RAFANDRA tahu, berciuman dengan seseorang yang sedang mabuk merupakan tindak kejahatan. Ia tidak seharusnya memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melakukan hal-hal seperti ini. Itu sama saja menunjukkan betapa brengseknya ia sebagai seorang laki-laki.
Tapi apakah semua orang juga bisa menahannya? Terlebih lagi orang yang kau cium adalah gadis yang sangat kau cintai.
Saat ciuman itu terlepas, Rafandra melihat Lingga tersenyum manis di hadapannya. Hati Rafandra bergetar. Gadis itu terlihat dua kali lebih cantik ketika tersenyum, dan kini ia memberikan senyuman tersebut pada Rafandra.
Rafandra mengubah posisinya menjadi duduk di samping Lingga, ia merangkul bahu gadis itu lalu membawanya ke dalam pelukan. Rasanya hangat dan nyaman. Entah mengapa pelukan ini membuat Rafandra merasa bahwa gadis ini sudah menjadi miliknya.
"Kita pacaran ya, Li," gumam Rafandra di telinga gadis itu.
"Hmm-m," jawab Lingga seraya membalas pelukan Rafanda dan menyandarkan dagunya di bahu laki-laki itu.
Rafandra tersenyum. "Bener ya? Hari ini kita mulai pacaran ya," tanyanya.
"Iya," kata Lingga. Pria itu menjauhkan kepalanya ke belakang, tangannya terangkat merapihkan rambut Lingga yang agak berantakan. Gadis itu tampak mengantuk.
"Kamu harus istirahat," gumam Rafandra. "Ayo, aku anter kamu ke kamar hotel," kata Rafandra menawarkan diri. Pria iyu mengubah posisinya jadi berjongkok namun posisinya menghadap ke belakang, agar lingga lebih mudah bersandar di punggungnya.
Tanpa mengatakan apa-apa, Lingga langsung berhambur ke punggung Rafandra. Rafandra dengan hati-hati mulai berdiri dan mengangkat kaki gadis itu. Sungguh tidak pernah terbayangkan olehnya kalau ia bisa menggendong Lingga.
"Parfum kamu wangi," gumam Lingga dengan hidung yang menempel di bahu Rafandra.
"Oh iya? Kalau gitu aku bakal pake parfum ini terus," ujar Rafandra.
"Kenapa?" tanya Lingga.
"Karena kamu suka," jawabnya.
"Emang kenapa kalau aku suka?" Lingga kembali bertanya.
"Karena aku juga bakal suka apa yang kamu suka," jawab Rafandra lagi.
Lingga mengerutkan dahinya heran tapi tidak mengatakan apa-apa. Ia mengangkat kepalanya dan melihat langit malam penuh dengan bintang.
"Jaemin, liat deh ke atas!" seru Lingga. Rafandra mengikuti pandangan Lingga ke atas.
"Indah ya?"
Rafandra mengangguk pelan. "Iya indah," katanya mengakui.
"Kayak kamu," sahut Lingga dibarengi kekehan kecil. Rafandra ikut terkekeh mendengar itu. Jadi maksudnya gadis itu mencoba menggoda dirinya? Lucu sekali.
Tak begitu lama, dua orang itu sampai di hotel tempat mereka menginap.
"Kartu kamar hotel sama kamu, Li?" tanya Rafandra pada Lingga. Tidak ada jawaban dari gadis itu. Rafandra menoleh ke belakang, dan ia melihat Lingga sudah tertidur nyenyak di bahunya.
Karena tidak ada pilihan lain, Rafandra akhirnya memutuskan untuk datang ke meja resepsionis dan meminta kartu cadangan kamar tempat Lingga menginap. Setelah membuktikan bahwa mereka memang menginap di hotel tersebut, resepsionis itu pun meminta salah pegawai hotel untuk membantu Rafandra mengantar Lingga menuju kamar hotelnya.
"You need help?" tanya pegawai itu pada Rafandra karena melihat pria itu tampak kesusahan. Kening pria itu pun tampak mulai berkeringat.
"No, its okay. I can handle this," jawab Rafandra ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Romance (END)
General FictionLingga Paramitha dikenal sebagai biang gosip paling top di bagian divisi pemasaran. Semua gosip dari golongan A sampai golongan Z, ia tahu sepenuhnya. Meskipun begitu, ia sangat menyukai kehidupannya. Kalau bisa dibilang, ia memang suka mendengar ki...