Di Bawah Tekanan

237 29 0
                                    

Irina tampak bingung setelah meninggalkan rumah ibunya. Kembali ke rumah Gertrude hanya akan membuatnya merasa semakin tidak nyaman.

Dia mengendarai mobilnya sendiri tanpa tujuan sampai Dia menyadari dia telah tiba di area perkebunan milik Benjamin Duncan. Di sana Irina memarkir kendaraannya dan memasuki area pabrik. Irina merasa bahwa dia membutuhkan seseorang untuk diajak bicara dan sayangnya, Irina tidak punya teman yang bisa dia ajak bicara kecuali dengan Benjamin.

Namun langkah Irina tiba-tiba berhenti karena melihat dari sisi lain Gertrude sedang berjalan menuju ruangan Benjamin sambil memegang ponselnya. Fokus pria itu tertuju pada ponselnya-nya sehingga ia tidak sempat melihat ke depan. Irina langsung bersembunyi di balik tembok agar tidak terlihat oleh Gertrude.

Gertrude mengetuk pintu Benjamin dan masuk setelah mendengar Benjamin berkata, "Masuk." dari dalam ruangan.

"Ben ..." Gertrude memeluk sepupunya sebentar.

"Duduklah," kata Benjamin sambil tersenyum. Dia tidak sabar untuk berbagi kabar baik dengan Gertrude.

Benjamin merasa bahwa sebagai seorang investor di perusahaannyaGertrude berhak tahu tentang berita baik soal para pekerja yang menolak berhenti bekerja, juga soal mesin produksi utama yang akhirnya bisa kembali menyala, "Kebetulan sekali lau datang, aku punya kabar baik untukmu," kata Benjamin.

Gertrude duduk dan menatap Benjamin, "Kabar baik apa?" Gertrude bertanya.

"Para pekerja memilih untuk tetap bekerja meskipun kondisi pabrik sedang tidak baik-baik saja, dan mereka berjanji untuk tidak menuntut upah jika kita mengalami kendala dalam pembayaran upah bulan depan," kata Benjamin terjeda,

"Baguslah." Reaksi Gertrude terlalu datar mendengarnya. Benjamin merasa perlu menyampaikan berita baik lainnya segera, "Satu berita baik lagi, mesin utama juga sudah bisa kembali beroperasi setelah tim teknisi memperbaikinya dalam semalam, Itu berarti kita tidak perlu mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk pengadaan mesin baru." kata Benjamin dengan sangat antusias.

"Aku juga berencana untuk menggadaikan rumahku ke bank untuk mendapatkan dana segar sehingga perusahaan bisa kembali beroperasi dengan lancar," kata Benjamin.

Tapi Gertrude sama sekali tidak antusias. Rahangnya mengeras sekilas, "Aku sangat senang mendengarnya, Ben." Kata Gertrude, meski ekspresi wajahnya jelas tidak menunjukan hal yang sama dengan apa yang dia katakan.

Benjamin memperhatikan bahwa Gertrude tampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh apa yang terjadi pada perusahaan, "Tapi maaf, aku datang dengan membawa berita buruk untukmu, Ben." Gertrude berkata dengan penyesalan. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan fakta itu.

Benjamin mengerutkan alisnya, "Kabar buruk macam apa maksudmu?" tanya Benjamin.

Gertrude menelan ludah, dia bahkan menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab, "Aku akan menarik semua modal yang ku tanam di perusahaanmu." Dia berkata singkat.

Benjamin membeku, rasanya seperti disambar petir mendengar bahwa Gertrude akan menarik semua modalnya. Di masa-masa sulit seperti ini, ketika Benjamin berjuang untuk bertahan hidup, Gertrude benar-benar memutuskan untuk meninggalkannya?

Benjamin menarik napas dalam-dalam, "Apakah kamu tidak tahu bahwa situasinya sangat buruk saat ini?" Alis Benjamin berkerut saat dia menatap Gertrude. "Aku mencoba untuk bangun, tidak bisakah kau memberiku sedikit waktu?' Benjamin bertanya dengan sedikit memohon.

Rahang Gertrude menegang sebentar, "Jika kau berhasil maka perusahaan mungkin akan kembali ke jalurnya. Tetapi jika kau gagal, maka kau akan selesai, dan saya juga tidak bisa membiarkan uangku hilang begitu saja Ben. Maaf." Gertrude berdiri dari tempat dia duduk.

The Master and His MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang