happy reading
San tidak memikirkan kemampuan dirinya memanjat dinding bagian belakang dari sekolah sebagai hal yang perlu dibanggakan, berpikir ini merupakan hal yang biasa untuk murid sekolah menengah atas seperti dirinya. Tapi dia menyadari beberapa orang tidak memiliki kecekatan seperti dia.
Mingi memperhatikan dia dan menunjukkan ibu jari seakan dirinya sungguh terkagum dengan apa yang dilakukan oleh San, membuat anak laki-laki dari keluarga Choi memiringkan kepala untuk sejenak sebelum dia memutuskan tak peduli dan melanjutkan langkah pada kelas dengan berhati.
Tidak menduga dia akan menemukan Mingi yang mengulur kotak susu, memberi senyuman besar yang memberi kesan menyegarkan.
"Bukan hal yang biasa untuk dihampiri olehmu" San memperhatikan Mingi yang masih berdiri dekat bangkunya
"Aku membelikanmu minum" Kata Mingi seakan San tidak melihat kotak susu dengan perasa stroberi di tangan
"Kau menginginkan sesuatu?" San menerima kotak susu yang diberi oleh lainnya
"Aku hanya menunjukkan laku baik" Mingi mendudukkan dirinya di bangku depan San
"Oh. Kau melakukan hal yang baik" Kepala dianggukkan seakan dia paham dan percaya
"Tapi, aku mengharap kau dapat membantu" Bibir Mingi membentuk senyum dengan polos
"Maka, kau menginginkan sesuatu" San mendiamkan kotak susu di meja, memberi perhatian pada Mingi
"Hanya," Sejenak Mingi merendahkan tatapannya pada tangan yang dia simpan di meja
"Kau dapat mengatakannya" Kata San saat dia menemukan ragu dari pemuda Song
"Kau akan membantuku?" Mata Mingi memperlihatkan binar, sementara San melakukan geleng
"Aku harus mengetahui lebih dahulu" Putus San, tidak ingin terburu dalam memberi jawab
"Memanjat dinding bagian belakang" Mingi masih memiliki binar mata dipenuhi antusias
"Bisakah kau menjelaskannya?" San mengkhawatirkan dia tidak memahami pembicaraan ini dengan benar
"Murid lain menghindari hukuman dengan memanjat dinding bagian belakang, tapi aku tidak bisa" Oh, ini mengejutkan
"Kau tidak bisa?" Lisan mengeluarkan apa yang dia pikirkan dalam kepala
"Um. Aku mengetahui murid lain yang melakukannya bukan orang ramah, maka aku tidak dapat meminta bantuan" Mingi menjelaskan
"Aku merupakan orang ramah?" Bibir San membentuk senyuman geli saat mendengar ini
"San-ie merupakan orang ramah" Kepala Mingi melakukan angguk selagi memperjelas
"Mingi-ya, kau bahkan memanipulasi tanggal pengembalian buku dan terhindar dari denda" San memikirkan retas sebagai hal sulit.
Dan dia tahu Mingi pernah melakukannya saat dia lupa dimana dia menyimpan buku dan meretas tempat penyimpanan dari perpustakan, San tidak memahaminya.
"Karena itu merupakan hal yang mudah" Kelihatan seperti Mingi memiliki pikiran yang berbeda dengan dirinya
"Itu merupakan hal yang mudah?" Tidak percaya ada di wajah San saat dia mengulang kata dari lainnya
"Aku dapat membantumu meretas akun perpustakan kalau kau ingin" Mingi memiliki kesungguhan di wajah
"Bukan pertukaran paling baik, tapi aku setuju" San memiliki senyum seraya menawarkan jabat tangan
"Katakan padaku saat kau ingin bantuan" Tangan Mingi meraih tangan yang diulur San dengan antusias.
Mingi meluaskan senyum dan memiliki binar mata penuh antusias seperti dia merupakan anak kecil yang polos, menghasilkan tawa kecil dari pemuda Choi sebagai satu-satunya orang yang melihat. Tidak memahami bagaimana hanya dia dan Mingi di kelas, tapi tak memiliki keluh.
San memperhatikan susu stroberi yang diberi Mingi saat sang pemberi mengembalikan langkah pada bangku sendiri, tidak menyadari senyum yang bertahan di bibirnya hingga teman sebangku memberi teguran. Tangan San meraih kotak susu saat teman menunjukkan sikap ingin mengambil.
teaching each other how to do something ; complete
terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Hakuna Matata
Fanfictiontiga puluh satu hari dengan tiga puluh satu cerita Uke Mingi, sebagai perayaan ulangtahun Mingi. [prompt dari salah satu "30 Days OTP challenge"]