(8)

546 32 1
                                    

" STYLES, CAN YOU PLEASE GET OUT?! " Aku membentaknya dengan keras. Aku sangat jarang membentak orang, maksudku aku tidak pernah sekasar itu dengan orang lain. Tapi ini kelewatan batas, emosiku sudah tinggi sangat tinggi.

Mata Green Emeraldnya menatapku tidak percaya, " I'm sorry, okay I'm sorry I didn't mean it. " Katanya seperti menenangkan diriku.

" Maafkan aku, aku hanya bosan dan... " Aku memotong perkataannya,
" DENGAN MASUK KE KAMAR ORANG TANPA PERMISI, DAN MEMINTA MAKANANNYA TANPA MEMINTA TERLEBIH DAHULU DAN ARGH KAU SANGAT MENYEBALKAN, TIDAK KUSANGKA! " Suaraku meninggi.

Ia menatapku, berdiri dan berkata,
" I'm sorry, i just bored and.. please i'm so sorry, i never do this again I swear. " Katanya sangat menyesal.

Emosiku yang tinggi, mereda. Karena ucapan halusnya. Aku mengangguk kan kepalaku, menandakan bahwa aku sudah memaafkannya.

" Okay, Harry i have school tomorrow and please..? " Kataku mengarahkan tanganku ke pintu, menyuruhnya kembali ke kamarnya. Ia mengangguk, dan keluar.

Aku bisa kembali ke kesenanganku lagi sekarang, fyuh.

_______________________________

Harry's POV

Aku tidak pernah melihat wanita seketus itu. Se kasar itu, Apakah dengan aku memperlakukannya seperti itu Ia sampai membentakku? Perempuan ini sangat sensitif.

Ini aneh sekali, biasanya saat aku melihat perempuan, aku akan tertarik untuk mengajaknya bermain di ranjang, tetapi kali ini tidak. Ia membuatku ingin mengenalnya lebih dalam.

Aku tidak mempunyai kekasih. Ia mengiraku memiliki kekasih, mungkin yang dimaksudnya adalah Emily, gadis dengan tubuh indah yang baru kutemui di depan apartement beberapa waktu yang lalu. Iya, aku menidurinya. Aku tidak tahan dengan tubuhnya, memang siapa yang tidak mau tidur denganku?

Aku masih memikirkan gadis yang tinggal tepat di sebelah kamarku ini. Ia sungguh manis, aku selalu ingin memandanginya.
Tadi, aku melihatnya bersama laki-laki dengan alis tebal, rambut brunette dan anting di salah satu telinganya.

" Yes, mm his name is.. Davin. "

Iya, Davin.
Pria brunette itu adalah kekasihnya. Baiklah, jujur pada saat itu. Aku merasakan ada jarum kecil menusuk hatiku. Apakah aku merasakan cemburu?

Tidak, Apakah aku menyukai Clarissa?

________________________________
TEEET TEEET!

Alarmku berbunyi, hari ini Davin akan menjemputku lagi. Aku merindukannya, baru beberapa jam tidak bertemu saja sudah sangat rindu. Seperti biasa, aku menuju ke kamar mandi, dan memakai seragam.

Kali ini, aku memakai cardigan berwarna hitam. Aku memakai chocker berwarna hitam dengan gantungan kecil berbentuk hati di tengahnya. Aku menggerai rambutku.

TINGTING!

Aku yakin itu Davin.
Aku dengan semangat membuka pintu dan melihat orang yang kemarin meminta makanan kepadaku. Kalian pasti tau itu siapa.

" Umm, aku ingin meminta segelas susu? Apakah kau keberatan? " Tanyanya kali ini sopan.

Ia menaikkan alisnya menunggu jawabanku.

" Okay, wait. " Aku membalikkan badanku, menuju ke kulkas dan mengambil susu.

" Here you go, kau boleh ambil semua. " Kataku, aku memberikan sekotak susu besar. Supaya, besok pagi Ia tidak meminta kepadaku lagi.

" Clay? "
Oh, tidak.
Davin, ini suara Davin.

Ucapan Davin membuat Harry menoleh kebelakang dan mereka bertatap-tatapan.

" Hey, dengar aku hanya meminta susu karena punyaku habis. " Jelasnya.

Harry tampak panik, mungkin Ia takut Davin memarahinya atau salah paham.

Davin melihatku sebentar, kemudian melihat Harry.

" Come on babe, we're late. " kataku langsung menarik tangannya dan menjauh dari Harry.

Aku memasuki mobil, menghembuskan nafas dan melihat Davin mulai menjalankan mobil.

Davin diam, Ia diam. Ia tidak berkata apa-apa seperti biasanya. Davin adalah tipe orang yang mudah cemburu.

" Davin, kenapa kau begini? kita hanya tetangga dan Ia meminta susu kepadaku. " Kataku mencoba menjelaskan kepadanya.
Ia masih fokus menyetir dan tidak melihatku sama sekali.

Aku melihatnya kecewa.
Masih memandanginya, dan memikirkan kata-kata untuk kujelaskan.

" Kau lihat? aku memberinya sekotak susu besar, agar dia tidak memintai ku susu lagi." Jelasku.

" Davin, " Aku memanggilnya dan Ia tidak menjawabku.

Wajahku berubah menjadi wajah frustasi.
" Davin, aku tidak paham kenapa kau sangat mudah cemburu? "

Davin memberhentikan mobilnya, dan menatapku.

" Clarissa, Aku cemburu karena aku sangat mencintaimu! Kau tau itu? " Ia meninggikan nadanya.

" Tapi kau tidak harus terlalu mudah cemburu seperti itu Davin, kau membuatku, "

Davin memotong perkataanku,
" Aku membuatmu apa? kau tidak suka jika aku berada didekatmu, huh? "
Ia membentakku.

Aku hancur, hanya karena soal susu Davin membentakku seperti ini.

" I'm sorry. " Kataku.
Aku sudah tidak bisa mengeluarkan kata-kata lagi kecuali, maaf.

" Clay, " Davin memanggilku, kali ini suaranya halus.

" Davin, aku tidak suka jika kau terlalu mudah cemburu seperti itu, pada dasarnya semua orang baik wanita maupun pria tidak akan suka jika pasangannya mudah cemburu. Mudah cemburu itu merusak hubungan, Davin. " Kataku.

Aku harus mengatakan itu, entah apa resikonya. Davin memandangku, Wajahnya tidak terlihat seperti marah. Mungkin Ia sadar.

Davin mendekatkan wajahnya ke wajahku, Ia memejamkan matanya dan mengecup bibirku lembut.

_______________________________
Vomment? :)

Broken insideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang