BRANDING atau cara yang sering digunakan perusahaan untuk membuat produk yang mereka pasarkan dapat melekat di pikiran konsumen. Untuk dilakukannya branding secara maksimal, acara seminar di universitas selalu menjadi sasaran paling tepat. Selain memiliki masa yang pasti, bekerja sama dengan pihak universitas dapat membuat produk mereka laku terjual untuk para mahasiswa. Tentunya menggunakan 'perintah dosen' menjadi cara paling ampuh agar para mahasiswa mau membeli produk yang dipasarkan. Walaupun sekarang situasi yang biasa mereka lakukan sangat berbeda karena...
"Eh, itu produk yang suka muncul di Tik Tok!"
"Beli madu gratis photocard direktur marketing? Demi apa dong? Anjir mo beli!"
"Ih gue nyesel gak ikut acaranya, gue denger si direktur marketing yang viral itu dateng lho!"
"Mantep banget kampus kita gercep sama acara begituan. Kebetulan temen gue panitia acaranya, nanti gue mau alasan ketemu dia ah, supaya bisa ketemu ayang direktur marketing."
Lingga Paramitha memijit pelipisnya yang terasa sakit. Di siang hari yang terik ini, bagaimana bisa para mahasiswa rela berkerumun di stand booth memperebutkan madu Sweet Honey yang harganya cukup mahal itu tanpa disuruh oleh dosen mereka. Unbelieveable!
"Kenapa cobaan hidup gue keroyokan begini dah?" gumam Lingga kepada dirinya sendiri. Siapa yang menyangka bahwa rencana balas dendamnya malah menambah berkah di kehidupan Rafandra. Melihat standing banner yang menampakkan wajah Rafandra sambil memegang produk Sweet Honey digunakan para mahasiswa perempuan untuk berswafoto, membuat Lingga ingin sekali mengamuk.
"Kayaknya gaji lo bakal naek deh, karena gegara video konten lo, produk kita laku keras." Lingga menoleh ke asal suara yang berada di sampingnya, ia tersenyum kecil menatap Silvi dari Divisi Humas yang kini tengah bersedekap sembari melihat pemandang kerumunan mahasiswa yang heboh bukan main.
Lingga menggelengkan kepalanya. "Lo juga keknya bakal naek gaji, soalnya ide lo beli madu dapet photocard direktur marketing itu di luar ekspektasi gue banget," katanya menunjuk salah seorang mahasiswa yang meloncat girang karena mendapatkan foto tampan Rafandra Devan Alexander.
"Makasih, tapi acara ini capeknya buset. Panitia acara sampe dimarahin karena tiket acara seminarnya gak cukup, akhirnya kita harus ganti tempat H-empat jam. Lo bayangin pusingnya anak Humas. Abis kayaknya gue pas rapat evaluasi," kata Silvi menghela napas berat. Sebenarnya jumlah tiket seminarnya sudah dibuat sesuai kesepakatan saat rapat, tapi respons di lapangan sangat berbanding balik dari yang sudah diputuskan. Karena hal kecil tersebut telah menyebabkan keributan, direktur humas memberi perintah untuk mengganti tempat yang awalnya berada di gedung Fakultas Ekonomi, menjadi gedung utama kampus ini yang ukurannya jauh lebih besar. Kebetulan masalah perizinan tempat bisa diurus dengan cepat, dan untung saja para panitia acara cukup cekatan. Seperti langsung mencetak tiket tambahan, menambah jumlah konsumsi yang dibutuhkan, mengatur ulang perangkat yang akan digunakan selama acara berlangsung, mengatur kursi bahkan sampai kembali melakukan gladi resik untuk memastikan bahwa semua telah sesuai dan tidak akan ada cacat sedikit pun.
Lingga ikut menghela napas. "Gue tau," sahutnya. Ini pertama kalinya mereka kewalahan dengan acara promosi produk, karena mereka belum berpengalaman dengan antusiasme orang-orang setelah konten video yang dibuat Lingga viral.
"Kasian para cewek-cewek itu, kalau tau si Rafandra itu homo, mereka pasti nangis termehek-mehek sambil guling-guling di trotoar," kata Silvi menunjuk para kerumunan perempuan itu dengan dagunya.
"Atau ada yang loncat-loncat karena kegirangan," balas Lingga menunjuk beberapa para lelaki lemah-lembut yang saling berteriak sambil mengibaskan rambutnya ke berbagai arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Romance (END)
General FictionLingga Paramitha dikenal sebagai biang gosip paling top di bagian divisi pemasaran. Semua gosip dari golongan A sampai golongan Z, ia tahu sepenuhnya. Meskipun begitu, ia sangat menyukai kehidupannya. Kalau bisa dibilang, ia memang suka mendengar ki...