(23)

413 31 1
                                    

Clarissa's POV

Seperti biasa, Aurel menginap dirumahku. Biasanya kita melakukan hal konyol seperti mendadar telur dengan taburan tepung. Tetapi, percayalah menurutku rasanya enak. Jangan terlalu banyak menaburkan tepungnya, itu akan membuat telurnya tidak terasa. Aku tahu, aku gila.

" Apakah kita akan memasak roti telur lagi? " Ucap Aurel, Roti telur itu sebutan kami. " Aku rasa tidak, aku malas bergerak dan aku ingin membaca majalah menarik ini sampai habis. " Ucapku seraya membalikkan halaman majalah yang kusukai itu.

" Baiklah, " Ucap Aurel yang asik dengan rambutnya sendiri.

KRING KRING

Aku mengernyitkan jidatku, melihat nama kekasihku terpampang di ponselku.

" Hello, harry "

" Hey, it's Niall "

" Oh, Niall. "

Aku menyalakan loud speaker di ponselku supaya Aurel bisa mendengarnya.

" Ada apa Niall? Dimana Harry? "

" Ia menelponku tadi pagi, dan saat aku menemuinya Ia sudah pingsan tepat ditempat itu. Hidungnya berdarah, Ia babak belur. "

Aku melototkan mataku.

" Bagaimana bisa? Apakah dia baik-baik saja sekarang? "

" Iya, dia masih istirahat... mungkin Ia ingin berbicara denganmu... "

" Baiklah, berikan ponselnya ke Harry. "

" Okay. "

" Hell- oooo.... "

Suara Harry sangat serak, seperti lemas. Pasti luka-luka di tubuhnya itu sangat menyakitkan.

" Heyyyy are you okay? Bagaimana bisa kau luka-luka sebanyak itu? "

" Aku tidak apa-apa Clarissa, "

" Tidak, Harry kau kesakitan "

" Sudahlah, Clarissa "

" Jangan lupa untuk meminum obatmu, teruslah istirahat sebaiknya kau memperbanyak tidurmu Harry, minggu depan kau sudah mulai melakukan tur dunia, lagi. "

" Baiklah, Clarissa bye "

" Bye, Harry. "

Aku mengakhiri telepon dan memeluk Aurel erat. " Sabarlah.... " Ucapnya mengelus-elus punggungku, menenangkanku.

" I miss him Rel, ingin rasanya aku duduk disebelahnya sekarang. " Ucapku masih di terbenam di punggung Aurel.

" Tunggu, "
" Ia kan masih day off? mengapa kau tidak menyuruhnya ke Indonesia? "

Aku memutar otakku sejenak, berpikir. Ide Aurel bisa juga, tetapi bukannya itu terlalu nekat? Harry kan masih sakit.

" Tetapi itu terlalu nekat Aurel, Harry masih di rumah sakit Ia butuh istirahat. "

" Iya, betul juga. "

Aku tidak sabar 6 bulan ke depan, ah mengapa ini terlalu lama.

" Sudahlah tak apa, ku tunggu saja 6 bulan kedepan. " Ucapku pelan.

Aku menarik selimut dan berkata, " Aku mengantuk. "

Aurel pun sependapat denganku, Ia merasakan kantuk juga sama sepertiku.

_______________________________
Pagi ini kita hanya dirumah, tidak melakukan apa-apa, dan menurutku membosankan.

Harry menelponku tadi , Ia bilang ia ingin menghubungiku lewat video call.

" Hello Clarissa! " Ia melambaikan tangannya itu dan tersenyum manis.

Aku pun membalasnya dengan senyuman.

" Aku sudah membuat puisi! " Ia dengan semangat membuka lipatan kertas yang berisi puisi buatannya itu.

" wow! " Ucapku memujinya.

" Okay, ehm ehm " Ia berdehem, mengatur suaranya.

" The sun rises in your collarbones and sets somewhere behind your smile let me plant kisses in all your cracks and all the spaces in between let me graze my fingers against the back of your hand and wait for you to hold mine let me love you gently like the love I was never able to give to all my long gone past lovers and i will kiss away the taste of your past this, my love, feels like coming home and nothing in this world can amount to the feel of your arms i write you with shaking hands and heavy breaths this poem belongs to you as i, with you. "

Hatiku sangat berbunga-bunga. Aku sangat beruntung bisa memilikinya, susah sekali menemukan pria yang bisa membuat puisi seindah puisinya.

Oh god, I'm so in love.
_________________________________

Broken insideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang