Chapter 19 : Troublemaker

385 52 37
                                    

-Selamat Membaca-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Selamat Membaca-

Jeongyeon membuka matanya perlahan. Dirinya kini berada dalam dekapan posesif laki-laki yang masih terlelap. Ya, semalam mereka telah melewati peraduan yang panas seperti biasanya— tentu dengan penuh paksaan pada awalnya. Jeongyeon mengamati wajah Taehyung setiap incinya. Mengagumi betapa sempurnanya wajah tampan itu yang sangat presisi di setiap sudutnya.

Jeongyeon membatin, laki-laki dewasa ini terpenuhi secara seksualnya, membuatnya semakin segar setiap harinya. Namun yang dirasakan Jeongyeon justru sebaliknya. Entah mengapa dirinya merasa sangat gelisah akhir-akhir ini. Kini dalam hatinya timbul sedikit keserakahan. Jeongyeon ingin diakui sebagai satu-satunya yang dimiliki Taehyung. Dipandangi cincin ruby yang melingkar di jari manisnya. Jemari itu juga yang kini sedang berada di dada bidang telanjang laki-laki itu. Jeongyeon merasa hangat dan kini dia mulai 'besar kepala'.

Jeongyeon memilih lebih banyak menghabiskan waktunya di dapur membuat roti untuk mengatasi kegelisahannya. Jeongyeon banyak dibantu chef dan pelayan di rumah itu. Jeongyeon akan membagikan hasil buatannya ke para pelayan.

***

Pagi itu Jeongyeon sedang bersarapan bersama dengan Taehyung. Saat sedang bersantap ria ponsel Taehyung berdering, laki-laki itu mengangkatnya. Sesaat wajahnya berubah, lalu melirik Jeongyeon. Jeongyeon melirik sejenak dengan ekor matanya. Ada secercah senyum di wajah lelaki itu saat menatap ponselnya. Sesuatu yang jarang sekali Taehyung tampilkan. Bahkan sepertinya lelaki itu hampir tak pernah tersenyum pada Jeongyeon, kecuali jika dia sedang bergairah pada gadis itu.

Lumayan lama Taehyung berbicara di telponnya hingga wajah berseri mengakhiri percakapan itu.

"Siapa?" Begitu refleks mulut Jeongyeon bertanya. Jika dipikir pertanyaan Jeongyeon tak begitu penting. Sekarang gadis itu sedang menyesali pertanyaan yang dilontarkannya.

"Bukan siapa-siapa." Jawab Taehyung datar. Lalu mereka melanjutkan santap sarapan paginya. Taehyung ini menyebalkan, sudah berani main rahasia. Oke, Jeongyeon juga tidak peduli. "Aku akan mengadakan Garden Party beberapa malam lagi." Dahi Jeongyeon berkerut. Apakah orang-orang kaya menghabiskan uangnya dengan berpesta? Bekerja, memenangkan tender lalu berpesta. Yang Jeongyeon saksikan begitu siklusnya.

"Aku mau ke kamar, Taehyung." Jeongyeon tidak peduli dengan pesta laki-laki itu. Padahal hal tersebut sangat menyenangkan bagi sebagian orang. Jeongyeon seperti memiliki trust issue terhadap sebuah pesta. Jeongyeon beranjak dan pergi begitu saja saat sarapanya belum habis sepenuhnya. Jeongyeon tak kuat menahan mual jadi memutuskan untuk segera pergi ke kamarnya. Jeongyeon merasa sedikit mual, namun tak bisa muntah. Jeongyeon tak mengatakannya pada Taehyung. Taehyung terus meneriakinya dan memanggil namanya, tidak terima karena merasa sudah ditinggalkan begitu saja.

"Dasar perempuan tak tau diuntung! Bisa-bisanya dia pergi begitu saja!" Gumam Taehyung lirih.

"Tuan.. anda harus segera berangkat ke kantor. Ada beberapa meeting penting yang harus anda hadiri." Asisten pribadi Taehyung mengingatkan. Taehyung beranjak dengan kasar dari kursinya. Meraih tuxedo yang dipegang oleh pelayannya, lalu menuju mobilnya.

Live With The Devil [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang