Benjamin terlihat frustrasi, tetapi dia tidak terlahir sebagai pria yang mudah menyerah. Dunia militer sering menghadapkannya pada situasi tanpa pilihan, bahkan tak jarang dengan kematian, atau kegagalan, tapi Benjamin dapat mencari jalan keluar dengan mengatur ualang strategnya untuk bertahan hidup, dan menyelamatkan diri dari situasi paling sulit sekalipun.
Benjamin segera mengemasi barang-barangnya dan membuka laporan keuangan. Dia mencoba menghitung berapa banyak uang yang harus dia kembalikan ke Gertrude dan berapa banyak yang tersisa untuk membuat perusahaan kembali beroperasi setelah dia mengajukan pinjaman dari bank.
Setelah mendapatkan angka pasti, Benjamin memutuskan untuk meninggalkan pabrik. Dia berencana untuk mendatangi Bank pada keesokan hari untuk membicarakan dengan salah seorang bangkir kenalannya soal pinjanman dan jaminan yang akan dia berikan untuk mendapatkan pinjaman itu.
Benjamin berjalan menuju area parkir di mana hampir semua karyawan tidak lagi berada di pabrik. Pabrik kosong dan hanya satpam yang tersisa.
"Selamat malam, Sir." Marco menyapa Benjamin. Dia adalah penjaga keamanan yang telah bekerja untuk Benjamin sejak lama. Bahkan Marco adalah orang pertama yang bersedia membantu Benjamin untuk membuka kembali perkebunan saat semua orang meragukannya.
"Marco ..." Benjamin mendekatinya. "Apa kabar?" tanya Benjamin.
"Saya baik-baik saja, Sir." jawab Marco sambil menjabat tangan Benjamin.
Ben duduk di sebelah Marco, "Maaf, karena sudah sering merepotkanmu. Kau tahu situasi perkebunan ini semakin buruk, dan aku masih berusaha menemukan cara untuk pulih. Kau mungkin dalam masalah dengan penundaan pembayaran gaji. " Jawab Benyamin.
Marco menggelengkan kepalanya, " Tidak masalah, Sir. Saya tahu situasinya dengan sangat buruk saat ini, tapi kita sudah pernah menghadapi yang jauh lebih buruk saat anda datang dan meyakinkan saya untuk kembali membuka perkebunan ini. Semua orang memandang sebelah mata pada anda dan saya adalah satu-satunya yang percaya saat itu. Jika saat itu saja saya sangat percaya soal kemampuan anda, maka tidak ada yang berubah, Sir. Saat ini juga saya sangat percaya bahwa anda bisa bangkit." Jawab Marco panjang lebar.
"Lagipula anda telah banyak membantuku dalam berbagai masalah yang kuhadapi. Terutama soal keuangan di keluargaku, tentu saja kesetiaan kepada Anda adalah satu-satunya cara untuk membalas budi Anda." katanya.
"Aku terharu karena kalian tetap percaya padaku, bahkan di saat yang paling sulit seperti ini. Tapi aku tidak yakin semua memahami situasinya." Ujar Benjamin. "Mungkin kau mendengar dari pekerja dari yang lain?" Benjamin menatap Marco sambil bertanya.
Marco menarik napas dalam-dalam, "Sir, jika boleh jujur. Tentu saja situasi ini menjadi sangat sulit dan kompleks dalam sekejap. Aku sempat berpikir bahwa seseorang mungkin sedang mencoba mensabotase semuanya ini untuk menjatuhkan anda. Bahkan beberapa karyawan sempat terhasut karena berita yang simpang- siur, Beberapa karyawan bahkan gelisah, tetapi pada akhirnya, mereka tahu apa yang baik dan apa yang tidak." Jawab Marco.
Benjamin mengerutkan alisnya, "Tentang apa yang terjadi di malam hari, ketika mesin pabrik utama mogok, apakah kau melihat sesuatu yang tidak biasa?" tanya Benjamin.
Marco tampak bersalah, "Ini semua salahku, Sir." jawab Mco.
"Apa maksudmu?" tanya Benjamin.
"Hari itu istri saya melahirkan, jadi saya meminta izin kepada kepala departemen sumber daya manusia, Mr. Cedric agar aku bisa menemani isteriku bersalin. Mr. Cedri memberikanku ijin dan meminta Bernard bertugas sepanjang malam." Kata Marco.
Benjamin mengangguk, "Jangan merasa bersalah, itu bukan salahmu. Aku juga sudah bertanya kepada Bernard dan dia mengatakan bahwa tidak ada yang aneh terjadi." Benjamin tersenyum singkat, dia mencoba mengubah topik pembicaraan mereka, "Jadi bagaimana kabar anakmu?" tanya Benjamin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Master and His Maid
RomanceCerita ini berkisah tentang pernikahan Benjamin Duncan, seorang pria yang patah hati karena ditinggalkan oleh wanita yang dicintainya yang memilih untuk menikahi sepupu Benjamin saat dia berada di medan perang demi tuntutan profesi militernya. Sekem...