25

156 27 2
                                    

Guys jngn lupa vote nya yaa🙌

"Lo cari taksi, CEPET" Bentak Renaldi pada Dara. Seakan tidak perduli dengan sentakan tersebut Dara hanya bisa mengangguk dan mencari taksi, dan tidak perduli dengan pertanyaan yang saat ini memenuhi otak nya.

^^^^^^^^^^^^^

"DOKTER, SUSTER" Teriak Renaldi di sepanjang lorong rumah sakit, dia berlari kencang menggendong Reano di punggung nya.

Dan beberapa perawat datang membawa brankar menghampiri Renaldi, Reano, dan Dara. Tubuh lemas Reano kini terbaring lemah di atas nya, wajah cemas, takut dan marah terlihat di wajah Renaldi, sesekali laki-laki itu mengusap air mata nya sambil terus ikut mendorong barnkar untuk masuk ke IGD.

Dara, sudah tidak terhitung lagi berapa banyak air mata itu terjatuh, tubuh nya bergetar hebat, dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuh itu. Dara menggenggam kuat tangan dingin Reano.

"Reano, semua bakal baik-baik aja, kamu bakal baik-baik aja aku percaya itu" Ucap dara dalam hati nya.

"Mas sama mba tunggu di sini, biar kami yang menangani" Salah satu perawatan menahan tubuh Renaldi dan Dara, saat mereka memaksa untuk menerobos ikut masuk ke dalam.

"Sus ga bisa, dia adek saya. Saya harus ikut sus saya harus menemani adik saya" Pinta Renaldi memohon. Namun sang suster tidak menggubris apa yang dia katakan. Lalu pintu pun tertutup.

Dara menatap Renaldi tajam, sungguh apa katanya tadi, Adik, jadi yang selama ini Reano bicarakan adalah Renaldi, Kaka yang selalu menyakiti ya. Tidak perduli, kini Dara menarik tangan Renaldi untuk menjauhi pintu IGD yang sudah tertutup.

Plak

Dara menampar keras pipi kiri Renaldi hingga pipi laki-laki itu memerah. Seakan tidak puas dengan satu tamparan kini Dara kembali menampar nya, 2 kali Dara belum puas dan 3 kali nya dara menampar pipi Renaldi hingga laki-laki itu tidak bisa bergeming sama sekali.

"Reano nyuruh gue buat ga benci sama Kaka nya, tapi ternyata lo Kaka nya Reano, jadi gimna caranya buat gue ga benci lo?" Dara menatap Renaldi yang juga ikut menatap nya.

"Tampar lagi, gue tahu lo belum puas dengan tiga tamparan itu, gue tahu lo pasti kaget lihat gue datang gitu aja kan, gue tahu lo semarah apa sama gue saat ini"

"Iya gue belum puas" ucap Dara sembari kembali menampar pipi kanan Renaldi."tamparan ini gaakan sebanding dengan rasa sakit di tubuh Reano dan hati Reano karena ulah lo"

Marah, sungguh Dara benar-benar marah saat ini, apalagi kini Renaldi berdiri di hadapan nya, rasanya sudah tidak tahu bagai mana lagi Dara meluapkan amarahnya, empat tamparan itu rasanya belum cukup.

Kini tangan Dara hanya terangkat, tidak menamparnya, dia terduduk lemas di kursi yang berhadapan langsung dengan ruangan yang ada Reano di dalam nya. Dia menangis, sakit sekali saat tahu laki-laki yang ada di hadapannya kini adalah Kaka laki-laki dari Reano.

Kaka laki-laki yang setiap saat menyakiti Reano, membully Reano, memukul Reano, dan seakan buta dengan status mereka berdua, kalau mereka adalah adik Kaka. Kenapa Renaldi jahat, kenapa bisa dia berbuat seperti itu.

"Harus nya lo jaga Reano, lindungi Reano, ajak dia bicara, cerita tentang hari ini, saat lo tahu kalau Reano di sakiti papa lo, harusnya lo peluk dia lindungi dia dari cambukan papa lo, harus nya lo lakuin itu semua"

"Tapi lo malah menyakiti dia lagi di sekolah, padahal luka nya belum sembuh kenapa lo buat luka itu semakin parah hah?" meski tersengal-sengal Dara terus berbicara agar Renaldi tahu seberapa bersalah nya dia.

"Lo dan tiga temen lo itu udah buat dia di benci sama satu sekolah, di benci tanpa alasan yang jelas. Dia terluka Renaldi, Reano terluka"

Saat Dara akan berbicara lagi, Renaldi memilih untuk pergi dia tidak ingin mendengar lagi apa yang Dara katakan, bukan tidak perduli hanya saja dia tidak ingin rasa bersalah nya ini semakin besar dan semakin mustahil untuk di maaf kan.

REANO ERLANGGA: and the wound Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang