Kecemburuan Irina

285 26 0
                                    

Belakangan ini Benjamin begitu disibukkan dengan pekerjaannya. Seperti hari ini, menjelang malam, Benjamin mengirim pesan singkat ke Queenerra bahwa dia akan pulang dalam tiga hari karena pekerjaannya benar-benar memakan waktu, lokasi proyek yang dia kerjakan juga di luar kota sehingga tidak mungkin untuk pulang setiap hari.

Sementara Queenerra berada di rumah sendirian minggu ini, Emma masih di rumah bibinya merawat bibinya yang sakit. Selama tidak ada orang lain di rumah, Queenerra melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Sedangkan Pedro, dia akan selalu pergi bersama Benjamin jika pria itu mengunjungi proyek yang berada di luar kota. Benjamin akan kelelahan jika dia mengemudikan kendaraan itu sendiri, jadi dia membawa Pedro bersamanya.

Queenerra baru saja selesai mencuci pakaian di ruang cuci dan sedang berjalan ke dapur untuk mengemasi belanjaannya pagi ini. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintunya. Queenerra mengerutkan alisnya.

"Siapa yang berkunjung sepagi ini?" Dia bergumam di dalam hatinya sembari berjalan menuju pintu dan mengintip keluar, melihat Irina berdiri di sana. Queenerra segera meluruskan kardigan yang dikenakannya untuk menutupi perutnya dan membuka pintu.

"Hai." Irina berdiri di ambang pintu dan menyambut Queenerra dengan ramah begitu pintu terbuka untuknya.

Queenerra balas tersenyum, "Hai." Jawabnya.

"Bolehkah saya masuk?" Irina bertanya.

Queenerra menghela nafas, "Maaf, tapi Tuan Benjamin tidak ada di rumah." Jawabannya.

Irina mengangguk, "Aku ingin bicara denganmu. Itu sebabnya aku datang di pagi hari karena aku yakin Benjamin tidak ada di rumah." jawab Irina.

Queenerra mengangguk, "Silakan masuk." Ucapnya sopan. Setiap kali Irina datang ke rumah atau bertemu dengannya, Queenerra segera memposisikan dirinya sebagai pelayan di rumah itu. Bagi Queenerra, pernikahannya dengan Benjamin adalah rahasia yang tetap harus di jaga untuk menjaga martabat suaminya agar tidak di pandang rendah oleh orang lain, apalagi keluarganya karena menikahi seorang pelayan.

Queenerra meminta Irina untuk duduk di ruang tamu, "Silakan duduk." Ucapnya sopan.

Sebenarnya di dalam hati, Irina benar-benar tidak menyukai wanita yang ada di hadapannya itu, tapi dia tetap harus berpura-pura ramah agar apa yang menjadi isi hatinya tidak terbaca oleh Queenerra.

"Apakah anda ingin minum sesuatu?" dia bertanya pada Queenera.

Irina menggelengkan kepalanya, "Tidak, terima kasih." Jawabnya. "Bisakah kita langsung bicara?"

Queenerra mengangguk, " Tentu saja, silahkan... " jawabnya.

Irina tersenyum, "Sebenarnya aku sudah lama ingin bertemu denganmu, tapi aku belum memiliki keberanian." Dia berkata setengah terputus. Queenerra mengangkat alisnya, tetapi dia tidak menanggapi dengan pertanyaan apa pun, Queenerra hanya terus mendengarkan.

Irina menatap wanita berwajah pucat di depannya, "Kau ingat ketika kita bertemu di bangku taman hari itu?" tanyanya.

"Iya." Queenera mengangguk.

Irina mendesah dalam-dalam, "Aku seharusnya tidak mengatakan hal seperti itu karena itu emosional untuk sesaat." Dia berkata dengan penyesalan. "Hubunganku dengan Gertrude tidak baik-baik saja saat itu, tetapi aku seharusnya tidak mengatakan semua itu kepada orang asing itu, maksudku kita tidak begitu saling mengenal sebelumnya . . ., jadi kita asing satu sama lain." tambahnya.

Queenera mengangguk, "Ya, saya mengerti." Queenerra menjawab singkat.

"Sekarang aku sedang mengandung anak Gertrude, tidak mungkin aku bisa menyimpan nama pria lain di hatiku," katanya. "Sekarang keluargaku sempurna." Dia berkata dengan tegas dengan senyum lebar meskipun senyum itu tidak menyentuh matanya.

The Master and His MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang