Beberapa hari setelah operasi, Alex masih belum menunjukkan tanda-tanda siuman. Dia masih tetap berbaring sambil menutup mata, entah sampai kapan.
Dan sudah menjadi kebiasaan Zara beberapa hari ini, setelah pulang sekolah, dia langsung ke rumah sakit menjenguk Alex.
Zara mengambil tempat, duduk di samping kasur Alex.
"Apa kabar Alex? Lo masih betah aja tidur" ucapnya, tanpa ada sahutan dari Alex.
Zara hanya bisa menguatkan dirinya untuk tidak menangis. Sejak Alex kecelakaan, dia menjadi sangat sensitif. Apalagi kalau berhubungan dengan Alex, dia benar-benar tidak sanggup.
Zara mengingat-ingat kebersamaan Alex beberapa minggu yang lalu. Kata-kata Alex masih terngiang-ngiang di otaknya.
"Gue jadi pengen di khawatirin sama lo Zara"
"Gue ingin lo jadi istri gue di masa depan. Biar lo selalu perhatian dan khawatir sama gue"
"Gue suka sama lo. Gue tulus sama lo."
"Kalau lo masih belum suka sama gue. Gue akan buat lo suka sama gue. Bukan cuman suka, gue akan buat jatuh cinta sama gue."
Zara memejamkan matanya, kata-kata Alex seperti terdengar jelas di telinganya.
"Lo berhasil Alex. Lo berhasil buat gue khawatir sama lo" lirihnya.
Zara melihat tangan Alex yang telah di infus, meraih dan menggenggamnya.
"Makasih dah selamatin gue waktu Alex. Kalau lo nggak ada, mungkin gue sekarang yang terbaring di sini."
Zara melipat tangannya di atas kasur Alex dan meletakkan kepalanya di atas nya. Matanya berat sekali, karena dia tidak cukup tidur beberapa hari ini.
"Alex, sepertinya gue sayang sama lo." Setelah mengatakan hal itu, Zara langsung tertidur.
Tanpa di ketahui Zara, seseorang tersenyum setelah Zara tertidur. Dia mengelus kepala Zara lembut, agar tidak membangunkan gadis itu.
"Gue lebih sayang sama lo Zara."
Dia kembali memejamkan matanya, kepalanya masih sakit, dia harus istirahat agar bisa secepatnya sembuh.
Beberapa orang ada di balik pintu kamar Alex yang terus mendengar ucapan Zara sedari tadi.
Mereka adalah Axelle, Arion, dan Arzan. Mereka juga selama beberapa hari ini terus mengikuti Zara diam-diam.
Mereka baru menjenguk Alex, setelah Zara pulang.
"Gue nggak tahu, seperti apa perasaan Zara pada Alex" ucap Arzan pelan.
Arion dan Axelle hanya diam. Perasaan mereka sama terhadap Zara.
Mereka bertiga memiliki perasaan yang kuat pada Zara. Tapi akankah mereka rela melepaskan Zara.
Sepertinya hal itu sangat mustahil. Mereka tidak bisa, dan tidak sanggup.
Persetan dengan kata-kata yang mengatakan tahta tertinggi dalam percintaan adalah saat engkau rela melepas dia demi kebahagian nya.
"Kalian tahu, gue nggak akan lepas Zara begitu saja" ucap Arion.
"Gue suka sama Zara, gue cinta padanya" lanjutnya.
Axelle berbalik, hendak pergi dari tempat itu.
"Lo mau kemana? tanya Arzan.
"Mau pulang. Nanti malam, gue akan jenguk Alex." Axelle melangkahkan kakinya pergi.
"Gue juga. Gue nggak akan melepas Zara begitu saja. Gue akan tetap mengejar Zara, walau harus bersaing dengan sahabat-sahabat gue" batin Axelle.
*****
Zara bangun dari tidur nya. Pandangan yang di lihatnya adalah Alex sedang tersenyum padanya.
"Alex..."
"Lo udah bangun. Gimana tidurnya? Nyenyak?" tanya Alex.
Zara terkejut. Alex berbicara padanya. "Alex... Lo bangun." Dia langsung memeluk Alex dengan air mata yang jatuh di pipinya.
Alex membalas pelukan Zara. "Gue udah bangun sayang."
"Lo baru sadar. Jangan gombal" ucap Zara kesal, dengan air mata yang membasahi pipinya.
Alex terkekeh geli. Dia menghapus air mata Zara. "Jangan nangis. Gue nggak suka."
"Ini semua gara-gara lo. Gue sampe menangis kek gini."
"Maaf ya. Gue nggak bermaksud buat lo menangis" ucap Alex.
Air mata Zara berhenti keluar. "Gue seharusnya yang minta maaf, karena dah buat lo seperti ini" ucapnya sambil menundukkan kepalanya.
"No, ini bukan salah lo sama sekali. Gue cuman mau lindungi cewek yang gue cintai" balas Alex.
Zara mengangkat kepalanya. Jarak wajah nya dengan Alex sangat dekat, sampai-sampai dia merasakan deru napas Alex.
Alex mulai menipiskan jarak di antara mereka. Bibirnya mulai mendekat pada bibir Zara.
Ceklek!
"Ups! Sorry, sepertinya mama sama papa menggangu kalian" ucap Sinta sambil terkekeh kecil.
Segera Zara menjauh dari Alex. Wajah nya sudah merah merona. Dia sangat malu, karena ketahuan berdekatan dengan Alex.
"Mama sama papa kenapa kesini?" tanya Alex dengan nada sedikit kesal. Padahal sedikit lagi, dia bisa merasakan bibir Zara. Tapi semuanya gagal, karena orangtuanya.
"Kamu juga. Padahal baru sadar, tapi langsung nyosor anak orang aja. Halalin dulu, baru bisa main sosor-sosor" ucap Sinta sambil menahan senyumnya.
Bryan geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya itu. "Gimana keadaan kamu? Udah baikan? Kepala kamu masih sakit?" tanya Bryan.
"Udah mendingan pa. Walau kepala Alex masih sedikit nyeri" jawab Alex.
"Syukurlah."
"Tapi kok mama sama papa tahu kalau Alex sudah sadar?" tanya Alex heran.
"Kamu kira, mama sama papa nggak tahu, kalau kamu sudah sadar dari semalam" ucap Sinta.
"Alex sudah sadar dari semalam. Berarti tadi, dia dengarin semua yang gue omongin dong. Argh! Alex menyebalkan. Gue malu banget!" batin Zara.
Alex melihat Zara. Dia tersenyum miring. "Tenang saja. Semua ucapan lo tadi, dah gue rekam di otak gue."
Zara menutup wajahnya. "Kenapa juga gue ngomong kek gitu tadi."
"Nanti papa akan kasih kamu vitamin. Kamu istirahat kembali. Mama sama papa, masih ada kerjaan" ucap Bryan.
Sinta dan Bryan pun keluar dari kamar Alex.
"Gue juga mau pulang Alex. Bye!"
Baru saja, Zara melangkahkan kakinya, Alex sudah menghentikannya. "Mau kemana lo? Lo nggak boleh kemana-mana. Lo tetap disini."
"Tapi gue punya urusan penting sekarang" bohong Zara.
"Nggak usah bohong."
"Iya deh." Zara hanya bisa pasrah.
"Sini." Alex menyuruh Zara mendekat.
"Mau ngapain?" Zara mendekat pada Alex.
Hap!
Alex langsung menahan tubuh Zara, agar tidak menjauh lagi.
"Gue mau lanjutin yang tertunda gara-gara mama sama papa tadi" ucap Alex dengan seringai.
"Lo jangan macam-macam Alex. Lo baru sadar. Lo harus istirahat" ucap Zara gugup.
"Tenang aja. Gue udah pulih kok. Gue lebih kuat dari yang lo bayangkan."
Alex langsung mengecup bibir Zara pelan. Melumatnya dengan lembut. Setelah itu dia melepas pagutannya.
"Manis."
Pipi Zara memerah seketika. "Dasar mesum!"
Please vote and komen 🥰🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch Me, Prince! [END]
Teen Fiction"Lo gak bisa lari dari gue" - Alex Gajendra "Tanggung jawab setelah berbuat seperti ini pada gue" - Arzan Ravindra "Lo mempermalukan gue, gue gak akan maafin lo" - Axelle Evano "Gue ikuti lo sampai ke ujung dunia sekalipun" - Arion Gibran Dua bulan...