6

154 25 0
                                    

"Assalamualaikum bunda" kata nya setelah sampai di depan makan, yang bertuliskan Tina Widiyanti

Aku ikut berjongkok di depan reano, menatap nya sedu. "Reano" aku berlirih kecil menatap manik sedu milik reano

Dia menatap ku lalu tersenyum, namun di balik senyum itu aku bisa melihat banyak luka di hati nya.

"Bunda lihat aku bawa siapa?" Reano berkata sambil memegang nisan bunda nya.

Aku masih memperhatikan apa yang dia lakukan, aku masih bertahan dengan tubuh kaku ku. Setelah tau bahwa bunda reano sudah tidak ada.

"Aku bawa dara bunda, dara teman ku yang aku ceritakan waktu itu pada bunda" lagi-lagi aku hanya bisa diam membisu di depan reano

"Assalamualaikum bunda" kini aku ikut memegang papan kayu yang sudah usang itu, lalu mengelus nya lembut.

"Ini aku dara, teman nya reano" lanjut ku, kalian tahu saat ini aku hanya bisa menampilkan fake smile. Entah kenapa saat aku menatap wajah reano rasanya ingin sekali menangis.

Waktu kami habiskan di makan bunda reano, dan tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17.00 itu artinya sudah lebih satu jam kami si sini. Dan cuaca yang mulai berubah menjadi aga gelap, apa akan turun hujan?... Pikir ku

"Dara ayo kita pulang ini sudah sore" ajak reano pada ku, aku mengangguk dan ikut berdiri

Sebelum aku menyusul langkah reano, aku lebih dulu mengelus nisan bunda reano, dan tersenyum menatap papan coklat di hadapan ku.

"Dara pulang bunda, dara janji akan terus sama reano, dara akan gantiin bunda di sisi reano, dara janji bakal terus peluk reano kalo dia lagi sedih" aku berujar dalam hati sambil menatap makam bunda nya reano

"Dara ayo, sudah mulai gerimis" aku sadar dengan teriakan reano yang kembali ke arah ku, lalu menarik tangan kanan ku menuju halte, tepat di depan gerbang pemakaman

Kami berdua berlari karena hujan mulai deras, dan membuat baju kami berdua sedikit basah.  Aku sedikit mengelap tangan ku yang terkena percikan hujan.

"Kenapa harus turun hujan?" aku mendengar gerutuan dari bibir reano, aku menatap nya yang sedang melakukan hal yang sama seperti ku

"Reano sini duduk" aku menepuk tempat duduk di sebelah ku, supaya cowo itu ikut duduk di samping ku.

Dia mengangguk dan berjalan ke arah ku, dan duduk di samping ku

"Kenapa?" Aku bertanya pada reano

"Eummm maksud aku, kenapa kamu bergerutu saat turun hujan?" Lanjut ku karena reano menatap ku heran

"Aku tidak suka hujan" jawab nya menatap hujan yang cukup deras di hadapan kami

"Kenapa?"  Tanya dara

"Karena di setiap hujan, selalu ada luka yang mengeroyok tubuh ku" jawab reano

"Aku ga ngerti apa yang kamu bicarain reano" ucap ku menatap wajah nya yang terdapat banyak luka.

Reano mengambil senyum di bibir nya "karena di setiap hujan aku teringat saat bunda pergi meninggalkan aku, saat hujan juga papa selalu memukul ku, dan di saat hujan juga aku merasa sendirian" jawab nya membuat ku tersentak kaget

"Papa kamu selalu pukul kamu?" Aku berbalik menatap nya yang kini juga menatap ku, dengan senyum yang terus tercipta di bibir nya

"Reano jawab aku" aku memegang tangan kasar nya, sesak kenapa dada ku tiba-tiba sesak seperti ini

Reano hanya mengangguk, dan membalas genggaman tangan ku erat, perlahan tangan ku terangkat menyentuh sudut bibir nya yang terluka, jadi ini ulah papa nya. Kenapa jahat sekali

REANO ERLANGGA: and the wound Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang