(3)

768 50 1
                                    

" Davin? Ngapain disini? " Aku terkejut, melongo. Bagaimana tidak? ini seperti mimpi. Davin, apakah dia juga anak baru di Westminster?

" Hai, Clay. " Davin tersenyum dan duduk disebelahku.
" Kamu juga sekolah disini? " kataku.
" Iya, aku yang izin ke papaku. " Kata Davin.

Davin juga punya keturunan sama seperti aku. Tetapi ibunya adalah orang paris. Logat bahasa inggris Davin adalah British. Sedangkan aku, American. Tapi terkadang aku mencoba untuk ber accent british. Davin tersenyum memandangi aku.

" Davin, why are you looking at me like that? something wrong? " Aku memberikan tatapan bingung. Davin masih tersenyum memandangiku. Ada apa dengan Davin?

Alisnya tebal, aku suka sekali pria dengan alis yang tebal.

" Clay, apakah kau masih menyukaiku?" tanya Davin penuh harapan di matanya.

Bagaimana ini? Aku bingung. Aku sangat bingung. Aku tidak bisa menjawabnya. Aku bingung,malu,takut,resah. Davin, kau membuat jantungku berdegup kencang.

" Clay. " Davin masih menatapku.

" mmm, Davin aku... " Aku sangat kebingungan. Aku tidak bisa mengatur kata-kata.

" Baiklah, anak-anak mari masuk kelas. " kata guru itu didepan pintu. Guru itu sudah keluar dan menunggu kita diluar. Aku berdiri dengan cepat, menuju ke depan pintu dan membukanya. Davin berada dibelakangku.

Kelasnya sangat jauh dari ruang staff, dan aku rasa kelasnya sudah dimulai.

" Attention please, There's a new student from Indonesia. "

Guru itu menyuruhku berdiri di depan kelas memperkenalkan diri sementara murid-murid pandai ini tertawa dihadapanku.

" Well, my name is Clarissa Anastasia and I'm 16 years old. "

" HELLO CLARISSAAAA "
Seisi kelas menyapaku.
Sekarang giliran Davin. Mungkin, Davin akan menjadi terkenal lagi di sekolah ini.

" hi everyone, my name is Davin James Nelson so yeah, i'm 16. "

Sepertinya saat Davin memperkenalkan diri tidak ada yang menertawakannya sama sekali. Mungkin perempuan-perempuan dikelas ini tergila-gila melihat ketampanannya. Guru itu menyuruhku duduk di tempat kosong paling belakang bersama Davin. Aku membuka tasku dan mengeluarkan bolpoin dan sebagainya.

" Can I borrow your... " Kata Davin.

Sudah kuduga Davin tidak akan membawa pensil kesekolah. Aku memberikan bolpoin berwarna hitam ini ke Davin. Ini adalah pelajaran biologi. Aku suka biologi.

_______________________________

KRINGKRING!

Bel istirahat berbunyi, Davin menarik tanganku dan mengajakku ke kantin. Dulu dia tidak se agresif ini, maksudku dia tidak pernah memegang tanganku. Aku menduduki kursi dan hanya mengambil sebuah omelet dan teh hangat. Sedangkan Davin membawa banyak sekali makanan, sosis,sereal,sup dan masih banyak lagi.

" Davin, apakah kamu monster? memakannya sebanyak itu? " Aku tidak bisa menahan tawaku.

" Aku lapar, Clay. " Davin langsung menyuapkan sendoknya ke mulutnya.
Davin mungkin sudah melupakan pertanyaan membingungkannya itu.

Huh, untung saja. Mungkin dia sudah melupakannya. Aku harap dia tidak akan menanyakan pertanyaan itu lagi. Aku tidak bisa menjawabnya, aku memakan satu suap omeletku. Pertanyaan Davin, sebaiknya aku memikirkan jawabannya. Mungkin, dia akan tanya lagi. Walaupun, aku takut untuk menjawabnya. Aku masih ada perasaan dengan Davin, aku masih merasa gugup berada didekatnya seperti ini. Apalagi dia baru saja memegang tanganku. Aku memandang Davin yang sedang makan dengan lahap. Kantin begitu ramai, dan dipenuhi dengan orang pacaran. Mungkin, orang lain menganggap kita sedang berpacaran juga.

Broken insideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang