Benjamin kembali ke rumah dan dia melihat Queenerra sibuk di dapur meskipun sudah larut malam. Dia berjalan ke ARAH Queenerra dan wanita itu menoleh kepadanya, dia tersenyum lembut, menyembunyikan semua rasa sedih di hatinya. "Aku memasak untukmu," katanya.
Benjamin mendekati meja makan dan menarik bangku lalu duduk menunggu Queenerra menyajikan makanan. "Gertrude menyukai kue jahemu." Benjamin memulai percakapan.
Queenerra tersenyum sedikit, "Sebenarnya aku membuatnya untukmu." Dia berkata sambil menyajikan sup jagung, daging sapi panggang, dan sayuran tumis.
Benjamin menatap istrinya dalam-dalam, sementara Queenerra menarik bangku dan duduk di hadapannya, baru kemudian dia menyadari bahwa dia sedang ditatap oleh suaminya dalam-dalam.
"Mengapa kau menatapku seperti itu?" Dia bertanya pelan.
Benjamin memalingkan muka sebentar lalu memandang Queenerra lagi, "Mengapa tiba-tiba membuat kue jahe? Ini bukan Natal," katanya.
Queenerra melihat ke bawah sebentar, "Kue jahe adalah hidangan favoritku yang kubuat dengan ibuku sewaktu kecil. Dia menulis resep untukku beberapa hari sebelum dia meninggal. Itu sangat mengea di hatiku, dan aku membuatnya setiap kali aku merindukan ibuku." Katanya.
"Kupikir kau akan menyukainya. Tapi setelah kupikir-pikir, kau mungkin tidak akan menyukai makanan manis." Queenerra menambahkan sambil mengambil piring dan memasukkan beberapa potong daging panggang dan sayuran tumis dan kemudian meletakkannya di depan Benjamin. "Seesaikan makan malammu dan istirahatlah, aku tahu kau sangat lelah," Dia tersenyum sambil menyerahkan piring itu kepada Benjamin.
"Nenekku juga suka membuat kue jahe saat Natal," kata Benjamin memecah keheningan. Queenerra memandang suaminya, "Kau pasti sangat menyayangi nenekmu." Queenerra tersenyum saat mengatakannya.
"Dia wanita yang sangat baik," jawab Benjamin. " Tentu saja aku sangat mencintainya." Dia menambahkan. Meskipun matanya berkedip redup, seolah-olah ada kepahitan yang dia simpan di sana.
"Ceritakan tentang nenekmu." Queenerra ingin tahu alasan di balik sorot mata Benjamin ketika dia berbicara tentang neneknya.
"Aku belum pernah mengenal wanita sebaik nenekku, bahkan ibuku sendiri juga tidak sebaik dirinya," jawab Benjamin.
Kalimat singkat itu menggambarkan dengan sangat jelas betapa Benjamin mengagumi neneknya. Tidak ada seorang wanita yang pernah dia temui dalam hidupnya yang sebaik neneknya, bahkan ibu kandungnya sendiri.
Mendengar kata-kata itu Queenerra tersenyum. "Aku bisa membayangkan betapa baik dan cantiknya nenekmu." Puji Queenera. Benjamin mengangguk dengan singkat sebagai tanda persetujuan atas kata-kata Queenerra.
Sebenarnya, di dalam hati mereka, masing-masing dari mereka memiliki pertanyaan yang ingin mereka tanyakan, tetapi memilih untuk menyimpannya karena mereka tidak ingin memberikan kesan terlalu mencampuri urusan satu sama lain.
Benjamin sangat ingin tahu tentang percakapan yang telah terjadi antara Queenerra dan Gertrude, sementara Queenerra sangat ingin bertanya apa masalah sebenarnya dengan suaminya. Namun rupanya, pernikahan yang tidak dimulai dengan cinta membuat mereka berdua cukup tidak nyaman untuk menunjukkan kepedulian satu sama lain.
"Aku hampir lupa, aku datang ke kedai bibimu dan mencarimu, tapi kedai itu sudah tutup, dan kau tidak memberitahuku. Seseorang mampir dan mengatakan itu ditutup lebih awal." Benjamin berkata sambil melirik Queenera sebentar.
Queenerra menelan ludah, "Aku tidak lama di sana. Tidak ada yang bisa kulakukan jadi saya pikir saya sebaiknya pulang." Bohongnya.
Benjamin mengangguk, meskipun dalam pikirannya dia tidak yakin tentang jawaban Queenerra. Dia merasakan sesuatu yang aneh, pertama mengapa dia tiba-tiba pulang dari kedai bibinya tanpa pemberitahuan, dan kedua mengapa Queneera tiba-tiba membuat kue jahe. Padahal menurut pengakuannya sendiri, dia hanya membuat kue jika dia merindukan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Master and His Maid
RomanceCerita ini berkisah tentang pernikahan Benjamin Duncan, seorang pria yang patah hati karena ditinggalkan oleh wanita yang dicintainya yang memilih untuk menikahi sepupu Benjamin saat dia berada di medan perang demi tuntutan profesi militernya. Sekem...