"Kak Renaldi, buka."
Reano sudah berdiri di depan kamar Renaldi, mengetuk nya cukup lama namun Kaka laki-laki nya itu tak kunjung membuka kan pintu nya, sungguh Reano menyesal kenapa dia harus memberi tahu apa yang dia sembunyikan selama ini.
"Kak Renaldi buka, Reano minta maaf" lagi namun tidak ada tanda-tanda bahwa Renaldi akan membuka kan pintu kamar nya.
"Kan Renaldi Reano mohon, kak Renaldi jangan kaya gini. Reano minta maaf udah buat Kaka jadi kaya gini, kak" suara Reano melemah tubuh nya terduduk di bawah menahan hawa dingin lantai marmer itu.
"Kak Renaldi!"
"Kak Renaldi jangan khawatir, Reano masih bisa hidup kalo Reano terus minum obat nya, Reano juga masih bisa kok masakin ka Renaldi, Reano juga masih bisa kok di pukuli sama Kaka di sekolah, atau di kurung di kamar mandi sampe pagi sama papa,Reano juga masih bisa nunggu papa anggap Reano kaya kak Renaldi walau itu mustahil, Reano masih Reano yang dulu kak ini semua ga akan ubah diri Reano, Reano masih bisa jalani semua nya kaya bisa kak" Reano mengatakan itu dengan senyum getir di bibir nya dengan tangis yang tertahan di dalam hati nya.
"Kak Renaldi jangan kaya gini, kalo kak Renaldi kaya gini Reano nyesel kasih tahu Kaka soal Reano, Reano kan udah bilang dari awal kalo kak Renaldi ga usah tahu soal Reano, kak Renaldi?" Reano terus mengetuk pintu kamar Renaldi walau dengan sisa tenaga yang dia punya.
Saat Reano sudah menyerah dengan tingkah Kaka nya itu, akhirnya dia lebih memilih pergi dari sana dan berlalu ke kamar milik nya yang terletak di samping kamar Renaldi , menutup pintu kamar nya pelan lalu kembali terduduk di lantai dengan menyembunyikan wajah nya di balik kedua lipatan tangan milik nya.
Sementara Renaldi dia hanya bisa menggigit bibir bawah nya dengan kencang saat reano mengeluarkan kalimat sederhana namun menyakitkan, sungguh rasanya ingin sekali berlari dan memeluk tubuh Reano lebih erat lagi, mengulangi semua nya dari awal lagi. Kenapa dia baru tahu sekarang kenapa tidak dari dulu, kenapa Reano si penuh luka itu bisa menyembunyikan rahasia besar seperti ini, bagaimana bisa Renaldi tidak tahu saat reano pergi ke rumah sakit atau check-up, bagai mana bisa Reano melakukan hal itu.
**
Pagi-pagi sekali Renaldi sudah pergi dari rumah, dia lebih dulu berangkat ke sekolah tanpa sarapan atau minum satu gelas air pun entah rasanya dia tidak sanggup untuk menatap mata reano satu detik pun, Rasanya sakit entah kenapa.
Hari ini bi Nina tidak akan masuk kerja karena saudara nya yang di luar kota Jakarta sedang sakit dan mengharuskan bi Nina untuk cuti beberapa hari ke depan, dia mengabari Reano pagi-pagi sekali, jadi hari ini Reano yang menyiapkan sarapan dan mengurus rumah selama bi Nina izin untuk libur beberapa hari ke depan. Namun satu piring nasi goreng yang Reano buat tidak di Sentuh sang pemilik nya sama sekali, mengahruskan reano sarapan seorang diri di dapur.
Rumah luas dan megah ini rasanya tidak berpenghuni sama sekali, Papa dan Mama nya selalu saja sibuk dengan urusan bisnis Kantor mereka, Renaldi yang jarang sekali di rumah, dan sekali nya mereka ada di rumah Reano sama saja merasakan hal seperti ini, diam, hening, dan sunyi. Dan jika tidak pukulan dan rintihan sakit dari bibir Reano saat Papa nya memukul dan mengunci nya di kamar mandi.
**
"Dara hari ini aku mau ke makam bunda, kamu mau ikut?" Tanya Reano saat diri nya fokus pada laju sepeda nya
Sementara Dara dia di belakang memegang bahu Reano, mendengar perkataan dari Reano barusan membuat gadis itu mengangguk girang.
"Kenapa enggak!...aku juga kangen sama bunda" jawab Dara seraya turun dari sepeda Reano saat sepeda Reano sudah berhenti di parkiran sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REANO ERLANGGA: and the wound
Разное"Pah... reano juga Pengen di banggain kaya ren." "Bunda Reano Rindu." "Dara reano mau ketemu sama bunda..." Kisah Reano Erlangga. Cowok berusia 18 tahun yang bermimpi mendapat kebahagiaan dari keluarga-nya namun semua itu hanya mimpi dan ilusi. hi...