KILAS BALIK

413 37 0
                                    

Bukan hanya Queenerra yang memiliki masa lalu. Benjamin Duncan juga memiliki kisah cinta yang tak kalah tragis. Benjamin Duncan sebelumnya adalah seorang prajurit yang bertugas di Timur Tengah, dan selama tiga tahun ia bertempur di medan perang meninggalkan Irina, kekasih yang ia cintai.

Baik Irina maupun Benjamin tidak secara hukum mengikat hubungan mereka sebelum kepergian Benjamin. Namun selama tiga tahun itu, hari-hari Benyamin selalu dihantui oleh mimpi tentang hari perpisahan antara dirinya dan Irina.

Saat perpisahan itu, Benjamin bertemu Irina di sebuah taman tempat mereka sering bertemu secara diam-diam. Meski sama-sama berasal dari keluarga kaya, menjalin hubungan tanpa berbicara dengan orang tua terlebih dahulu dianggap tidak sopan. Ibu Irina pasti akan mendukung putrinya untuk menikah dengan putra satu-satunya dari keluarga Duncan yang terkenal, untuk menjamin kehidupan sang putri. Sayangnya Irina dan Ben memilih untuk tetap diam dan menunggu Ben kembali dari medan perang.

"Aku akan menikahimu ketika aku kembali," kata Benjamin.

Irina tersenyum, meskipun matanya dipenuhi air mata. "Cepat kembali," katanya singkat.

"Aku pasti akan segera kembali," kata Benjamin.

Ciuman yang begitu mesra hari itu, di tengah rintik hujan, membuat kenangan itu sulit lepas dari kepala Benyamin.

Meski rentetan tembakan terdengar hampir setiap hari. Teman-temannya tertembak, tapi di sela-sela tidurnya, wajah Irina selalu ada.

Gadis itu tampak menari dalam balutan gaun putih, riasan polos, dan rambut panjang yang dibiarkannya terurai indah.

"Benjamin... kembali!" Itulah yang selalu dikatakan Irina dalam mimpi Benjamin Duncan.

Hubungan mereka selama ini berjalan dengan surat menyurat karena komunikasi sangat sulit saat itu. Ben selalu bergerak dan hampir tidak punya waktu untuk mengatakan apa pun.

Hingga suatu hari, unit yang dipimpin Ben diserang dan dilaporkan delapan orang tewas. Ben yang berhasil bertahan ditarik oleh unit lain dan sedang dalam misi rahasia. Bahkan jika kematiannya dipalsukan, dia dianggap mati meskipun sebenarnya tidak.

Untuk Ben yang seorang kapten, dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Medan perang itu seperti dunia baginya, dunia yang tidak akan dia tinggalkan sebelum masa tugasnya berakhir.

Setelah tiga tahun, gencatan senjata akhirnya tercapai. Pasukan yang semula ditempatkan mulai ditarik. Dan kembalinya Benjamin Duncan merupakan "kejutan" bagi orang-orang yang dikenalnya. Termasuk Irina. Rupanya Irina sudah bertunangan dengan Gertrude, sepupu Benjamin Duncan.

Hari itu Benjamin tiba tepat pada waktunya untuk makan malam keluarga. Ada neneknya, Luciana yang sudah sangat renta, sepupunya Gertrude, Irina, dan Dominique bibinya.

"Ben..." Dominique menyapa keponakannya dengan pelukan.

"Bibi Dominique." Ben membalas pelukan bibinya.

"Kau benar-benar masih hidup?" Wanita itu terlihat keheranan melihat keponakannya itu berdiri di hadapannya. Meski usianya sudah tidak muda lagi, bibi Dominique tetap terlihat cantikdan terawatt layaknya keluarga bangsawan di daerah itu.

"Nenek ..." Ben berjalan ke Luciana dan memeluk wanita tua itu. Seperti Dominique, Luciana juga memiliki penampilan yang modis meskipun dia sudah sangat renta dan tidak bisa berdiri dari kursi roda yang menjadi andalannya.

"Anakku . . ." Luciana berkata gemetar. Dia mencium kening Benjamin lagi dan lagi, sementara air matanya terus berderai.

"Gertrude." Ben juga memeluk sepupunya. Mereka telah berteman sejak kecil meskipun Ben tiga tahun lebih tua dari Gertrude.

The Master and His MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang