Dominique terkejut melihat putranya pulang dalam keadaan mabuk. Baginya, Gertrude selalu menjadi anak yang manis bahkan sampai dia setua ini. Dia adalah anak yang penurut sejak dia masih sangat muda, dan jika Gertrude berperilaku buruk, Dominique selalu tahu bahwa Benjamin mengajarinya.
Beberapa waktu terakhir Dominique meminta sopirnya untuk mengawasi gerak-gerik Gertrude. Dia mendapatkan laporan bahwa Gertrude sering bertemu dengan seorang wanita di sebuah hotel di pusat kota, tidak jauh dari kantor Gertrude. Sebenarnya itu adalah kabar buruk, tetapi Dominique tidak serta merta menghakimi putranya.
Dia juga telah meminta sopirnya untuk membuntuti Irina untuk sementara waktu. Dan berita yang jauh lebih buruk juga dia dapati. Irina juga tampak kurang setia kepada putranya.
Sementara itu, Dominique tahu bahwa Gertrude mencintai Irina lebih dari apapun pada awalnya. Itulah sebabnya Dominique bahkan tega membuat rumor bahwa Benjamin meninggal di medan perang. Seorang ibu yang mencintai putranya akan rela melakukan apa saja untuk putranya.
Setelah pulang ke rumah dalam keadaan mabuk, kini Gertrude jatuh tertidur. Sementara Dominique masih duduk di tepi tempat tidur, mengawasi puteranya sedangkan Irina berada di ruangan lain, meringkuk menangis sendiri. Seolah-olah tidak ada yang memahaminya, baik Gertrude maupun Dominique, keduanya tak peduli dengan irina. Tidak ada yang bisa memahami dia dan keinginannya, bahkan Benjamin Duncan, pria yang saat ini tetap di dalam hatinya, juga memilih untuk mengacuhkannya.
Irina terseok-seok dari tempat tidur di mana dia meringkuk dan berjalan menuju laci meja. Dia membukanya dan melihat ada gunting di sana. Wanita berwajah pucat tanpa riasan itu menatap ke arah gunting dengan pikiran yang berkecamuk.
"Jika aku mengakhiri hidupku sekarang, mungkin semua kerumitan ini akan berlalu," gumam Irina pada dirinya sendiri. "Aku akan membawa Benjamin di dalam hatiku sampai aku mati." Tambahnya.
Ketika dia berada dalam masa kritis untuk mengakhiri hidupnya dengan gunting, tiba-tiba ada ketukan di pintu kamar. Irina kaget dan gunting yang ada di tangannya terjatuh.
"Temui aku di ruang makan," kata Dominique dari luar pintu.
Irina menghela nafas dalam-dalam, dia melupakan rencananya untuk bunuh diri dan meninggalkan ruangan lalu berjalan keluar ruangan untuk menemui Dominique di ruang makan.
Irina tidak mengatakan apa-apa, dia hanya berdiri di kejauhan setelah dia tiba di ruang makan. Dominique menatapnya sebentar, "Duduklah." Kata Dominique.
Irina mengikuti perintah ibu mertuanya dan duduk di seberang wanita paruh baya yang mengenakan gaun tidur biru tua.
Dominique menatap Irina dengan tatapan mengintimidasi, "Kamu tahu anakku mencintaimu sejak awal." Wanita itu berkata kepada Irina, suaranya yang dalam dan tatapannya yang tajam membuat Irina tidak berani menatapnya langsung.
"Dia saat ini sangat patah hati kepada istrinya karena pengkhianatan yang kau lakukan. Beraninya kau masih mencintai Benjamin setelah kau menjadi istri putraku. Perempuan sundal!" Dominique berbicara melalui giginya.
Irina yang semula merasa terintimidasi, sekarang berani mengangkat wajahnya, "Saya mencoba menjadi istri yang baik tetapi saya mendapatkan perlakuan tidak adil di rumah ini." Jawab Irina tegas.
Dominique tersenyum sinis, "Kau tahu betapa beruntungnya kau karena anakku menyukaimu. Jika tidak, maka sekarang kau akan berakhir menjadi wanita miskin yang rendahan karena kau tidak lagi memiliki harta atau kekayaan selain nama mendiang ayahmu yang kehormatannya bahkan tidak dijaga oleh istri dan anaknya." Dominique menatap tajam Irina.
"Kalian hidup seperti tikus, hewan pengerat yang terus memanfaatkan kebaikan puteraku untuk memenuhi gaya hidup mu dan ibumu dan semua yang kau butuhkan. Tapi aku tidak bisa membiarkan anakku menderita karena ulah dua wanita rendahan sepertimu dan ibumu." kata Dominique.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Master and His Maid
RomanceCerita ini berkisah tentang pernikahan Benjamin Duncan, seorang pria yang patah hati karena ditinggalkan oleh wanita yang dicintainya yang memilih untuk menikahi sepupu Benjamin saat dia berada di medan perang demi tuntutan profesi militernya. Sekem...