Chapter 9 : Obsession

659 56 9
                                    


Notes: kalian ngeluh ceritanya kurang panjang. Perasaan chapter paling pendek di cerita ini tetep 2000+ kata deh. Yaudah nih 3000+ kata buat chapter ini. Ayo vote dulu dong sebelum baca.😊❤️

-Selamat Membaca-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Selamat Membaca-

Jeongyeon layaknya orang yang ketahuan sedang melakukan kejahatan. Taehyung ini benar-benar tak tahu tata krama. Membuat Jeongyeon selalu terpenjarat ketika Taehyung yang secara tiba-tiba masuk kamar itu tanpa permisi.

"Kau bisa tidak, kalau sebelum masuk, ketuk pintu terlebih dahulu!" Jeongyeon marah untuk menutupi kegugupannya.

"Ini rumahku. Aku tak perlu izin untuk masuk ke ruangan manapun!"

"Oke baik. kalau begitu bebaskan aku dari rumah ini!" Mode keras kepala Jeongyeon dalam keadaan kembali menyala, menyuarakan tuntutannya.

"Tak ada satupun milik Kim Taehyung yang bisa keluar dari rumah ini tanpa seizinku!" Taehyung geram.

"Aku bukan milikmu! Cukup!" Jeongyeon mematahkan ego Taehyung lagi.

"Kau benar-benar perempuan yang tak belajar dari pengalaman!" Taehyung mendekati Jeongyeon rahangnya sudah sangat keras, matanya hitam kelam.

"Kau mau apa?" Jeongyeon panik saat melihat Taehyung melempar tuxedonya sembarang dan melepas dasinya. Taehyung terus menyudutkan Jeongyeon hingga ke dinding.

"Ahh apa yang akan kau lakukan?" Jeongyeon mengelengkan kepalanya. Dengan tangan menahan tubuh Taehyung agar tak semakin mendekat. Namun Taehyung justru meraih kedua tangan Jeongyeon. "Ahh sakit." Tangan Jeongyeon diikat erat dasi Taehyung dengan gerakan ahli secepat mungkin. Tubuh Jeongyeon diseret lalu dihempaskan ke ranjang. "Kenapa kau selalu menyiksaku!" Jeongyeon teriak dan meronta-ronta dalam sekapannya.

"Tadi kau sudah berani centil dengan bibirmu itu. Tersenyum ramah kepada laki-laki itu."

Jadi maksudnya Taehyung cemburu? Jeongyeon hanya menatap laki-laki itu tak percaya.

"Dia menyapaku! Dan mengajakku berkenalan. Memangnya tidak boleh?!" Jeongyeon terus melawan.

"Yang ku lihat kau menatap laki-laki itu dengan tatapan bodoh seperti perawan yang melihat laki-laki pertamanya. Ehm maaf." Taehyung tersenyum miring. "Aku lupa jika kau sudah tak perawan, dan aku laki-laki pertamamu."

Jeongyeon sangat benci laki-laki yang sekarang sedang setengah menindihnya. Dia itu perpaduan dari segala yang Jeongyeon benci. Kurang ajar, tidak sopan, kasar, dan arogan. Mungkin Tuhan menciptakan kesempurnaan fisik untuk mengimbangi sifat buruknya.

Jeongyeon memalingkan wajahnya kesamping airmatanya sudah menumpuk di pelupuk mata yang menunggu untuk segera dikeluarkan. Jeongyeon berfikir dia benar-benar selalu salah di mata Taehyung. Ia menangis terisak sudah tak menghiraukan harga dirinya di depan Taehyung yang beberapa menit lalu membara melawan Taehyung. Posisinya selalu serba salah.

Live With The Devil [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang