22. 91 D : Moral Kehidupan

35 15 1
                                    

🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀

Semua orang pasti mengakui kalau Azhar itu remaja yang memiliki sikap dewasa. Jelas sekali sikap itu menurun langsung dari Arjuna, sang ayah yang dulunya kata Yesha senang sekali memberi nasehat.

Berkelana sedikit di masa lalu Arjuna, dulu semua orang mengenalnya dengan si rubah bijak karena kelakuan nya itu tak sama dengan remaja pada umumnya dulu.

Dan Yesha sangat yakin dengan pola didik teman kecilnya itu.

Arjuna takkan pernah mengajarkan yang tidak-tidak pada siapapun tanpa terkecuali. Apalagi jika itu putranya sendiri, Arjuna pasti akan merasa sangat bersalah pada istri nya.



















Rumah Kavindra sedang kedatangan tamu hari ini.

Coba saja kalian tebak bagaimana murung nya ketiga anak itu malai terabaikan karena empat laki-laki dewasa yang tidak lain adalah teman Arjuna, Yesha, dan Jeffrian sendiri.

Yohan beralih berbisik kepada Azhar.

"Keluar aja yuk? Kalau udah sama geng bapak-bapak pasti hawanya jadi garing." Ya sudah biasa Yohan akan bosan saat suasana disekitarnya berubah.

Azhar hanya menanggapi dengan kekehan kecil.

"Mau ke gazebo aja?"

"Boleh-boleh." Angguk Yohan dan Barack cepat.

"Yaudah, ayo."

Tak lupa berkata pada ayahnya dulu, Azhar menjadi yang paling akhir sampai di gazebo belakang rumahnya. Disana ada sebuah ayunan dan sudah diisi oleh dua orang yang tadi ia minta datang lebih dulu.

Omong-omong, tubuh Azhar sudah jauh lebih fit dibanding sebelumnya.

Ia sudah boleh berjalan tanpa kursi roda tapi harus tetap mempertahankan kesehatan nya, anak itu sama sekali tidak boleh kecapean.

"Kamu ditengah aja Zhar, biar enak denger nya." Kata Barack sambil memberikan tempat, Yohan juga sedikit bergeser untuk membuka ruang lebih.

"Haha. Emang kalian mau dengerin apa dari aku, hm?"

"Moral kehidupan? Mungkin, kamu kan keturunan om Juna yang notabene nya suka banget kasih nasehat soal pelajaran hidup." Sambat Yohan.

Anak itu menyenderkan kepalanya pada pundak milik Azhar.

"Ga ada kali, aku emang keturunan ayah tapi aku ga sebijak dia tau."

"Masa? Buktinya kamu selalu bisa bikin kita ngerti keadaan hidup dengan nasehat-nasehat kamu itu," Barack menimpali.

"Loh kan aku cuma bilang kalau hidup itu jangan dibawa susah, cuma sekali aja aku kasih kalian nasehat itu ga ada dilain waktu."

"Iya deh, debat sama kamu sama aja kayak lagi debat sama om Juna. Susah kalahin nya." Kata Yohan mulai jengah.

Pada akhirnya Azhar tetap menuruti kemauan kedua sahabatnya itu.

Mengeluarkan berbagai kiasan sebagai bentuk ilustrasi dengan makna terdalam yang pernah ada.

Yohan dan Barack pun takkan pernah bosan mendengarkannya.

Bahkan keduanya pernah meminta pada Azhar agar membuka podcast sendiri supaya anak itu bisa memberikan motivasi dan pelajaran hidup untuk semua orang yang sedang dalam fase ingin menyerah.

Yang sudah jelas tak dikabulkan oleh Azhar karena sebuah alasan yang sebelumnya ia rahasiakan dari mereka berdua.

🥀

Hei, teruntuk kalian yang sedang dalam fase menyerah–– ayo lebih semangat lagi dan yakinlah kalau kalian ga sendirian di dunia ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hei, teruntuk kalian yang sedang dalam fase menyerah–– ayo lebih semangat lagi dan yakinlah kalau kalian ga sendirian di dunia ini

Enjoy and see you💐

The Perfect Ending || EPEX✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang