day 3

225 17 0
                                    

    happy reading   

Wooyoung tidak meyakini apa dirinya melakukan salah dengan membiar Mingi menyewa sepeda tandem, atau salah karena tak berusaha membicarakan arah perjalanan dengan laki-laki yang lebih tinggi. Tapi dia meyakini dirinya dan Mingi bukannya ingin menabrak pohon di luar lintas sepeda.

Wooyoung tidak henti memikirkan apa salah dari hal yang mereka lakukan, menerima balasan Mingi yang merasa pemuda Jung mengganggu fokusnya untuk membubuhkan obat merah dan memasangkan perban pada lengan Wooyoung. Sejujurnya, ekspresi marah Mingi menggemaskan.

Mingi mengerut bibir dan tidak berusaha mengatakan apapun saat Wooyoung membubuhkan obat merah pada tangannya.

"Kau tidak merasakan perih?" Tanya Wooyoung, melihat Mingi yang mengerutkan kening

"Aku merasakannya" Mingi merapatkan bibir untuk menahan diri dari keluh atau ringisan

"Kau tidak mengatakan apapun?" Pelan dan berhati, Wooyoung membubuhkan obat merah

"Aku tidak ingin mengganggu" Kecil, tapi Wooyoung mendengar balas yang samar dari Mingi

"Baik. Sekarang, ini sudah mengganggu" Kening dikerutkannya saat dia tak dapat memahami

"Tapi, aku tidak melakukan apapun" Mata Mingi menunjukkan sisi polos miliknya

"Ini mengganggu karena kau terlalu diam" Wooyoung memberi tatapan lurus pada sang kekasih

"Apa yang harus aku lakukan?" Dapat melihat Mingi yang tidak tahu harus melakukan apa

"Membicarakannya" Kata Wooyoung seperti ini merupakan hal yang mudah lagi biasa

"Kau ingin aku membicarakannya?" Namun Mingi melemparkan tanya dengan penuh ragu

"Song Mingi, kau bukan manusia paling bodoh" Wooyoung tidak berusaha memaniskan kata.

Dia memperhatikan Mingi yang diam, tidak mengatakan apapun hingga dia selesai memberikan obat pada lainnya.

"Aku merasa buruk" Kata Mingi saat Wooyoung menempati sisi, menggunakan suara kecil

"Kau merasa buruk, dikarenakan?" Wooyoung tidak menemukan alasan Mingi merasa buruk

"Aku pikir, aku yang membuat kita terjatuh" Mingi melihat luka di tubuhnya, dan melirik Wooyoung

"Apa?" Pun Wooyoung memperhatikan, tak berpikir ini sungguh buruk hingga dia mengerut kening

"Seharusnya kita tidak menggunakan sepeda tandem" Sesal dapat ditemukan dari bicara Mingi

"Kenapa?" Tanya Wooyoung mendapatkan lirikan tak percaya dari Mingi selama beberapa saat

"Aku dan kau buruk mengenai arah, atau pengendalian diri" Jawab Mingi kedengaran mudah

"Tapi kau sungguh ingin menyewa sepeda tandem" Kata Wooyoung, tak memasalahkan

"Drama memperlihatkannya sebagai hal yang romantis" Mingi merendahkan pandangannya

"Bagus. Kau mewujudkan fantasimu mengenai drama" Kata Wooyoung tak menyimpan kesal

"Maaf" Mingi masih merendahkan pandangannya selagi dia mengatakan ini, sungguh menyesal

"Tidak perlu menyalahkan dirimu" Wooyoung menyentuh kepala Mingi, memberi tepukan ringan

"Baik. Ma," Oh, Wooyoung menyadari Mingi masih memiliki kata maaf dalam kepalanya

"Aku mengetahui rumah makan yang dekat. Kau ingin makan?" Berusaha mengalihkan

"Iya" Mingi menunjukkan antusias, melepas kesan mendung lagi sendu di waktu sebelumnya.

Wooyoung mungkin merasakan nyeri saat lengannya menyentuh pintu atau sisi meja dengan keras, tapi dia tidak memikirkan kencan dirinya dan Mingi sebagai waktu yang buruk. Tersenyum pada waktu yang mereka habiskan.

Mingi yang memperlihatkan antusias dan membicarakan hal dengan acak sungguh menghiburnya, menyenangi temu yang mereka miliki di penghujung pekan sebagai pengisi daya dari rutinitas harian yang melelahkan.

patching each other up ; complete

terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini

Hakuna MatataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang