(6)

570 38 2
                                    

" Okay, we're finally here. " Kata Davin tersenyum kepadaku dan meraih tanganku.

Baiklah, Aku gugup. Sepertinya, tanganku bergetar dan sedikit berkeringat. Padahal, Davin sedang memegang tanganku sekarang. Tenanglah Clay, tenanglah.

Kami berjalan memasuki teater dan membeli 2 tiket.
" 2 tickets for Fast and Furious,please. " Kata Davin dengan accent britishnya yang sangat kuat.

Oh my god.

I'm actually dying, Aku sangat tidak tahan dengan accentnya yang sangat-sangat enak didengar itu. Aku sangat suka mendengarkan orang yang berbicara dengan accent british dan sekarang Aku tinggal di London, tempat accent yang kugemari itu dimiliki oleh hampir semua orang disini. Davin mengeluarkan dompet coklatnya dari saku celananya. Masih ada uang 100 ribu rupiah di dalam dompetnya. Ah, Ia membuatku merindukan Indonesia.
Setelah membayar tiketnya, Davin kembali menggandeng tangan kecilku ini. Ia menggenggam erat tanganku, dan ini membuatku semakin ingin terbang ke angkasa sejauh mungkin. Aku seperti ingin meledak.

Maaf, Aku terlalu berlebihan.

Kita on time. Kita langsung memasuki Studio. Kita duduk di seat paling atas dan agak memojok. Banyak sekali orang-orang yang menonton. Inilah film dengan rating tinggi.

Film sudah dimulai, aku memandangi Davin yang fokus sekali dengan film yang sangat digemarinya ini. Aku bisa melihat dia tertawa pada bagian yang mengeluarkan kekomediannya. Aku juga ikut tertawa, tetapi sambil menengok ke arah Davin, dan melihat tertawanya yang sangat manis itu.
Kupu-kupu didalam perutku ini tidak mau berhenti berterbangan. Tubuhku, sudah tidak tahan karena ingin meledak.

Plek!
Aku bisa merasakan tangan hangat ini, menyentuh pundakku dan mengelusnya kesana-kesini. Tuhan, indahnya surga duniamu.

Tangan hangat ini, masih ada disini, di pundakku. Mataku melebar, mulutku berbentuk O. Aku tahu, aku sangat berlebihan karena ini adalah pertama kalinya kami bermesraan seperti ini. Kupu-kupu ini mempercepat terbangnya. Jantungku juga mempercepat detaknya. Aku sudah tidak menentu.

_________________________________
Davin POV

Aku menyentuhnya dengan lembut. Aku tahu Ia menyukainya, sangat menyukainya. Ini adalah kesempatan terbesarku. Aku bisa menciumnya lagi. Tetapi, disini terlalu gelap. Aku mengurungkan niatku untuk menciumnya.

Bahkan, pada saat aku ingin menyentuh pundaknya dan mengelusnya, aku masih meraba-raba dengan pelan, memastikan apakah ini benar pundaknya atau bukan. Karena kegelapan di studio ini. Dengan tubuhnya yang sedikit gemetar ini, membuatku ingin menyentuhnya lagi.

Oh God, I'm so lucky to have this innocent girl. She's so cute.
Aku masih menyentuhnya, dan Ia sepertinya mengantuk. Ia menidurkan kepalanya di pundakku. Rambut indah panjangnya mendarat di dadaku. Aku tidak bisa berhenti tersenyum. Ini adalah hari terbaik dalam hidupku.

Setelah film ini selesai, Aku mengajaknya makan siang di suatu Cafe. Aku menceritakan banyak hal kepadanya, tentang saat aku masih di Indonesia dan ingin ke London.

Begini, Ayahku bekerja di London. Jadi, aku mempunyai alasan yang tepat untuk bisa pindah ke London. Aku mengatakan ke Ayahku, bahwa aku tidak ingin jauh darinya. Ibuku juga begitu, Ia tinggal di London. Tetapi, ayahku sering sekali pergi ke Australia. Katanya, Ia juga memiliki banyak tugas disana.

" Wow, jadi kau tidak ingin berpisah denganku? " Tanya Clay dengan suara lembutnya yang seperti bidadari.

" Yes. " Jawabku dengan sangat yakin. Aku tersenyum melihatnya.
Dulu, kami adalah sekedar sahabat. Saat di Jakarta, kami memliki semacam grup yang terdiri dari Aku, Clay, Aurel, Eca, Nanda, Kevin, dan Sena.

Kita tidak mempunyai nama grup, menurutku grup yang mempunyai nama itu terlalu mainstream, Hahaha.

Aurel sudah berhubungan dengan Nanda, dan Eca dengan Kevin, sedangkan Sena Ia adalah laki-laki yang tidak mudah jatuh cinta. Ia benar-benar selektif dalam memilih perempuan. Ia selalu berfikir dengan sangat matang. Dan Aku rasa, hanya Aku dan Clay yang tersisa. Kita sering bersama, Clay hampir setiap hari Sabtu mengajakku ke taman belakang rumahnya. Kita menonton film, bermain games, dan membaca buku.

Clay, seperti menyukaiku tetapi, aku masih belum yakin. Aku masih berpikir, apakah Clay yang terbaik untukku? Ia selalu memberikanku saran dengan baik saat aku bercerita tentang permasalahanku. Pada intinya, Ia selalu ada disaat aku sedih, senang, dan semua perasaan yang ada dalam diriku. Setelah ada kabar jika dia akan ke London, hati ini rasanya seperti ditusuk oleh jarum suntik yang sangat tebal. Aku tidak bisa melepaskannya begitu saja. Aku tahu, dia menunggu jawabanku. Ia menunggu, apakah aku menyukainya atau tidak.

Akhirnya, aku menanyakan pertanyaan itu kepadanya. Dan saat aku menanyakannya, Ia seperti terkejut dan sedikit mengabaikannya seperti itu sudah tidak penting lagi baginya. Itu sakit, sangat sakit. Tetapi, aku masih berusaha. Aku masih berusaha untuk mengetahui apa jawabannya. Dan Ia mengatakan iya.

Seperti pada saat bermain tarik tambang. Kami menariknya bersama-sama dengan seimbang, supaya kita tidak terjatuh atau talinya terlepas. Sebenarnya, cara bermainnya bukan seperti itu. Tetapi, ibarat itu adalah Aku dan Clay. Tidak akan ada yang kalah ataupun menang. Kita harus seimbang, Jika ada masalah datang kita harus menjaga tali itu agar tidak terlepas. Tidak akan ada salah satu dari kita yang terjatuh. Tidak akan.

GUBRAK!

Aku melihat laki-laki dengan rambut keriting eksotisnya ini tersandung tepat didepan kami. Ia bangun dari tersandungnya itu dan melihat ke arah Clay.
Ia Harry Styles.

Harry memandang Clay seperti Ia mengenalnya. Hati ini terasa panas. Rupanya aku merasakan cemburu. Sabarlah, Davin kau tidak boleh memperburuk keadaan biarkanlah saja mereka bertatap-tatapan seperti itu.

" Harry, Are you okay? " Kata-kata yang tidak kuharapkan keluar dari bibir merah merona Clarissa, kekasihku.
Benar, Ia mengenalinya.

" I'm Alright, thank you for asking. " Kata Pria menyebalkan ini. Ia memiliki accent british yang membingungkan, Ritme berbicaranya sangat lambat. Si Keriting ini masih melihati kekasihku.

" Oh, Is this your boyfriend? " Tanyanya. Iya bodoh, jelas-jelas aku adalah kekasihnya.

" Yes, mm his name is.. Davin. " Jawab Clay sambil memberinya senyuman manis.
Sial, kenapa Clay begitu ramah dengan pria penggoda seperti dia? Aku sangat membenci dia. Aku tersenyum terpaksa ke arah pria keriting ini.

Ia membalas senyumanku. Clay memandangi kami berdua dan aku sangat berharap pria ini lenyap dan tidak menganggu kebersamaan kami.
Akhirnya pria ini pergi dan tidak mengucapkan sepatah katapun.

Harry Styles, Pria pujaan para remaja-remaja di seluruh dunia ini membuat mood ku turun hari ini.

________________________________

Aduh, banyak banget ya Davinnya...

Maafkan, kalo bahasa inggris masih gaje.

Dan tolong banget kasih comment.
Gue gabisa ngoreksi cerita gue sendiri. Jadi tolong kalian koreksi cerita gue dong?

Maafkan juga kalo ada typo.
Maafkan juga kalo kata-kata yang gue pake maksa atau segala macem.
Gue buat ini gak terlalu dengan niat didalam hati kayak buat novel sih.
Gue cuman mau tau gimana pendapat orang sama fanfic gue.

Jadi tolong vommentnya yaa
Jangan jadi Sider:)

Broken insideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang