UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA🤗
Senin pagi, jam 06.23 pagi, Tari sudah ada di bawah dan menyiapkan makanan yang sudah dia masak pagi tadi, bi Nina tidak datang karena tari yang meminta, dia ingin melakukan hal yang biasa ibu rumah tangga lakukan. Jadi untuk beberapa hari ke depan tari yang akan mengurus rumah, selama tidak ada hal yang harus dia lakukan di kantor.
Gara yang mungkin baru saja selesai mandi, karena terlihat rambut nya itu masih sedikit basah, menghampiri Tari lalu mengecup pipi istrinya itu.
"Pagi sayang" sapa pria baya itu, lalu duduk di kursi yang ada di kitchen bar minimalis.
"Renaldi ko belum turun mas!!, Apa masih tidur, padahal udah jam segini?" Tanya wanita yang sangat mirip dengan bunda Reano tersebut.
Untuk sekejap Gara geming, sedetik kemudian dia mengangguk dengan tersenyum kikuk di bibir nya. Lalu apa Tari perduli dengan anak Gara yang satu lagi, jawaban nya "TIDAK" sama sekali tidak, mau dia ada atau tidak ada toh tidak ada rugi nya juga kan, dia tahu kejadian semalam namun wanita cantik itu berpura-pura tidak tahu, seolah tidak terjadi apa-apa.
"Pah, kunci kamar mandi" Renaldi yang tiba di depan Tari dan Gara langsung meminta kunci kamar mandi dari sang papa.
"Sayang masih pagi, buat apa kunci kamar mandi, di atas kan ada kamar mandi kamu" Ucap Tari, sambil melepaskan apron yang baru saja dia gunakan.
"Reano, Reano di kamar mandi mah, pa ayo sekali aja" jawab nya, lalu kembali meminta kunci itu pada Gara.
"Renaldi kamu mulai membantah papa?" Sangat santai! Pertanyaan dari Gara memang terkesan lembut namun banyak penekanan di sana.
"Pa, Renaldi cape. Renaldi udah cape sama semua perintah papa, semua ancaman papa, Renaldi udah turutin apa yang papa mau selama ini!! Papa kira Renaldi ga cape sama semua penekanan papa yang terus menghantui Renaldi selama ini, Renaldi udah banyak bahkan banyak banget sakti Reano, entah itu di rumah atau pun sekolah, Renaldi cape sama semua permainan Renaldi yang di kendalikan oleh papa, papa harus tahu Reano--" Ucapan Renaldi tiba-tiba saja terhenti, tenggorokan nya tercekat pandangan nya tiba-tiba saja kabur entah karena apa.
Tubuh nya linglung dan mundur beberapa langkah, memegang kepala nya yang terasa sakit begitu saja. Jika tidak Tari menahan tubuh anak nya yang lebih besar itu, mungkin saja dia akan ambruk begitu Saja.
"Renaldi, sayang hey are you okay?" Tanya tari cemas, dia membantu Renaldi duduk di kursi yang ada di sana.
"Renaldi ga pa-pa mah" jawab nya sambil mengangguk tanda dia baik-baik saja.
Gara berdiri, dia berjalan ke arah kamar mandi. Membuka pintu itu ogah-ogahan, dan pertama yang dia lihat adalah tubuh Reano yang tengah memeluk lututnya sendiri, saat itu juga Renaldi bangkit berlari ke arah Reano, menatap cemas sang adik yang hanya menatap nya sedu dan pandangan kosong.
"Ayo!! gue bantu" Renaldi membantu Reano berdiri, memapahnya menuju lantai dua!! Melewati dua orang dewasa itu begitu saja. Tidak perduli yang akan terjadi nanti, yang jelas saat ini dia tidak mau adik nya itu kenapa-kenapa.
"Mas" Tari menahan langkah Gara,. Tari tahu saat ini dia marah, maka dari itu dia menahan langkah suami nya itu agar tidak menyusul Renaldi maupun Reano.
"Mas udah biarin aja" Gara sedikit tenang saat ini, dia kembali duduk, dan dengan sigap Tari memberikan satu gelas air untuk Gara.
🥀🥀🥀🥀
Renaldi, laki-laki itu membantu merebahkan tubuh Reano, menyelimuti sang adik yang kedinginan itu, meski pakaian Reano sudah kering tetap saja rasa dingin masih menyeruak menusuk sampai ke tulang-tulang nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REANO ERLANGGA: and the wound
Random"Pah... reano juga Pengen di banggain kaya ren." "Bunda Reano Rindu." "Dara reano mau ketemu sama bunda..." Kisah Reano Erlangga. Cowok berusia 18 tahun yang bermimpi mendapat kebahagiaan dari keluarga-nya namun semua itu hanya mimpi dan ilusi. hi...