26

189 30 4
                                        

Utamakan vote sebelum membaca😽

"Renaldi dengar, sampai papa mati pun papa ga akan pernah sayang atau pun sekedar mengaggapp dia ada di sini, papa benci sama Reano, papa ga bisa menerima kehadiran Reano, Papa ga bisa Renaldi" Gara terduduk, dia masih terus berusaha menahan emosi nya, dia tidak mau lagi menyakiti Renaldi setelah tamparan waktu itu.

"Pah udah cukup, STOP PA RENALDI CAPE. HARUS NYA REANO YANG BENCI SAMA PAPA, REANO GA SALAH APA-APA, DI SINI PAPA YANG SALAH PAPA YANG UDAH BUAT REANO TERLUKA, TAPI LIHAT REANO TERUS SAYANG SAMA PAPA, TERUS BERHARAP KALAU PAPA BISA BERUBAH" Tidak tertahan kan lagi, Renaldi akan mengeluarkan semua amarah nya saat ini juga pada mereka, iya Tari dan Gara.

"Sampai detik ini pun, Reano selalu menunggu papa, Reano selalu berharap bahwa dia bisa hidup seperti aku, mendapat kasih sayang kalian, mendapatkan perhatian kalian, tapi kalian ga pernah lihat dia atau melirik dia, kalian hanya bisa menyiksa dia membuat dia terus terluka, Renaldi juga tahu, Renaldi melakukan hal yang sama seperti kalian, tapi itu semua bukan kemauan Renaldi, Kadang Renaldi berfikir. Sebenci apa Reano saat ini, semarah apa dia, tapi dia terus membantu Renaldi selalu ada untuk Renaldi walau perlakuan Renaldi benar-benar tidak bisa di maafkan"

"Pah?........"

" Reano juga butuh kasih sayang kita kalau bukan kita siapa lagi, sebenarnya Renaldi ga mau ikuti perintah papa, tapi Renaldi ga mau kalau Reano harus pergi dari rumah ini, walau aku harus jahat kasar dan tindas dia tapi itu semua alasan yang aku buat, agar dia terus ada di sini agar dia tumbuh dengan baik, tapi semua nya berakhir begitu saja saat aku tahu kalau dia sakit dan memendam itu sendirian selama tiga tahun ini. PAPA HARUS TAHU REANO SAKIT, DIA SAKIT LEUKIMIA STADIUM AKHIR.,, Dan sekarang dia terbaring lemah di rumah sakit Pah" Renaldi kini sudah tidak terlihat amarah di matanya, matanya memerah menahan air mata hingga air mata itu tidak bisa terbendung lagi.

"Renaldi juga tahu, kalau bunda menitipkan pesan untuk Papa, Pah lirik sekali saja pesan itu, baca sekali aja, Papa harus tahu Reano hanya ingin merasakan pelukan dari Papa. Walau itu hanya satu kali dalam hidup nya, jadi Renaldi mohon buka hati papa itu sebentar hilang ka keegoisan itu sekejap, sebelum semua nya terlambat"

Baik Gara maupun Tari tidak ada yang memotong satu patah kata pun dari Renaldi kedua nya hanya diam tanpa bergeming sama sekali, melihat Renaldi yang menangis pilu di hadapan mereka, hati mereka sakit, dan ngilu menjadi satu. Gara masih diam seribu bahasa sambil terus merekam kembali ingatan di mana Reano tersiksa di dalam nya semua masalalu itu kembali berputar di otak nya.

"Sebenci apapun Papah saat ini pada Reano, tidak akan merubah status kalian berdua, sama hal nya seperti aku, Reano juga anak papa, dia juga darah daging papa, entah dengan ini akan membuat papa tersadar atau tidak Renaldi hanya berharap papa bisa bertemu dengan Reano dan memeluk tubuh nya" Setelah mengatakan itu, Renaldi pergi dari hadapan kedua nya, meninggalkan keduanya dengan perasaan yang entah bagai mana saat ini.

•••••••••

Saat ini tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan bangun atau sekedar memberi respon pada jari nya. Renaldi terus menggenggam kuat tangan itu mengusap-usap kepala Reano, yang kini rambut itu sudah mulai rontok.

"Rean, kamu harus bertahan kamu harus sembuh, kita berjuang sama-sama ya!.. Kaka akan rawat kamu jaga kamu mulai detik ini sampai kapan pun itu nanti"

Tidak ada siapa pun di sini saat ini hanya ada mereka berdua yang terdiam dalam ruangan sunyi. Dara gadis itu terpaksa harus pulang karena ayah nya datang untuk menjemput nya, Dara awal nya menolak untuk pulang namun dengan bujukan sang ayah akhir dia ikut pulang, dan ayah nya janji akan kembali mengantarkan Dara ke rumah sakit besok.

REANO ERLANGGA: and the wound Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang