"Pah... reano juga Pengen di banggain kaya ren."
"Bunda Reano Rindu."
"Dara reano mau ketemu sama bunda..."
Kisah Reano Erlangga.
Cowok berusia 18 tahun yang bermimpi mendapat kebahagiaan dari keluarga-nya namun semua itu hanya mimpi dan ilusi.
hi...
"REANO" dara berteriak hebat saat cewe itu mendapat reano berdiri di depan nya.
Dara berlari kencang ke arah reano, tubuh mungil itu menyambar tubuh yang lebih besar dari nya, dara menangis di dalam dekapan reano, tidak bisa di pungkiri gadis itu benar-benar khawatir dengan reano, setelah satu Minggu lebih tidak ada kabar dari laki-laki itu
"Reano kamu dari mana aja hah? Kenapa kamu ga kasih kabar? Kenapa kamu ga angkat telfon aku? Kenapa ga lihat chat aku sama sekali? Kenapa kamu tiba-tiba hilang gitu aja, kamu tau aku..." Perkataan dara tercekat dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya nya lagi.
Reano dia hanya bisa tersenyum simpul sambil terus mengelus rambut dara, ada rasa bersalah, kecewa dan bahagia bercampur menjadi satu. Reano menarik tangan dara untuk mengajak nya duduk di kursi taman.
Ya, sudah satu Minggu saat reano sakit kali ini dia baru bisa menemui dara lagi, laki-laki itu mengajak nya bertemu di tepi danau waktu itu.
"Udah ya jangan nangis, aku ga pa-pa dara" reano mengusap pipi berair dara
"Kamu kemana aku khawatir reano" lagi-lagi air mata itu terjun begitu saja.
Berdesis ngilu reano tidak bisa melihat dara menangis entah kenapa, dara benar-benar membuat dan membawa pengaruh besar di hidup nya.
"Bilang sama aku reano, kamu kenapa? Kenapa pergi tanpa ada kabar? Kamu buat aku bener-bener gabisa tidur, di sekolah aku Dateng cuman buat mastiin kamu masuk atau engga" sambil menangis sesenggukan dara memukul dada reano beruntal.
"Pukul dara, lebih kenceng lagi, aku pantes dapetin itu aku udah bikin kamu marah, aku minta maaf"
Tangan dara berhenti, dia menatap manik sayu milik reano, ada perasaan aneh yang melintas di hati dara saat menatap mata reano. Sakit dan linu sekali kenapa bisa reano membawa luka itu lewat mata nya.
Dara mengangkat tangan nya, mengelus pipi reano yang sedikit tirus "kamu sakit hemm?" nada bicara dara melemah seiring air mata yang terus deras membasahi tangan reano yang sedang menggenggam tangan nya
"Ada yang luka, kalo kamu sakit bilang sama aku, nanti aku obatin luka kamu, bilang sama aku siapa yang buat luka di sini reano?" Dara menujuk bibir lebam reano, kenapa semakin hari, semakin banyak luka di tubuh reano
"Aku minta maaf, harus nya aku ga pukul kamu, dan nambah luka di sini" lagi-lagi dara menujuk bagian dada reano bekas dia memukul nya tadi
Reano hanya bisa memperhatikan dara, dia lemah, dia tidak bisa melihat dara terluka dan menangis apa lagi itu perbuatan nya, menarik dara ke dalam dekapan nya, reano memeluk erat tubuh bergetar dara.
Ingin menangis namun dia tidak mau membuat dara semakin terluka karena air mata nya.
"Please dar, udah ya jangan nangis lagi, aku ga suka liat kamu nangis apalagi itu gara-gara aku, aku minta maaf" reano menepuk-nepuk punggung dara lembut
Setelah dara tenang reano melepas pelukannya nya, dia menatap wajah dara, mengusap lembut pipi tirus dara, reano tersenyum
"Dara aku ga papa, aku minta maaf ya, kalo aku buat kamu nangis lagi, kamu boleh pukul aku kaya tadi, lepasin semua marah kamu itu sama aku. Kamu ga salah ngelakuin hal itu selama hal itu buat kamu tenang lakuin ya"
......oOo......
"Kita ketemu besok di sekolah ya, malem ini kamu harus tidur, jangan mikirin hal aneh-aneh lagi aku masih bakal tetep ada di dunia. Kalo tuhan ngizinin" ungkap reano namun kata terkahir itu hanya bisa terlontar dalam hati nya
Dara mengurut kan kening nya, "bicara kamu ngelantur reano aku ga suka" ketus dara, lucu gadis itu memajukan bibir nya ke depan
Reano hanya tersenyum lalu kembali naik ke atas sepeda hitam nya "ya udah kamu masuk duluan" titah reano, namun dara menggeleng
"Kenapa?"
"Kamu ga mau mampir dulu, ga kangen sama mamah aku, ka gilang besok udah pergi lagi ga mau ketemu dulu" tanya dara
"Bilang aja salam sama ka Gilang, aku harus pulang. Eh iya sama mamah dan ayah kamu juga ya, aku harus pulang" reano mengacak rambut dara asal.
"Mmmm ya udah kalo gitu aku masuk ya" setelah memastikan dara masuk reano memutar sepeda nya dan mengayuh kembali menuju rumah nya.
Di pertengahan jalan, rasanya tubuh reano semakin lemah, dia bisa merasakan rasa lelah yang selalu datang akhir-akhir ini. Kadang pandangan nya selalu memburam tiba-tiba.
Sesampainya di rumah reano sudah mendapat renaldi yang sudah bersiap dengan pakaian rapih nya.
"Mau ke mana ka?" Tanya reano menghampiri Renaldi
Saat Renaldi akan menjawab deru mesin mobil terdengar di depan rumah dan gerbang yang di buka kan oleh satpam berdecit.
"Den jemputan nya udah Dateng, ada pa bos juga di luar, tapi dia ga mau masuk, katanya langsung aja" kata sang satpam rumah memberi tahu
Renaldi mengangguk "iya pa bentar lagi saya keluar" kata renaldi masih merapihkan tali sepatu nya.
"Ren Lo si rumah sendiri ga papa ya, ada pa jamal juga di depan, gue pergi dulu" sambung Renaldi setelah itu pergi meninggalkan reano
Reano dia hanya bisa menghela nafas nya panjang, seperti biasa Renaldi lah yang akan ikut, dan di kenal kan pada rekan bisnis papa nya itu, hal yang lumrah dan biasa terjadi di hidup reano. Hanya bisa diam dan menyimpan nya di dalam hati rasa iri itu
Kapan dia akan di anggap, apa dia akan terus menjadi rahasia besar papa nya itu, menjadi anak yang tak di ingin kan, di acuh kan dan di abai kan, ah sudah menjadi makanan sehari-hari untuk reano
"Hati-hati" kata nya setelah melihat renaldi melenggang pergi
Rasa ingin ikut, dan ingin juga di kenal kan, dan di bangga kan seperti Renaldi reano hanya bisa tersenyum dengan ribuan luka di hati nya.
Tes
Cairan berwarna merah nan kental itu terjatuh ke arah lantai begitu saja, reano sadar dia menahan darah yang menetes dari hidung nya, cowo itu berlari ke arah kamar mandi dan membasuh nya dengan air keran
Bi Nina yang baru saja masuk setelah menyapu halaman belakang sadar dengan keadaan reano, dia ikut menyusul reano ke arah dapur
"Den ga pa-pa?" Tanya wanita berusia 36 tahun tersebut.
"Ga papa bi, cuman mimisan aja" kata reano, yang masih berusaha menghentikan darah di hidung nya
"Ga mau ke rumah sakit aja den, bibi takut bakal tambah parah" bi Nina dengan raut wajah cemas memberikan beberapa lembar tisu pada reano
"Belum waktu nya check bi, aku ga pa-pa, dan obat nya juga masih ada"
"Sabar ya den, bibi ga bisa bantu apa-apa buat den reano, bibi cuman bisa berdoa sama Tuhan semoga tuhan masih izinin den reano buat bahagia" ucap nya hati, hati bi Nina berdenyut ngilu dengan rahasia yang reano sembunyikan dari semua orang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.