happy reading
// warn : mention of death //
Hongjoong mengetahui Mingi yang mendekati dirinya dengan antusias, memberi puji yang kerap dia anggap berlebihan, atau menunjukkan senyumannya sehingga tidak meninggalkan kesan intimidasi untuk kenalannya. Mingi merupakan personifikasi dari hari cerah yang tak memiliki awan.
Mingi memperlihatkan sisi lain yang tidak dilihatnya dalam satu tahun perkenalan, menemukan awan kelabu saat mengarahkan lirik pada laki-laki yang lebih muda. Diamnya seperti ketenangan sebelum badai, dan Hongjoong tidak yakin apa yang harus dia lakukan untuk sang kekasih di sisi.
Mingi hanya merendahkan wajah dan tidak melempar kata yang konyol seperti dia di banyak waktu, Hongjoong memahaminya.
"Kau dapat menangis, kau tahu?" Kata Hongjoong mengundang perhatian Mingi pada dirinya
"Apa?" Mata Mingi mengerjap, memperlihatkan dia tidak paham dan tidak mengetahui ini
"Kau dapat menangis, Mingi" Hongjoong menetapkan matanya pada raut wajah sang kasih
"Tidak, seharusnya, tidak bisa," Hongjoong tidak yakin apa yang ingin dikatakan oleh Mingi
"Hanya ada aku di hadapanmu saat ini" Tapi dia meyakini Mingi merasa buruk,
dan Mingi tidak ingin memperlihatkan ekspresi wajah yang buruk pada orang lain.
"Seharusnya aku, aku tidak," Mingi berusaha merangkai kalimat sekalipun dia harus berpayah
"Mingi, sedih merupakan emosi yang manusiawi" Hongjoong mengatakan ini dengan tenang
"Aku tidak," Tenang Hongjoong belum menyentuh Mingi yang berkeras untuk merangkai kata
"Kau merasa sedih, Mingi. Tidak apa untuk menangis" Berhati, Hongjoong menyentuh wajah Mingi
"Aku hanya," Mingi merapatkan bibir saat Hongjoong memberi usapan halus di sisi wajahnya
"Kau dapat menyembunyikan wajahmu kalau kau ingin" Kata Hongjoong tidak mendapat balasan.
Mingi hanya merapatkan bibir dengan ragu yang dapat dilihat, sebelum dia mempertemukan tatap tidak yakin dengan tatap lurus Hongjoong.
"bisakah?" Kecil suara Mingi tidak menyembunyikan ragu dan tak percaya diri si pemuda Song
"Tentu, aku akan membantumu menyembunyikannya" Hanya ada sikap yakin dari Hongjoong
"hyung," Mingi memberi panggilan dengan bibir yang bergetar, dan matanya memerah
"Menangis lah, Mingi" Tangan Hongjoong menarik Mingi untuk mendekat, sembunyikan wajahnya
"aku tidak dapat membantunya merasa baik di saat terakhir" Mingi berkata di bahu Hongjoong
"Dia telah berusaha, dan kau pun berusaha" Hongjoong tahu sulit yang dirasakan Mingi
"aku tidak melakukan usaha dengan keras" Geleng Mingi dapat dirasakan Hongjoong, menggelitiknya
"Mingi, aku tahu kau melakukan usaha dengan baik" Hongjoong menyentuh surai kasar milik Mingi
"Tapi, dia tidak merasa baik, Hyung" Kentara Mingi tidak dapat menghapus perasaan buruk dari temu akhir
"Tak ada yang dapat dilakukan saat penghujung waktunya tiba" Dan Hongjoong tidak yakin apa yang harus dilakukan
"Aku tidak dapat melalukannya pada saat ini" Tidak jelas, tapi Hongjoong pikir dia memahami Mingi
"Kau tidak harus melakukan apapun, Mingi" Hanya ada nada mengerti dalam bicara Hongjoong
"Seharusnya aku berusaha menimbulkan suasana yang baik" Mingi menghela napas dengan berat
"Lainnya dapat mengerti dengan situasimu" Hongjoong masih menarikan jemari di surai Mingi
"Ibu akan mengerti?" Tanya Mingi membuat Hongjoong harus merapatkan bibir untuk sejenak
"Aku pikir Ibumu akan mengerti" Jawab Hongjoong, mendiam diri sementara dia merasa basah.
Hongjoong mengarahkan tatap minta maaf saat kenalan Mingi menemukan mereka, namun lainnya hanya menunjukkan wajah dirinya mengerti, mengetahui Mingi tengah melepaskan emosi yang berusaha disimpannya.
Kepergian Ibu tidak mudah bagi siapapun, dan Mingi memiliki hubungan baik dengan sang Ibu yang mengingatkan dia untuk menjadi orang baik yang memberi kesan menyenangkan bagi orang-orang di sekitarnya.
a death of someone close ; complete
terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Hakuna Matata
Fanfictiontiga puluh satu hari dengan tiga puluh satu cerita Uke Mingi, sebagai perayaan ulangtahun Mingi. [prompt dari salah satu "30 Days OTP challenge"]