Queenerra tampak membugkus rambutnya yang masih basah dengan handuk dan berjalan keluar dari kamar mandi. Langkahnya terhenti dan dia hampir melompat karena terkejut menemukan seseorang duduk di tepi tempat tidur di kamarnya. Dirinya bahkan membeku dalam beberapa saat, sementara Benjamin menatapnya.
"Sejak kapan kau duduk di situ, tuan?" Tanya Queenerra canggung. Tangannya memeluk pinggannya sendiri yang terbalut handuk mandi dengan model kimono yang dia kenakan.
Rahang Benjamin Duncan mengeras sekilas, tatapannya masih tertuju pada Quenerra yang memilih untuk tetap berdiri di kejauhan. "Aku pulang lebih awal." Dia menjawab.
"Aku akan mengganti pakaianku dan menghangatkan makanan untukmu. Aku memasak makanan yang mungkin kau sukai." Sementara Queenerra terus berbicara, Benjamin bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke Quenerra.
Benjamin hanya berhenti ketika mereka berdiri berhadap-hadapan tanpa jarak. Queenerra menurunkan pandangannya, dia sama sekali tidak berani menatap Benjamin, "Aku harus mengganti pakaianku." Dia berbisik pelan.
Benjamin Duncan menelan ludah, jari telunjuknya perlahan naik ke sisi wajah Queenerra dan menyentuh dari sisi dahi Queenerra ke rahangnya dan sampai ke bibir Queenerra, menyebabkan dia menutup matanya, merasakan setiap getaran di tubuhnya yang tiba-tiba seperti diaduk ketika Benjamin Duncan menyentuhnya.
"Aku memintamu untuk menunggu di kamarku, lalu mengapa kau tidak melakukannya?" tanya Benjamin.
Queenerra menggigit bibirnya" Aku tidak berani masuk ke kamarmu, sementara kau tidak berada di sana." Dia menjawab dengan tenang.
"Bukankah aku memintamu untuk melakukannya?" Benjamin bertanya lagi.
Begitu pulang dari kantornya, Benjamin berharap melihat Queenerra di kamarnya menunggunya, tetapi Queenerra tidak melakukan apa yang dia katakan. Hingga akhirnya Benjamin memutuskan untuk masuk ke kamar Queenerra tanpa sepengetahuan wanita tersebut. Tetapi karena Benjamin mendengar suara air gemericik di kamar mandi, dia yakin Queenerra sedang mandi.
"Kau masih marah padaku?" Benjamin bertanya sekali lagi.
Queenerra bangkit wajahnya, "Mana mungkin aku berani marah padamu. Lagi pula aku juga tidak punya alasan untuk marah." Queenerra menelan ludah. "Aku hanya merasa tidak nyaman untuk masuk ke kamarmu ketika kau tidak di rumah.Aku tidak tahu apa yang akan dipikirkan orang jika aku melakukannya." Kata Queenerra pelan.
Benjamin menarik wajah Queenerra di tangannya sehingga mereka bisa saling memandang, "Kau istriku, dan itu kamarku. Lagipula kamar itu harusnya menjadi milik kita," kata Benjamin ragu-ragu.
Queenerra memandang Benjamin dengan tatapan sedih, "Aku tidak memaksamu untuk memperlakukanku seperti seorang istri. Seperti yang sudah kukatakan. Aku sangat berterima kasih atas apa yang kau lakukan. Bagiku, tikdakanmu menyelamatkanku dari Silvester, itu lebih dari cukup, kau tidak perlu memaksakandiri untuk memenuhi tanggung jawabmu sebagai seorang suami." Kata Queenera.
"Apakah itu berarti kau menolakku untuk bertindak sebagai suami? Menuntut hak-hakku sebagai seorang suami?" Alis Benjamin berkerut saat tatapannya pada Queenerra semakin dalam.
Quenerra menurunkan wajahnya, dia tidak menjawab. Dia malah memilih untuk menghindari Benjamin dengan membuka pintu lemari, meskipun dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan dengan isi lemari, tapi setidaknya itu adalah cara terbaik untuk menghindari tatapan tajam Benjamin Duncan padanya.
Benjamin berjalan sambil berkata, "Apakah ini caramu membalas dendam padaku? Setelah aku memaksamu untuk menikah?" tanya Benjamin ketika dia berdiri di belakang Queenerra.
Sementara itu, Queenerra menutup matanya ketika dia merasa terpaan nafas Benjamin mengenai tengkuknya dan membuat sekujur tubuhnya meremang.
"Jawab aku." Bisik Benjamin sekali lagi, tepat di belakang tengkuk Queenerra. Wanita muda itu membuka matanya dan berbalik, dia menatap Benjamin dalam-dalam. "Tidak ada istri yang menyimpan dendam terhadap suaminya." Jawabannya masih kelembutan yang sama. "Begitu juga aku." Queenerra menambahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Master and His Maid
RomanceCerita ini berkisah tentang pernikahan Benjamin Duncan, seorang pria yang patah hati karena ditinggalkan oleh wanita yang dicintainya yang memilih untuk menikahi sepupu Benjamin saat dia berada di medan perang demi tuntutan profesi militernya. Sekem...