu.
"Kok lo diem aja sih? Lo gak terkesan sama Pak Rafandra?" tanya Dessy heran. Biasanya kalau urusan pria tampan, memesona, dan mendebarkan jantung, Lingga selalu maju paling depan. Tapi kenapa kini gadis itu tidak menunjukkan reaksi apa-apa, malah cenderung tidak tertarik.
"Terkesan," sahut Lingga setengah hati. "Cuma yaudah, emang gue harus jawab apa?" katanya sambil mengangkat bahu ringan.
"Yaa apa kek gitu. Kapan lagi coba kita nerima keberkahaan seindah ini dari Tuhan? Akhirnya setelah ber-abad-abad, ada juga yang bisa diliat di kantor ini. Apa ini tandanya jodoh gue makin dekat?" ujar Dessy dramatis, ia bahkan sampai menyatukan kedua tangannya dipadu senyum lebar yang tersungging di bibirnya.
Lingga mendongak, memerhatikan kegembiraan temannya yang seperti baru saja dipertemukan belahan jiwanya yang sebelumnya nyasar ke perempuan lain.
"Emang ganteng sih," gumam Lingga pura-pura mengakui. "Tapi entah kenapa feeling gue kurang enak sama Pak Rafandra, kayak apa ya... dia itu terlalu ramah dan ya agak bikin khawatir," ujar Lingga tampak berpikir.
Dahi Dessy berkerut tidak mengerti. "Bikin khawatir gimana?" tanyanya.
Lingga meringis lebar. "Nggak deh, takut dikira suudzon," katanya tidak enak hati, padahal itu hanya taktik agar sang target makin penasaran dengan apa yang ingin ia katakan.
"Ih jangan bikin penasaran dong. Apa sih?" gerutu Dessy yang mulai masuk jebakan.
"Aduh, gimana ya bilangnya." Lingga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lo nyadar gak? Kalau Pak Rafandra itu mentingin penampilannya dari atas sampe bawah, mana rapi banget. Tipe pesolek yang sebenernya kurang gue suka. Biasanya ya..." Lingga melirik ke kanan dan kiri untuk memastikan kalan situasi aman. Ia mencodongkan tubuhnya ke depan.
"Cowok yang mentingin penampilan, ramah ke cewek, baik, asik diajak ngobrol gitu artinya dia gay," bisiknya yakin. Sontak Dessy ternganga di tempat.
Satu detik... dua detik... Dessy tiba-tiba saja tertawa terbahak-bahak sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan, kontan hal itu membuat para pegawai lain yang tadinya fokus menatap komputer langsung melirik ke arah Lingga dan Dessy.
"Kok lo ketawa sih? Gue ngomong serius lho," pekik Lingga kesal karena Dessy malah tertawa.
"Lagian spekulasi lo nggak banget deh. Gay? Ya ampun Lingga, gak mungkin," kata Dessy mengibaskan tangannya tanda ia tidak percaya ucapan Lingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Romance (END)
Fiction généraleLingga Paramitha dikenal sebagai biang gosip paling top di bagian divisi pemasaran. Semua gosip dari golongan A sampai golongan Z, ia tahu sepenuhnya. Meskipun begitu, ia sangat menyukai kehidupannya. Kalau bisa dibilang, ia memang suka mendengar ki...