Disclaimers: Cerita ini hanya fiktif belaka. Nama tokoh di cerita ini tak ada hubungan dengan pemilik nama asli tersebut di dunia nyata. Penggunaan nama tokoh di cerita ini hanya kesukaan penulis semata. Penggambaran tokoh di cerita ini murni imajinasi penulis. Konten 21+. Mengandung kata-kata kasar dan vulgar yang mungkin membuat sebagian pembaca tidak nyaman. Bagi pembaca di bawah umur diminta kesadaran dirinya untuk berhenti sampai disini. Penulis tidak bertanggung jawab apabila berdampak pada pembaca kedepannya. Apabila di dalam cerita ini terdapat kesamaan dengan cerita lain, itu murni ketidak sengajaan. Terima kasih.———————————————-
Aroma roti menyeruak di dalam sebuah cafe tempat dimana Jeongyeon bekerja. Dia mengeluarkan roti yang sudah mengembang dengan sempurna dari alat pemanggang berwarna silver yang berjajar rapih di dapur toko itu. Jeongyeon meletakkan loyang-loyang di atas meja. Setelah lumayan dingin Jeongyeon membawa roti-roti itu, lalu disusun di sebuah rak kaca. Terdapat berbagai macam-macam roti yang beraneka rasa.
Senyumnya tak pernah hilang menikmati kehidupan yang membahagiakan saat ini. Hidup sederhana dengan bekerja di sebuah cafe yang cukup terkenal di sudut perempatan jalan. Tak ada yang lebih disyukuri dalam hidupnya saat dia diterima bekerja di tempat itu. Membuatnya ingin selalu bersenandung.
Jeongyeon sangat suka aroma roti yang baru matang. Baginya itu adalah candu yang membuat pikirannya rileks. Rutinitas itu yang sekarang digelutinya. Menyiapkan adonan roti lalu memanggangnya, dan menyapa ramah pelanggan yang datang untuk membeli.
***
Seorang laki-laki sedang mengamati Jeongyeon dari dalam mobil mewahnya yang berwarna hitam legam. Laki-laki itu mengamati setiap gerak gerik gadis itu dengan intens. Sebenarnya dia hanya perlu turun dari mobilnya lalu menghampirinya. Dia cukup melihatnya dari kejauhan, sepulang dari kantornya seperti hari-hari sebelumnya. Namun malam itu berbeda, semakin laki-laki itu memperhatikannya, semakin timbul rasa ingin membawa gadis itu segera.
"Kau tunggu saja disini. Aku akan menghampirinya sebentar." Perintah laki-laki itu kepada pengawalnya sembari mengenakan topinya.
"Apa yang akan tuan lakukan?" Pengawal itu waspada.
"Aku hanya ingin melihatnya secara langsung."
"Tapi tuan.." sang pengawal sudah tidak dapat mencegah saat tuannya keluar dari mobilnya.
***
Jeongyeon tersenyum saat sebuah lonceng yang dipasang di atas pintu cafe itu berbunyi, menandakan seseorang pelanggan datang.
"Selamat datang di cafe kami. Anda mau pesan apa tuan?" Jeongyeon melayani seorang laki-laki sangat tampan berdada bidang mengenakan polo shirt lengan panjang berwarna biru tua dan celana panjang warna krem. Kehadiran laki-laki itu sangat mencolok di dalam sana. Ketampanannya tak dapat disembunyikan meski laki-laki itu mengenakan topi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Live With The Devil [END]
RomanceKehidupan Jeongyeon yang sempurna sirna seketika setelah bisnis ayahnya collapse. Lalu diperburuk dengan kematian kedua orang tuanya kemudian. Kekasihnya yang merupakan satu-satunya orang yang dia percaya, mengkhianatinya. Dia memilih kabur ke kota...