Shameful Day

2.1K 220 7
                                    

"Kamu udah bilang sama Arzan kan Zara?" tanya Luna saat mengetahui Zara sudah turun dari lantai atas.

"Hmm, sudah Ma."

Luna memperhatikan tingkah Zara yang sedikit aneh menurutnya. Tatapannya jatuh pada leher Zara. "Kok leher kamu merah-merah begitu?"

Zara terkejut. Dia lupa untuk menutupi lehernya. Dia langsung menutup lehernya dengan rambut panjangnya. "Itu tadi, Zara digigit nyamuk Ma."

"Nyamuk?" Luna tersenyum tipis. Zara kira, dia tidak tahu kenapa lehernya bisa begitu. Luna menggelengkan kepalanya pelan. "Dasar anak ini, dia tidak bisa menahan dirinya" batinnya.

"Kenapa Ma. Kok geleng-geleng kepala gitu?"

"Nggak ada apa-apa."

Beberapa saat kemudian, Arzan turun dari lantai atas, dan bersamaan papanya Arzan sudah pulang.

"Papa... Tumben kok cepat pulang?" tanya Arzan.

"Kenapa memangnya kalau papa cepat pulang? Kamu nggak senang?" tanya Zen, papanya Arzan.

Awal Zara lihat Zen, Zara merasakan aura yang begitu kuat dari Zen. Sifatnya yang tegas dan berwibawa sangat terlihat. Zen benar-benar terlihat seperti seorang Jendral.

Tapi saat Zen dan Arzan berbicara. Zen terlihat lebih lembut.

"Pa, udah itu. Papa pasti lapar kan. Kita makan siang bersama bareng Zara" ucap Luna pada Zen.

"Zara?" Zen melihat Zara yang sedang tersenyum kaku. "Kamu Zara?"

"Iya om."

Zen melirik Arzan. "Ohh, jadi ini yang namanya Zara."

"Kenapa sih Pa! Lihatin Arzan kek gitu?!" Arzan risih lihat tatapan aneh dari Zen.

"Sok-sokan nggak tahu kamu. Padahal tadi pagi pas mama bangunin kamu..."

"Jangan dengerin apa yang papa gue bilang Zara" ucap Arzan memotong pembicaraan Zen.

"Papa belum selesai ngomong Arzan."

"Omongan papa nggak penting."

"Bilang aja nggak mau ketahuan."

"Papa, please deh. Nggak usah bahas itu lagi" ucap Arzan. "Gue malu kalau bahas begituan di depan Zara" lanjutnya dalam hati.

"Oke. Papa nggak bahas itu lagi."

Zara hanya bisa memperhatikan Arzan dan Zen. Dia benar-benar tidak mengerti maksud dari pembicaraan mereka.

"Jangan ribut lagi. Kalau masih ribut lagi, mama nggak akan izinin kalian berdua untuk makan siang" ancam Luna.

"Lah kok gitu. Kan papa yang salah Ma."

"Kok jadi papa. Kamu yang salah Arzan" ucap Zen tak mau kalah.

Brak!

Luna memukul meja makan yang langsung membuat mereka bertiga terkejut.

"Ma, udah ya jangan marah lagi. Iya papa yang salah." Lebih baik Zen yang mengalah, daripada menghadapi kemarahan nya Luna. Kalau Luna marah padanya, bisa-bisa dia tidak makan siang, dan tidur di luar kamar. Zen nggak akan membiarkan itu, nanti dia tidak dapat jatah dong.

"Hufftt... Kalau kalian ribut lagi, mama akan tendang kalian keluar dari rumah."

Arzan dan Zen mengangguk kan kepala cepat. "Iya Ma" ucap mereka serentak.

Zara tertawa dalam hati melihat kelakuan keluarga yang ada di depannya.

Mereka pun duduk, dan makan siang bersama.

Setelah makan siang, Luna berbicara pada Zara.

"Kamu nggak ada acara nanti sore kan Zara?"

"Nggak ada Ma."

"Bagus. Kamu disini ya sampe sore. Mama dan papa Zen akan keluar sebentar. Kamu dan Arzan disini aja dulu" ucap Luna.

"Loh, emang kita mau kemana Ma. Perasaan kita nggak ada acara apapun, akh! Sakit Ma." Luna mencubit tangan Zen.

"Mama ada acara mendadak papa sayang" ucap Luna sambil melototkan matanya melihat Zen.

"Hahaha, acara itu ya Ma." Zen mengiyakan perkataan Luna saat mengerti maksud Luna.

Zara mengernyitkan keningnya kebingungan. Menurutnya seperti ada yang salah dengan Luna dan Zen.

"Bisa kan Zara? Kamu dan Arzan disini sebentar?" tanya Luna.

"Bisa Ma."

"Arzan, kamu harus nahan diri nanti ya. Jangan buat Zara digigit nyamuk lagi" ucap Luna.

Uhuk! Uhuk!

Arzan terbatuk-batuk saat meminum air.

Pipi Zara merah merona karena malu. Ternyata Luna mengetahui perihal di leher nya itu.

"Maksud mama apaan sih?!" ucap Arzan.

"Jangan pura-pura kamu." Luna melihat ke arah leher Zara, dan Arzan mengikuti ke arah tatapan Luna.

Arzan dan Zara saling memandang satu sama lain. Wajah mereka benar-benar memerah karena malu. Dengan cepat, mereka berdua langsung memalingkan wajah mereka.

Zen menepuk pundak Arzan kuat, setelah tahu maksud perkataan Luna. "Berani sekali kamu Arzan. Sepertinya papa dan mama akan cepat dapat cucu" ucapnya sambil tersenyum.

Arzan bergidik ngeri, melihat senyum Zen yang terlihat menakutkan. Dia tahu kalau senyuman nya itu terdapat makna tersembunyi.

Luna bangkit dari kursinya. "Ayo pa, mama harus bersiap-siap dulu sebelum pergi."

Luna dan Zen pergi dari ruang makan. Meninggalkan Arzan dan Zara berdua.

Suasana diantara mereka terasa canggung, setelah Luna dan Zen telah mengetahui hal memalukan di antara mereka barusan.

"Astaga... Malu banget gue, karena dah ketahuan sama orangtuanya Arzan" batin Zara.

"Gue nggak tahu gimana lagi menghadapi Zara setelah ini" batin Arzan.

Mereka saling menundukkan kepalanya mereka. Hari ini, benar-benar hari yang begitu memalukan, di tambah dengan orangtua Arzan yang terus menggoda mereka tanpa henti.


Please vote and komen 🥰🙏

Don't Touch Me, Prince! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang