Rumah Bibi Clara

280 34 2
                                    

Benjamin menurunkan Queenerra di kedai kecil Bibi Clara. Dia bahkan tidak keluar dari mobil dan segera meninggalkan Queenerra yang masih berdiri di pinggir jalan menatap kepergian suaminya itu. Queenerra bahkan tidak berani melambaikan tangannya saat dia melihat mobil Benjamin menghilang di ujung jalan karena dirinya tidak ingin menjadi tontonan orang-orang di sekitar kemudian mendapatkan komentar, "Betapa beruntungnya gadis rendahan itu, kini menjadi nyonya Duncan." Sungguh itu membuat Queenerra bergidik, ketika membayangkannya.

Queenerra menghela nafas dalam untuk menepis pikirannya itu, dia kemudian berbalik dan menatap ke arah kedai bibi Clara, namun sial, bayangan soal Irina membuat pikirannya semakin terganggu.

Masa lalu Benjamin Duncan itu tampak sedang mencoba masuk ke dalam kehidupan Benjamin kembali dan membuat Queenerra merasa tidak nyaman. Meskipun dia sangat menyadari bahwa posisinya di hati Benjamin mungkin tidak lebih dari wanita yang dapat memberikan kepuasan hasrat seksual.

Sementara itu dari dalam kedai, beberapa orang menatap kearah luar begitu menengar deru mesin mobil Benjamin Duncan, berhenti beberapa saat kemudian pergi lagi, setelah itu terjadi perbicangan diantara masing-masing meja. Hal itu menarik perhatian bibi Clara. Dia menoleh keluar dan mendapati seorang wanita berdiri mengarah ke kedai.

Clara sangat terkejut melihat itu adalah Queenerra, keponakannya. Dia terlihat sangat berbeda, terutama gaya berpakaiannya.

Clara bergegas keluar dari toko kecilnya dan berjalan kearah Queenerra. "Nyonya Duncan." Clara memanggil nama Queenerra dengan hormat dan segera Queenerra berbalik, "Bibi Clara." Mata Queenerra dipenuhi dengan air mata.

Dia segera berjalan ke bibinya dan memeluknya erat-erat. "Aku merindukanmu." Mereka berdua bahkan meneteskan air mata saat mereka berpelukan.

"Masuklah." Bibi Clara segera membawa Queen ke kedainya. Sementara itu, Queenerra mengarahkan pandangannya ke seberang ruangan, kedai itu tampak jauh lebih rapi.

"Aku merasa kedai ini telah banyak berubah," Puji Queenerra.

Bibi Clara tersenyum canggung, "Ya, aku menambahkan beberapa kursi dan meja." Jawabannya canggung.

"Bibi juga mengubah dekorasi menjadi yang lebih modern." Queenerra menebar pandangannya dan kembali memuji "Aku merasa kedai ini semakin bagus. Selain itu, sekarang juga jauh lebih sibuk." Dia menambahkan sambil melihat berbagai sudut yang dipenuhi orang-orang menikmati kopi dan sarapan mereka. Terutama para pekerja di perkebunan sekitarnya.

"Aku menyisihkan sedikit demi sedikit untuk bisa melakukan beberapa renovasi kecil." Jawab Clara. Queenerra memperhatikan bibinya seolah-olah ada sesuatu yang berbeda dalam cara dia berbicara dan raut wajahnya.

"Bibi, apakah kau baik-baik saja?" Queenerra bertanya dan Clara bergidik seperti dia mencoba menyembunyikan sesuatu.

"Tentu saja. Aku sangat baik." Jawabnya. Tapi Queenerra melihat seperti wanita itu menghindari menatap matanya secara langsung.

"Duduklah, aku akan menyiapkan sarapan untukmu." Kata bibi Clara.

"Tidak perlu bi. Aku datang bukan sebagai tamu. Aku Queenerra, keponakanmu. Justru aku datang untuk membantumu hari ini." Katanya.

Ditengah perbincangan mereka, tiba-tiba seorang priass memasuki kedai kopi dengan sekeranjang bahan makanan, dia langsung menggerutu ketika memasuki tempat itu. "Semua barang sudah naik harganya, aku benar-benar kesal dengan pedagang itu." dia mengutuk sambil terus berjalan ke dapur.

Sementara itu, mata Queenerra membeku pada pria yang memasuki kedai. Dia dengan jelas mengenali wajah pria itu, bahkan semua kenangan masa lalu yang tidak terlalu baik seperti kembali menyeruak.

The Master and His MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang