Flashback
Jakarta 24 Desember 2001
Jam 00. 23 tepat jam setengah satu kurang tujuh menit, Gara Erlangga laki-laki berusia 26 tahun itu baru saja keluar dari klab malam, laki-laki itu keluar dengan keadaan kacau. Jas hitam yang berantakan serta bau alkohol yang dia minum sangat menyengat. Dia sudah menghabiskan beberapa botol alkohol yang dia pesan di tempat haram ini.
Dengan keadaan tidak sadar, laki-laki itu masuk ke dalam mobil hitam milik nya. Keadaan nya sangat kacau benar-benar kacau sekali, ada beberapa luka lebam juga di sudut bibir nya. Entah masalah apa yang baru saja dia alami saat ini. Mengemudi dengan kecepatan tinggi dia pergi meninggalkan klab yang semakin malam akan semakin ramai.
"Tari, Saya butuh kamu" gumam nya tidak sadar, laki-laki itu tidak perduli dengan keselamatan nya saat ini dia hanya butuh tari, istrinya yang baru saja melahirkan putra pertamanya nya tiga bulan lalu.
Tidak butuh waktu lama akhirnya dia sampai di rumah megah dan mewah milik nya, sang satpam yang setia terjaga langsung membuka kan gerbang bercat putih yang menjulang tinggi itu untuk sang majikan, gara memarkir mobil nya di halaman luas itu, kepala nya rasanya ingin pecah saat itu juga, pandangan nya juga sedikit memburam. Mungkin karena terlalu banyak minum.
Gara masuk dengan keadaan kacau nya itu, dia melihat rumah yang sangat sepi. Namun lampu dapur yang menyala membuat nya tanpa pikir panjang langsung pergi ke arah sana. Di lihat nya sosok yang amat dia cinta tengah mengambil air dari dalam kulkas, sungguh tari terlihat lebih cantik malam ini.
Bau alkohol masuk ke rongga hidung Tina, wanita berusia 22 tahun itu berbalik dan mendapati tubuh Gara Kaka iparnya itu sedikit oleng, dengan sigap dia berlari dan menahan nya agar tidak ambruk.
"Mas" ucap wanita itu membantu menuntun sang kaka menuju ruang keluarga dan merebahkan nya di sofa.
"Tari" Gara memegang tangan Tina, tatapan sayu dan lelah milik Gara terlihat jelas di sana.
"Mas aku Tina bukan mba Tari" Tina sedikit menarik tangan nya, namun tenaga nya tidak lebih kuat dari Gara.
"Tari" lagi-lagi gara mengigau
"Mas lepas, mas mba Tari ada di atas mas"
"Mas lepas, aku Tina bukan mba Tari. Mas sadar"
Namun lagi-lagi tenaga Tina tidak sebanding dengan tenaga kuat laki-laki itu. Rumah yang luas dan memiliki banyak ruangan itu urung dari suara kencang Tina, tari yang sudah terlelap nyenyak di atas ranjang tidak akan tahu apa yang terjadi malam ini. Begitu juga dengan satpam di depan, jika tuan nya sudah pulang maka dia juga akan langsung kembali ke pos yang notebag nya jauh dari rumah mewah gara.
Dan jika saja malam itu Tina tidak turun ke bawah masalah besar ini tidak akan terjadi, semua hal yang menjijikkan itu tidak akan terjadi, semua kehancuran milik Tina tidak akan terjadi, dan semua hal yang gara lakukan tidak akan terjadi. Kini Tina wanita itu hanya bisa menangis, meraung, dan menyesali hal yang tak di duga yang di lakukan oleh Kaka ipar nya atau suami dari Kaka nya sendiri.
"Mas, aku Tina mas" sekuat apapun Tina memberi tahu dan menghindar tetap saja hal yang tidak di inginkan itu tetap terjadi ulah Kaka ipar nya yang tanpa sadar mengira jika Tina adalah Tari istrinya.
"Mba, Tina minta maaf" gumam nya untuk mengakhiri malam itu.
•••••
Jakarta 23 Januari 2002
"SAH" Ucap 3 orang saksi dan satu orang penghulu saat Gara mengucapkan ijab kabul untuk yang ke dua kali nya.
Air mata Tina luruh begitu saja, sungguh dia tidak menyangka kejadian malam itu membuat diri nya hancur, bukan hanya dirinya tapi juga Kaka kandung nya yang kini hanya berdiam diri di kamar dengan pandangan kosong. Tari sungguh tidak menduga semua hal ini bisa terjadi. Wanita itu hanya menatap putra nya yang kini berusia 4 bulan itu dengan pandangan sedu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REANO ERLANGGA: and the wound
Acak"Pah... reano juga Pengen di banggain kaya ren." "Bunda Reano Rindu." "Dara reano mau ketemu sama bunda..." Kisah Reano Erlangga. Cowok berusia 18 tahun yang bermimpi mendapat kebahagiaan dari keluarga-nya namun semua itu hanya mimpi dan ilusi. hi...