21

112 29 0
                                    

Beberapa hari setelah nya,  kini mobil mewah berwarna hitam itu terparkir di depan rumah mewah dan luas di kediaman Erlangga, Reano tahu mama dan papa nya pulang hari ini. Semenjak kepergian mereka ke Bali yang hampir dua bulan di sana.

"Assalamualaikum" salam Reano saat masuk ke rumah mewah dan luas ini.

"Mas anak kamu" ucap tari di samping gara yang kedua nya tengah menuruni anak tangga.

"Pah, Mah" Reano menghampiri kedua nya, mengulurkan tangan nya untuk menyalami tangan papa dan mama nya.

"Mah, Pah. kalian udah pulang" seru Renaldi saat baru saja masuk ke dalam rumah nya. Perhatian papa dan mama nya langsung teralihkan pada sosok tampan di sana.

"Renaldi, mama kangen" ujar tari memeluk tubuh anak nya yang lebih tinggi itu.

"Renaldi juga kangen sama mama"

"Pah Renaldi kangen" kini bergantian Renaldi memeluk tubuh papa nya.

Reano dia hanya diam di dekat tangga, menatap tiga orang itu dengan tatapan sedu, ingin sekali di sambut hangat di peluk hangat seperti itu. Tapi kapan apa Reano akan merasakan hal yang Renaldi rasakan saat ini. Memilih untuk beranjak Reano meninggalkan ke tiga nya.

Renaldi menatap punggung itu iba, sungguh Renaldi juga ingin sekali mengajak Reano untuk ikut dalam hangat nya daksa sang papa dan mama. Tapi Renaldi tahu dia tidak punya hak itu,.

"Reano gue minta maaf, tapi gue janji suatu saat gue pasti buat mama dan papa sayang sama lo"  ucap nya dalam hati, membuat janji yang entah keberapa kali nya, namun belum satu pun janji yang bisa Renaldi tepati. Tapi dia yakin Reano akan merasakan hal yang Renaldi sekarang rasakan meski entah kapan itu.

***

Minggu pagi, kini Reano sedang mengeluarkan beberapa butir obat, terhitung ada lebih dari lima jenis obat yang harus Reano minum setiap hari nya. Laki-laki itu mengambil botol minum yang sudah terisi dengan air yang sebelumnya dia ambil.

Namun tiba-tiba ponsel nya berdering, tertera nama Dokter Amalia, dokter yang selama ini membantu Reano untuk menyembuhkan penyakitnya.

"Halo" ucap Reano pelan.

"Halo, Reano kamu ingat kan hari ini jadwal kamu check-up, dan ambil Obat kamu?"  Tanya Dr. Amalia di sebrang sana.

"Iya dokter Reano tahu" jawab Reano seadanya

"Iya terus kenapa kamu belum ke sini sekarang?"

Beberapa saat Reano hanya terdiam sambil menggenggam kuat obat-obatan di tangan nya, lalu tidak lama dia mengambil nafas panjang

"Dokter Reano mau menyerah, Reano sudah lelah. Maaf tapi ini sudah jadi keputusan Reano" sambung nya dengan senyum getir di bibir nya.

"Reano kamu jangan gegabah, ini bisa fatal untuk kondisi kamu , hey kamu dengar saya?.. Reano jangan menyerah begitu saja, walau kemungkinan nya kecil  setidak nya kamu masih bisa menjalani hari-hari kamu sepert biasa nya,  apa ada yang mengatakan sesuatu pada kamu? Jika memang iya tolong jangan buat itu mematahkan harapa kamu. Reano saya mohon"

"Tidak, ini bukan soal siapa dan kenapa Reano menyerah, dokter Reano sudah menyerah dengan keadaan Reano sekarang. Reano sudah ikhlas jika memang Reano harus pulang, keadaan Reano juga memang sudah di ujung bahkan sebentar lagi akan sampai ke mana titik Reano harus berakhir, dokter mungkin Reano akan menghabiskan sisa obat yang Reano punya sekarang, obat dan pengobatan juga akan berhenti jika Reano sudah berhenti, jadi sekeras apapun Reano berusaha untuk sembuh semua nya akan berakhir dengan kematian, dokter maaf dan terima kasih sudah membantu Reano selama ini, terima kasih juga sudah mengurusi dan membantu pembiayaan Reano"

REANO ERLANGGA: and the wound Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang