Utamakan vote sebelum membaca 🤗
Setelah mengantar dara pulang, kini sepeda reano berlaju menuju rumah nya, jam sudah menunjukkan pukul 18.25 reano rasanya ingin segera sampai dia takut mama papa nya sudah pulang, tapi tadi Renaldi berpesan untuk pulang kurang dari jam tujuh malam, lalu bagai mana jika mama dan papa nya sudah pulang, apa dia akan baik-baik saja.
Pagar hitam tinggi menjulang reano sudah melihat rumah nya sedikit lagi dia sampai, namun baru saja akan memasukan sepeda nya tiba-tiba jantung reano berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya, mobil merah milik papa nya sudah terparkir rapih di garasi itu artinya....
Dengan takut reano membuka pintu, keadaan rumah gelap, satu langkah tidak ada yang aneh, namun langkah ke empat reano, dia di kejutkan dengan sang papa yang sedang berdiri di depan sekalar lampu, ada Renaldi mama tari dan papa di situ.
Menunduk dalam reano takut, dia berjalan ke arah papa gara, bukan tangan yang di cium oleh reano melainkan dia malah mendapat kan tamparan keras di pipi kiri nya, panas sekali, mata reano dan renaldi bertemu, seperti nya Renaldi marah karena setelah bertatap beberapa detik dia memilih pergi dari sana
"Dari mana kamu?" Tanya gara dingin namun menusuk.
"Reano" satu kata terlontar namun kata nya kembali terhenti karena kini tari yang menampar wajah nya
"Udah sukur kamu masih tinggal di sini, masih saya kasih makan, masih saya sekolahin, kurang baik apa saya sama kamu?" Tanya tari menatap tajam manik mata reano
"Jawab saya, saya punya salah apa sama kamu, jadi gini kelakuan kamu saat kami ga ada, pergi keluyuran, ga tau waktu. Kita kerja banting tulang dan kamu malah enak-enak kan kaya gini, didikan seperti apasih yang ibu kamu kasih dulu hah" teriak tari menujuk wajah reano
Reano geming jantung nya berdetak kencang, tidak papa jika reano yang di salah kan, tidak papa jika reano yang di hina, tidak papa jika reano di bentak, tidak papa jika itu semua menimpa reano, tapi tolong jangan sangkut paut kan dengan nama bunda nya, reano tidak bisa mendengar nama bunda nya di hina
"Maaf mah" lirih reano, dia ingin melawan namun atas dasar apa dia melawan, dia tidak berhak dengan semua itu
"Basi, kamu selalu minta maaf tapi selalu membuat ulah, gila kamu" serkas Tari setelah nya dia berlalu pergi
Melihat istrinya nya sudah pergi, kini gara yang menatap reano, tatapan benci gara tujukan pada reano pria itu menyeret tangan reano dan hal yang sangat reano hafal dari papa nya itu, dia akan memukul nya dengan ikat pinggang milik nya, setelah banyak nya luka dia akan mengguyur reano dengan air di kamar mandi.
"Pah reano minta maaf" reano terus memberontak namun, tubuh gara yang lebih kekar dari nya sulit untuk reano menahan nya.
"Pah kenapa reano selalu di pukul pah, sementara kak ren dia selalu papa sayang selalu papa bangga banggakan, pah reano juga anak papah kan" mendengar kata terakhir reano, langkah gara terhenti, nafas nya memburu dan cekalan di tangan reano semakin erat.
Gara berbalik menatap reano, sungguh dia benci dengan kata terakhir reano, menampar nya kembali gara menujuk wajah reano"Kamu" serkas gara
"Pah, kali ini aja, aku juga mau kaya kak ren pah, aku juga mau pah di banggain kaya kak ren, di manja kaya kak ren, kemana-mana di ijinin pulang malem di sabut hangat, sementara aku. Aku baru pertama kali pah, tapi papa malah sambut aku Dengan tamparan" lirih reano dia menatap sedu berharap pria di hadapannya kini mengerti dengan keinginan nya.
"Ada hak apa kamu berbicara seperti itu pada saya?, Renaldi dia anak saya, dia kebanggaan saya, dia pewaris keluarga Erlangga lalu atas dasar apa Kamu meminta hak itu pada saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REANO ERLANGGA: and the wound
Ngẫu nhiên"Pah... reano juga Pengen di banggain kaya ren." "Bunda Reano Rindu." "Dara reano mau ketemu sama bunda..." Kisah Reano Erlangga. Cowok berusia 18 tahun yang bermimpi mendapat kebahagiaan dari keluarga-nya namun semua itu hanya mimpi dan ilusi. hi...