14

125 21 5
                                    

Utamakan vote sebelum membaca 😉

Menyambut matahari pagi, dara sudah bersiap dengan seragam putih abu-abu nya. Gadis itu kini berdiri di depan balkon kamar nya menikmati fajar yang mulai terlihat. Sinar terang menerpa wajah cantik dara

Mata coklat nya mendapat laki-laki bersepeda hitam itu di sebrang sana, sama seperti menunggu matahari terbit sempurna kini yang dara tunggu sudah datang, reano cowo itu sudah melambaikan tangan kiri nya saat melihat dara juga melambaikan tangan nya pada reano.

Dara langsung menyambar tas ransel nya, berlari kecil untuk menuruni anak tangga, berpamitan pada ayah dan juga ibu nya. Dara berlari keluar dan menghampiri reano yang sudah berdiri di depan pagar rumah nya. Menyambut hangat kedatangan dara

"Pagi" sapa reano

"Pagi, reano nya dara" kata dara membuat pipi reano bersumu merah

"Kamu lagi gombal?" Tanya reano

"Hhe engga ko" jawab dara, gadis itu sudah naik ke bagian sepeda di belakang reano

"Dara, hari ini kita sebelum pergi ke sekolah kita ketemu Bima dulu kamu mau?" Tanya reano seraya mengayuh sepeda hitam nya

"Bima anak kecil yang kamu ceritain waktu itu?"

"Iya, aku udah lama ga ketemu dia"

"Ayo, aku mau kenal sama dia"

Setelah mendapat persetujuan dari dara, reano langsung mengayuh sepeda nya menuju tempat di mana reano sering bertemu dengan Bima. bocah laki-laki yang reano anggap sebagai adik sendiri

"Reano, Bima itu kaya gimna sih?" Tanya dara, gadis itu cukup penasaran dengan Bima

"Dia baik dara, dia juga udah aku anggap kaya adik aku sendiri" balas reano, dia tersenyum manis membayangkan betapa menyenangkannya seorang Bima bocah berusia 10 tahun itu

**

"Kak reano" teriak bocah berusia 10 tahun dari depan sana

"Bima" reano melambaikan tangan nya pada Bima, dia baru bertemu lagi dengan Bima, setelah satu Minggu lama nya dia tidak melihat anak laki-laki itu

"Ka reano apa kabar?" Tanya Bima, dia terlihat senang bertemu reano

"Ka reano baik Bima, Bima apa kabar?" Tanya reano balik, cowo itu mengelus kepala Bima

"Bima baik juga kak"

"Eh dia siapa kak?, Bima baru liat. Pacar ka reano"

"Hai aku dara" sapa dara mengangkat tangan nya, untuk berjabat tangan dengan Bima

"Aku Bima kak, salam kenal" jawab bima

"Lucu banget si kamu" goda dara

"Bima ini, di makan ya. Kaka juga harus cepet-cepet pergi ke sekolah takut kesiangan" kata reano mengeluarkan kotak makan dari dalam tas nya, lalu memberikan pada Bima.

"Makasih kak" Bima menerima kotak makan itu

"Nanti ka reano ke sini lagi sama ka dara ya, kita main bareng oke"

"Oke kak, hati-hati di jalan ya, ka dara nya di jaga"

Reano dan dara pergi, meninggalkan Bima yang kegirangan karena bertemu dengan reano, Kaka laki-laki hebat yang Bima temui, dia Bima berlari ke dalam dan bersiap melahap makanan yang reano beri.

**

Upacara akan segera di mulai, untung saja reano dan dara tidak terlambat. Semua siswa dan siswi sudah berbaris sesuai dengan kelas masing-masing, berfokus pada amanat sang pembina upacara, dan beberapa hal penting yang di sampai kan khusus pada kelas 12

Pengumuman pelaksanaan ujian gelas Xll bahwa akan segera di laksanakan, membuat perhatian sang pembina upacara memperingatkan bahwa mereka harus bersiap dan mempersiapkan nya secara matang.

Namun di tengah itu semua, kepala reano tiba-tiba saja berdenyut ngilu, karena matahari yang begitu panas di tambah tubuh reano belum sepenuhnya pulih, dan darah di hidung reano kembali mengalir. Dan terpaksa cowo itu memundur ke arah belakang

"Reano" seorang guru perempuan yang menyadari ada yang aneh dengan murid nya itu, akhir nya menghampiri reano dan memegang bahu anak didik nya itu

"Reano kamu mimisan" kaget sang guru saat melihat tangan reano yang memegang hidung nya yang berdarah

"Bu saya ga pa-pa" jawab reano

Semua orang tidak ada yang menyadari nya, karena fokus pada upacara pagi ini. Barisan dara dan reano juga terlampau jauh karena perbedaan dan jarak jurusan kelas mereka

"Saya ada sapu tangan pake dulu" ucap guru wanita tersebut memberikan sapu tangan pada reano

"Terima kasih banyak Bu, saya izin boleh ya Bu?" Tanya reano, menerima sapu tangan tersebut

"Mau saya bilang temen kelas kamu, biar kamu di antar saja?"

"Tidak usah Bu, saya bisa sendiri"

setelah mendapat anggukan dari sang guru, reano melangkah pergi menuju kamar mandi.

Membasuh dengan air, namun darah itu tak kunjung berhenti, membuat reano mengerang kuat, dengan rasa sakit di kepala nya. Sakit lebih sakit dari biasa nya.

"Arghhhh" reano mencengkram kuat kepala nya

Pintu kamar mandi terbuka begitu saja, reano menatap ke depan dia kaget, saat melihat laki-laki bertubuh tinggi itu menatap nya heran

"Reano lo" sentak nya menujuk reano

"Alik" suara reano pelan, Alik laki-laki itu kenapa bisa masuk, apa reano lupa mengunci pintu kamar mandi

Alik tersenyum remeh, dia menatap reano sinis lalu berjongkok di depan reano

"Lo kenapa bego?, Sakit?" Alik tertawa remeh

"Kasian udah cupu, ga punya temen, penyakitan lagi" sindir nya "miris amat hidup lo" setelah mengatakan itu Alik pergi begitu saja

Hari ini luka, kembali datang lagi. Reano yang hidup dalam kesendirian dan kesepian kembali di hadapkan dengan kenyataan yang membuat nya kembali rapuh, dan ke tidak mungkinan untuk mendapat kebahagian

Leukimia, satu dari seribu luka yang reano derita sudah terhitung berapa tahun laki-laki itu menyembunyikan penyakit yang dia derita, kesakitan dalam kesepian dan keheningan. Meredakan rasa nyeri dengan obat-obatan. Hidup dalam kesendirian di datang kan dengan cobaan yang begitu berat, penyakit yang perlahan menggerogoti tubuh nya, reano tidak yakin kalau dia bisa bertahan lebih lama lagi.

 Hidup dalam kesendirian di datang kan dengan cobaan yang begitu berat, penyakit yang perlahan menggerogoti tubuh nya, reano tidak yakin kalau dia bisa bertahan lebih lama lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

too be continued
.
.
.

VOTE DISINI!

REANO ERLANGGA: and the wound Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang