16

130 26 0
                                    

Utamakan vote sebelum membaca 😉👍

Mata reano terbuka, rasa sakit di kepalanya masih terasa. Pandangan yang masih lurus ke depan, belum menyadari siapa yang tengah duduk cemas di sisi brankar UKS 

Dara, ya gadis itu yang kini tengah menunggu reano. Awal nya dara sedang menuju kelas reano untuk menemui laki-laki itu, namun saat baru saja dara Melangkah. Dia melihat Renaldi berlari panik membawa reano menuju UKS dan dengan cepat nya gadis itu juga ikut menuju UKS.

"Reano" panggil dara pelan, saat sadar bahwa reano telah siuman

"Kamu ga pa-pa, mana yang sakit bilang sama aku" sambung gadis itu, bisa reano tebak kini dara tengah panik.

"Aku ga pa-pa dara" jawab reano, dia berusaha duduk namun rasa sakit di kepala nya membuat reano mengadu kesakitan. Dia memegang bagian kepalanya

"Sakit? Mana yang sakit, bilang sama aku reano"

"Aku ga pa-pa, ini cuman sakit biasa"

"Minum dulu ya, terus minum obat" dara memberikan segelas air putih pada reano, setelah nya dia membantu laki-laki itu untuk duduk

"Kepalanya masih sakit?" Tanya dara seraya mengusap rambut hitam reano

"Udah mendingan dara, kamu jangan terlalu khawatir sama aku. Aku baik-baik aja" jawab reano menarik tangan dara, dan menggenggam nya

"Aku terlalu takut, aku takut kamu kenapa-kenapa."

"Aku tahu, tapi aku minta kamu jangan terlalu mikirin aku dara, aku juga takut kamu terbebani sama kondisi aku. Aku takut malah membuat kamu sakit"

Dara menggeleng kukuh, dia tidak dan sama sekali tidak terbebani dengan reano, malah dia sangat tidak setuju dengan kata reano barusan.

"Reano kamu harus tahu, aku sayang sama kamu, aku takut kehilangan kamu reano. Jadi please untuk aku kamu harus tetap baik-baik aja"  kata dara, lalu detik itu dara memeluk tubuh reano

UKS yang sepi dan hanya ada mereka berdua, di tambah jam pelajaran sudah di mulai, membuat dara tanpa ragu dan takut untuk memeluk tubuh reano, dara menepuk-nepuk pelan bahu reano, dan meninggalkan rasa nyaman dan tenang di hati reano

Jujur reano rindu dengan pelukan dari seseorang sampai dia terlalu nyaman dengan kesendirian, tanpa tahu rasanya di peluk dan di tenang kan senyaman ini. Reano benar-benar bersyukur masih ada orang yang perduli pada nya. Dia juga bersyukur bisa bertemu dengan dara si gadis pembawa kebahagiaan di hidup reano.

"Aku juga sayang sama kamu, Dara Kirana" ujar reano dalam hati seraya memejamkan mata nya, dengan seulas senyum manis di bibir nya

•••

Reano masuk ke dalam rumah, ini sudah jam 15.00 reano baru sampai di rumah nya setelah mengantar Dara pulang.

"Assalamualaikum" salam Reano sambil membuka pintu bercat putih tersebut

"Waalaikumsalam" itu bi Nina, wanita yang sepantaran dengan mama nya itu menghampiri reano, menyambut reano pulang dengan senyum terukir di bibir nya

"Mamah sama papah belum pulang bi?" Tanya Reano

"Belum den, mungkin mereka akan lama di Bali" jawab bi Nina

"Ka Renaldi juga belum pulang ya?"

Namun tidak lama setelah nya pintu kembali terbuka menampakkan Renaldi yang berdiri dengan wajah lelah.

"Itu mas Renaldi den" jawab bi Nina

"Renaldi ke atas dulu bi" potong Renaldi begitu saja, dia langsung melangkah pergi meninggalkan Reano dan bi Nina di bawah

•••

Kini di dalam rumah mewah dan besar ini, seperti biasa hanya ada Reano dan Renaldi saja. Ke duanya masih sama-sama berdiam diri di dalam kamar masing-masing, reano yang memandang obat-obatan nya itu dengan tatapan lelah. Dan Renaldi yang hanya berbaring di atas kasur nya

Reano memutuskan untuk keluar kamar, lepas dari itu Renaldi juga ikut keluar. Membuat ke dua nya berpapasan dan saling menatap satu sama lain

Reano lebih memilih melangkah pergi dari hadapan Renaldi, namun Kaka nya itu menahan langkah Reano membuat dia juga ikut berhenti. Dan tanpa aba-aba Renaldi memeluk tubuh adik nya itu

"Cerita sama gue semua nya reano, gue Abang lo. Gue berhak tau tentang lo. Jangan sembunyiin semua itu dari gue, gue mohon"

Reano menahan sesak di dada nya, dia hanya bisa diam mencerna kata demi kata dari Kaka nya itu, namun reano tidak ingin membebani siapa pun termasuk Kaka nya, dan dengan beraninya Reano melepas pelukan sang kaka dengan paksa

"Reano ga pa-pa, mungkin cuman kecapean aja. Ka Renaldi ga usah khawatir sama reano" setelah mengatakan itu Reano berlalu pergi, meninggalkan Renaldi yang hanya diam memantung

"Lo sakit Reano, Lo ga baik-baik aja. Kalo Lo ga mau kasih tau biar gue yang cari tau sendiri" gumam Renaldi setelah nya dia kembali masuk ke dalam kamar nya

"Maaf kak, tapi reano ga mau bebanin ka Renaldi dengan penyakit reano ini" ucap Reano dalam hati seraya masuk ke kamar yang terletak di bawah, tepat nya kamar yang sudah lama sekali tidak terpakai

Saat reano masuk, pertama yang reano lihat adalah tempat tidur berukuran sedang dengan seprai berwarna merah polos. Reano duduk di sana membuka laci yang terletak di sisi kasur. Album berukuran sedang dengan sampul hitam itu adalah satu-satunya kenangan yang bunda reano tinggalkan.

Foto-foto berukuran sedang, reano membuka nya satu demi satu lembar album tersebut, banyak foto reano kecil dan Renaldi kecil yang bahagia layak nya Kaka beradik pada umumnya. Namun itu semua kini hanya tinggal kenangan, semenjak remaja Renaldi mulai membenci diri nya, banyak alasan yang Renaldi katakan saat reano bertanya, kenapa dia bisa benci reano?...

Dan saat lembar terkahir di situ ada foto saat ayah dan bunda nya menikah, terlihat wajah tidak suka dari papah nya. Begitu juga luka dari mimik wajah bunda nya, reano tahu. Dia tahu semua nya, semua kisah kenapa diri nya bisa hadir di keluarga Erlangga ini. Kenyataan yang pahit, takdir yang kejam. Mungkin jika reano bisa memilih, dia akan memilih untuk tidak lahir dari keluarga ini.

Karena dirinya semuanya menjadi kacau, kebahagiaan yang harus nya Renaldi dan kedua orang tuanya dapat kan malah menjadi bencana saat diri nya hadir secara tiba-tiba atas kesalahannya papah nya itu.

Reano benci dengan diri nya sendiri, namun reano juga tidak bisa mengubah garis takdir yang sudah tuhan rencanakan. Suka atau tidak suka reano harus tetap menjalani hidup ini, reano sayang papa nya begitu juga dengan mama nya. Mau seperti apa pun mereka bersikap tidak adil pada reano, reano harus tetap bersyukur karena mama dan papa nya sudah merawat dan membesarkan nya sendari kecil hingga dia berumur 18 tahun saat ini

Membiayai nya mencukupi kebutuhan nya meski itu tidak sebanding dengan apa yang mereka berikan pada Renaldi, dan pada dasar nya hanya Renaldi lah satu-satunya putra mereka, reano hanya seorang anak laki-laki  yang di titipkan oleh bunda nya pada mereka.

"Bunda" gumaman terkahir keluar dari mulut reano dengan album yang masih setia di tangan nya, sebelum laki-laki itu pergi ke alam mimpi nya

"Bunda" gumaman terkahir keluar dari mulut reano dengan album yang masih setia di tangan nya, sebelum laki-laki itu pergi ke alam mimpi nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Too be continued
.
.
.

VOTE DISINI

REANO ERLANGGA: and the wound Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang