__happy reading__
Mingi belum menyesuaikan dirinya dengan perubahan yang ada di ruang sisi kanannya, ruangan dimana bayi kecil lagi polos menempati pelengkap dalam kehidupan orangtuanya. Bahagia yang dinantikan selama bertahun berdasar cerita sang Ibu yang dibagikan pada Mingi di hari lalu.
Mingi bahagia untuk sang tetangga dan Mingi menyenangi anak kecil, tapi dia menggerutu saat dirinya terbangun dengan suara tangisan bayi yang menyentuh kamar tidurnya. Napas dihela saat dia menyadari rumah susun hanya memiliki dinding yang tipis, mengurangi waktu tidur.
Kaki Mingi mengambil langkah yang lebar dan meninggikan laju sekalipun dia bukan penggemar dari olahraga di pagi hari.
"Sesuatu terjadi?" Mingi perlu waktu untuk mengenali suara, namun dia mengetahui tanya ini untuknya
"Jongho?" Mingi mengarahkan sorot mata tidak paham pada sang rekan kerja yang menahan lengan
"Kau sungguh terburu. Ada yang terjadi?" Jongho melepaskan tangannya dari lengan Mingi saat perhatian didapat
"Bukankah kita seharusnya melakukan rapat?" Kening Mingi mengerut, tak memahami hadir Jongho disini
"Seharusnya, tapi sekretaris dari Tuan Hwang mengatakan ada perubahan" Jelas Jongho dengan kesan tenang
"Aku tidak mengetahui apapun mengenai ini" Bibir mengerut saat Mingi berusaha membuka ingat dengan serius
"Kau harus membuka ponsel" Tidak memikirkan Mingi akan menemukan hasil, Jongho memberi saran.
Mingi melakukan angguk dan meraih ponsel yang dia biarkan pada satu kantung dalam tas, membuka ruang percakapan untuk menemukan informasi.
"Dia memberitahukan ini pada dua puluh menit yang lalu" Kata Mingi, memperhatikan kapan pesan dikirimkan
"Bukan sesuatu yang mengejutkan darinya, benar?" Jongho mengatakan ini dan Mingi menemukan dirinya setuju
"Kupikir, aku akan mendapat masalah" Mingi merasakan lega pada seluruh tubuh, membuang napas yang panjang
"Langit masih membiarkanmu melakukan pekerjaan ini" Kelakar dibagikan oleh pegawai yang dirinya tahu lebih muda
"Iya. Aku pikir langit masih menginginkannya" Setuju Mingi, mengikuti langkah Jongho pada bagian dapur
"Jadi, apa yang membuatmu datang lebih lambat?" Jongho melemparkan tanya seraya meraih kopi instan
"Tetanggaku mengusaikan penantian yang panjang dan memiliki anak" Mingi membagi cerita pada Jongho
"Kedengaran baik untuk mereka" Tanggap Jongho dengan fokus yang mengarah pada baris cangkir
"Benar, tapi rumah susun memiliki dinding yang tipis" Napas yang dihela Mingi memiliki kesan berat,
merasa buruk saat dia tidak menemukan dirinya dapat bahagia sepenuhnya dengan kebahagiaan yang dirasakan sang tetangga.
"Kedengaran buruk untukmu" Mingi menemukan perasaan simpati pada tanggapan Jongho
"Terima kasih untuk simpatimu" Kata Mingi seraya menempati bangku yang ada di sisi ruang
"Kau memerlukan kopi?" Jongho mengambil langkah, menjadi dekat dengan Mingi
"Kau sudah meminumnya?" Mingi memperhatikan cangkir yang diulurkan oleh Jongho
"Iya" Jawab diberikan Jongho seraya meninggikan bahu dengan kesan acuh tak acuh
"Ah, aku pikir aku memerlukannya" Tangan Mingi meraih cangkir, menyesap pada posisi dimana dia melihat bekas minum.
Lirik Mingi menemukan Jongho yang menatap dia dan memiliki ekspresi wajah seperti Mingi melakukan hal yang mengejutkan dirinya.
"Mingi," Bibir Jongho merapat, ekspresi wajahnya menunjukkan dia berusaha menemukan kata
"Haruskah aku membuatkan kopi untukmu?" Mingi menyadari dia menghabiskan kopi yang dibuat Jongho
"Bukan, bukan mengenai kopi" Jawaban Jongho menimbulkan ekspresi tidak paham pada wajah Mingi
"Tapi aku menghabiskan kopi milikmu" Mingi hanya menemukan ini sebagai alasan Jongho memberi tatapan
"Ini bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan" Kata Jongho yang mengambil langkah, meninggalkan dapur.
Mingi tidak memusingkan situasi ini saat Jongho mengatakan bahwa ini bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan, namun dia memikirkan ini saat menyaksikan adegan romansa di sosial media.
Menyadari dirinya melakukan ciuman tidak langsung dengan sang rekan kerja sehingga Mingi merasa dia tidak dapat mempertemukan tatap matanya dengan Jongho hingga penghujung hari.
sleeping in ; complete
terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Hakuna Matata
Fanfictiontiga puluh satu hari dengan tiga puluh satu cerita Uke Mingi, sebagai perayaan ulangtahun Mingi. [prompt dari salah satu "30 Days OTP challenge"]