"Zara, kamu panggil Arzan di kamar ya. Mama yang akan menyiapkan makanan nya di atas meja" ucap Luna.
"Iya Ma."
Zara pergi memanggil Arzan, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti. "Kamar Arzan di mana Ma?"
"Di lantai atas."
Zara mengangguk, dia naik ke lantai atas dan mendapati kamar Arzan.
Tok... Tok... Tok...
"Arzan..." panggil Zara. "Arzan..."
Zara berulang kali memanggil Arzan tapi tidak ada jawaban.
Zara mencoba membuka pintu kamar Arzan, dan ternyata tidak di kunci.
Perlahan, Zara masuk ke dalam kamar Arzan. Dia tidak melihat Arzan. "Tuh anak kemana sih."
Zara memandangi seluruh isi kamar Arzan. Pandangan nya langsung tertuju pada salah satu foto keluarga Arzan. Difoto itu terdapat foto Arzan saat kecil. "Dia lucu juga ya" gumamnya.
"Zara, lo ngapain disini?!"
Zara membalikkan badannya menoleh ke arah sumber suara. Pemandangan di depan mata Zara, bisa di bilang sangat menguji keimanannya.
Arzan baru selesai mandi. Dia keluar dari kamar mandi, hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya.
Mata Zara melihat dari tubuh Arzan dari atas sampai bawah. Sebenarnya Zara malu melihat tubuh Arzan yang begitu, ekhem!
"Lo... Lo ngapain lihat gue kayak gitu?!"
Melihat wajah Arzan yang sudah merah merona karena malu. Ide jahil muncul di kepala Zara. Dia segera membuang jauh-jauh rasa gugup nya. Entah darimana Zara mendapat keberanian untuk menjahili Arzan.
Zara menarik napas pelan, dan langsung tersenyum miring.
"Kenapa memang kalau gue lihat badan lo. Badan lo bagus gitu." Zara berjalan pelan mendekat pada Arzan. Dia menyentuh dada bidang Arzan dengan lembut. Jari-jarinya mengelus perut six pack Arzan. "Badan lo seksi Arzan" bisiknya lembut.
Zara menunjukkan smirk nya saat melihat jakun Arzan yang naik turun.
"Damn, Zara mau mempermainkan gue" batin Arzan.
Arzan langsung menggenggam tangan Zara yang ada di perutnya.
Zara kaget bukan main, saat Arzan menggenggam tangan nya erat.
Kali ini Arzan yang tersenyum penuh kemenangan.
"Arzan... Lepasin tangan gue."
"Kenapa harus gue lepas? Tangan lo udah berani nyentuh tubuh gue" bisiknya, yang langsung membuat Zara menegang di tempat.
Zara berjalan mundur, dan Arzan berjalan maju tanpa melepas genggamannya pada tangan Zara.
"Arzan... Gue tadi cuman bercanda..."
Zara sudah terpojok di dinding kamar. "Mampus gue!" batin Zara.
"Bercanda?" tanya Arzan.
"Iya, gue tadi cuman bercanda."
Zara berusaha menarik tangan nya dari Arzan, tapi hasilnya nihil.
Arzan membawa tangan Zara untuk mengelus dadanya hingga ke perutnya. "Gimana rasanya?"
"Arzan, please lepasin tangan gue" ucap Zara. "Gue nggak kuat untuk sentuh badan lo lagi" lanjutnya dalam hati.
"Tadi lo berani banget sentuh badan gue. Gue dah kasih kesempatan, tapi lo nggak mau."
Detak jantung Zara berdetak cepat, wajahnya memanas kala wajah Arzan mulai mendekat padanya.
"Gue bisa izinin lo buat sentuh badan gue semau lo" lirih Arzan.
"Gue nggak..."
Cup!
Arzan mengecup bibir Zara pelan. Melumatnya lembut, tanpa balasan dari Zara.
Kepala Zara pusing. Kali ini Arzan yang menciumnya.
Bulir-bulir keringat keluar dari badan Arzan, padahal dia barusan mandi.
Dengan keadaan yang begitu hening, mereka berdua dapat mendengar suara detak jantung mereka masing-masing.
Arzan melepas bibir Zara. Dia menatap Zara teduh. "Asal lo tahu, gue baru pertama kali nya ciuman, dan itu dengan lo."
"Arzan..."
Arzan mencium leher Zara. Dia mencium leher Zara dengan kuat, hingga meninggalkan beberapa bekas kemerahan disana.
Zara memejamkan matanya, dia menutup bibir nya rapat-rapat agar suara-suara aneh tidak keluar dari mulutnya.
Dia nggak menyangka kalau Arzan bisa seagresif ini.
"Arzan..."
Arzan langsung sadar. Dia menjauh kan badannya dari Zara.
Dia melihat leher Zara yang terdapat bekas kemerahan karena ulahnya. "Gue minta maaf. Gue nggak bisa nahan diri."
Zara hanya bisa diam. Dia terlalu malu membahas beginian.
"Ra, lebih baik lo keluar. Karena gue nggak bisa jamin apa yang terjadi kalau lo masih disini."
"Iya. Gue manggil lo kesini tadi, karena mama Luna suruh lo untuk makan." Setelah mengatakan hal itu, Zara langsung keluar dari kamar Arzan.
Arzan menutup wajahnya dengan tangan nya. "Sial, gue nggak bisa nahan diri kalau bersama dengan Zara.
Suasana disekitarnya panas, padahal kamarnya ber-AC.
"Panas banget. Padahal gue baru mandi tadi."
Arzan menghela napas panjang, dia menyentuh bibirnya yang telah mencium Zara tadi.
Pikirannya melayang-layang tentang Zara. Dia segera menggeleng kan kepalanya kuat, menghindari pikiran kotor nya tentang Zara.
"Lebih baik gue mandi lagi."
Arzan pun kembali mandi, dan kali ini dia lebih lama mandi dari pada biasanya, dan itu semua karena Zara.
Please vote and komen 🥰🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch Me, Prince! [END]
Teen Fiction"Lo gak bisa lari dari gue" - Alex Gajendra "Tanggung jawab setelah berbuat seperti ini pada gue" - Arzan Ravindra "Lo mempermalukan gue, gue gak akan maafin lo" - Axelle Evano "Gue ikuti lo sampai ke ujung dunia sekalipun" - Arion Gibran Dua bulan...