happy reading
// warn : implicit headspace,
aftercare //Mingi masih menyamankan kepala pada bantal dengan satu tangan yang mengusap surainya perlahan, ingin memberi ketenangan pada sang Tuan Puteri yang enggan menjauhkan dirinya dari bantal. Mata masih mengerjap dengan lamban, mulai mengumpulkan kesadaran dan menangkap percakapan yang dilakukan dengan beberapa suara dari terkasihnya.
Mata Mingi menggulir untuk menemukan San yang mengusap surai dan merengkuh pinggang dengan kesan posesif, bukan sesuatu yang mengejutkan sejujurnya. San membentuk senyuman karena menyadari tatap mata Mingi mengarah pada dirinya, menempatkan kecup ringan pada sisi wajah Mingi sehingga si pemilik marga Song membentuk senyum.
"Kau sudah kembali, Tuan Puteri?" San tidak berusaha mengeraskan suara
"Um" Mingi hanya mendengungkan nada mengiyakan, cukup untuk dipahami
"Kau baik?" Yeosang ada di sisinya, dan Mingi tidak mengetahui sedari kapan
"Um" Kembali, Mingi hanya mendengung nada mengiyakan sebagai jawab
"Tuan Puteri, kau dapat memberi jawaban padaku?" Mingi mengenali suara Yunho
"Iya" Pandangan diluaskannya, berusaha menemukan Yunho maupun Wooyoung
"Mangi kita sungguh menggemaskan" Puji Wooyoung menghentikan usahanya
"Kau membuatnya merasa malu" Kata Yeosang saat Mingi berusaha sembunyi
"Jujur. Kalian pun suka saat dia merasa malu" Wooyoung memberi balas
"Aku suka Mingi setiap saat" San menyahuti ucapan Wooyoung dengan lekas.
Wooyoung biasa memiliki ekspresi tidak puas andai dia menerima balas seperti ini, akan memperpanjang ini sebagai perdebatan yang tidak diperlukan.
"Kalau kalian akan melakukan debat, sebaiknya pergi" Yunho lekas menengahi
"Mingi bahkan tidak mengatakan apapun" San mengatakan ini dari balik punggung
"Aku melihat Mingi mengerutkan dahi. Kalian berisik" Tenang Yeosang dalam kata
"Sayangku, maafkan aku" San kembali merapat rangkul dan memberi kecupan
"Bodohnya kami, aku meminta maaf" Wooyoung mengikuti lakunya
"Kita sepakat untuk tidak memanggil buruk saat sesi telah selesai" Ingat Yunho
"Ini merupakan panggilan yang lucu" Kata Wooyoung, memberikan alasan
"Apa yang kau bicarakan?" Yunho memiliki tidak senang dalam bicaranya
"Yunho melakukan debat" Mingi mendengar suara dan menemukan Yunho di sisi
"Tidak, Tuan Puteri. Maafkan aku" Yunho meraih tangan dari sisi tempat tidur
"Kalian selalu memperhatikan aku" Kata Mingi, meloloskan tawa kecil
"Aku pikir kita memperhatikan satu sama lain dengan baik" Yeosang menanggapi
"Bahkan, di masa depan, perhatikan aku dengan baik" Khawatir ada di bicara Mingi
"Bukan seperti aku dapat mengabaikanmu" Balas Wooyoung dengan kesan mudah
"Kau memiliki kecemasan dalam kepalamu?" San bersiap menjadi pendengar
"Aku hanya menginginkan diam di momen ini" Mingi menyamankan posisi kepala
"Kami merasakan hal yang sama" Yunho masih menggenggam tangan Mingi
"Kita akan memerlukan apartemen yang besar" Mingi mendengar bicara Wooyoung
"Dan kau menanyakan mengapa aku melakukan kerja dengan keras" Yeosang membalas
"Maksudku, kita dapat membagi situasi yang sulit" Wooyoung memberi jawaban
"Benar. Kita dapat menemukan jalan untuk melakukan ini bersama" San menunjukkan tenang
"Seperti kita menemukan jalan dengan Tuan Puteri" Mingi yakin Wooyoung tersenyum miring.
Mingi hanya menertawakan balas Wooyoung, memutuskan untuk menenangkan diri dengan menikmati momen ini daripada mencemas masa depan yang masih jauh. Kepala disandarkan pada bahu San, sementara Yeosang melakukan tatap dengan Yunho sebelum menukar tempat.
Mingi menyamankan jemarinya diantara jemari Yunho dengan surai yang menerima usapan halus dari San, melakukan percakapan lain sebelum kantuk menenggelamkan satu persatu dari kekasihnya. Dan Mingi mendengar senandung San yang mengantarkan dirinya pada lelap.
pillow talk ; complete
terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Hakuna Matata
Fanfictiontiga puluh satu hari dengan tiga puluh satu cerita Uke Mingi, sebagai perayaan ulangtahun Mingi. [prompt dari salah satu "30 Days OTP challenge"]