day 16

63 7 0
                                    

happy reading

Jongho memperhatikan Mingi yang mengenakan sepatu dengan sikap terburu, perlu diingatkan mengenai pintu dari unit apartemen yang belum ditutup dan tidak dikunci oleh sang pemilik ruang. Mingi hanya memperlihatkan senyum besar seakan dia tidak memiliki salah dan membalik langkah untuk sejenak.

Tangan Mingi memperlihatkan kimbap bentuk segitiga seperti apa yang biasa ditemukan pada toko kelontong, meraih tangan Jongho untuk menerimanya. Kelihatan si pemuda Song mengetahui Jongho tidak memiliki ingin untuk menghabiskan sarapan atau menyiapkan bekal, seperti hari-hari sebelum ini.

Mata Jongho menunjukkan jengah saat dia menyadari payah dari Mingi yang berusaha mengenakan dasi, menarik lengan dari lainnya.

"Kau belum menjadi ahli mengenai ini?" Jongho memberi tanya seraya memasangkan dasi milik lainnya

"Memasang dasi seraya berjalan bukan hal yang mudah dilakukan" Menemukan kesan merajuk Mingi

"Maka, seharusnya kau menyiapkan dirimu lebih awal" Dengus Jongho seperti dia tidak memahami teman

"Kau mengesalkan di hari ini" Pun Mingi membalasnya dengan ingin mendengus pada si lebih muda

"Tapi kau masih memberikan kimbap untukku" Jongho menggigit sisi dari kimbap yang diterimanya

"Karena aku tahu kau payah dalam menyiapkan sarapan" Mingi tidak menghenti langkah, hanya melirik.

Jongho tidak melewatkan senyum di wajahnya saat dia menyadari kimbap yang dia berikan dimakan dengan baik, sebaik mungkin dalam posisi melalukan jalan.

Memiliki posisi canggung dengan sekolah dimana terlalu dekat untuk menggunakan bis, dan terbilang memiliki jarak untuk melakukan jalan kaki.

"Ini seperti kau adalah ahli dalam menyiapkan sarapan?" Bibir Jongho memiringkan senyum selagi berkata

"Aku sungguh baik dalam menyiapkan sarapan" Pun Mingi memberi balasan dengan senyum berbangga

"Kau memberi isian ikan?" Jongho menyadari perbedaan dari kimbap yang biasa diberikan Mingi

"Um. Aku tidak mendapatkan isian daging sapi" Mingi yang selalu menyempatkan diri pada toko kelontong di malam hari

"Ah" Kepala Jongho melakukan angguk dengan kecil, memahami situasi yang dialami Mingi

"Kau ingin?" Oh, Jongho menemukan nada bicara seperti Mingi akan mempersiapkan diri.

Mingi bukan remaja laki-laki paling rajin yang pernah ditemui oleh Jongho, tapi Jongho tahu dia dapat melakukan banyak hal untuk membuat teman merasa baik.

"Aku tidak memiliki ingin mengenai sarapan, kau tahu" Terus terang merupakan pilihan Jongho

"Tapi sarapan adalah makan yang paling penting" Mingi dengan fakta pengetahuan yang random di pandangan Jongho

"Kau mengatakannya sebelum ini" Jongho telah mendengarnya pada bilangan yang tidak terbilang sebelum ini

"Daging sapi atau ikan?" Tanya Mingi didapatnya saat Jongho pikir pembicaraan telah selesai

"Aku tidak memasalahkannya. Ini hanya hal yang tak biasa darimu" Kata Jongho, menyimpan sampah di tas

"Bahkan, seandainya aku membeli isian alpukat?" Mingi melemparkan tanya dan mendapat kerut dahi Jongho

"Kau ingin membeli kimbap isian alpukat?" Bukan menemukan ini sebagai hal yang biasa

"Aku melihatnya di satu tempat, tapi aku tidak mengingatnya" Bibir Mingi menggulung dalam

"Oh" Jongho hanya menanggapi seadanya, memberi senyum tipis pada penjaga gerbang yang berjaga

"Kau tidak suka?" Mingi memikirkan kurangnya antusias dari Jongho sebagai penolakan

"Sejujurnya, isi dari kimbap bukan hal yang paling penting" Jongho membagi pikirannya

"Um. Hal yang penting adalah, kau memakan sarapan" Kepala Mingi mengangguk seperti dia setuju

"Tidak. Kau menyiapkan diri lebih awal, yang paling penting" Jongho menggeleng tak habis pikir

"Iya, iya. Aku memahaminya" Hanya mendapati Mingi yang membalas dengan acuh tidak acuh.

Mingi perlu seseorang yang mengguncang tubuh dan membangunkan dia, membeban tugas ini pada Jongho saat tahu mereka menempati satu blok apartemen. Bukan seperti Jongho akan mengeluhkannya dengan Mingi yang menyediakan sarapan.

Pagi yang mereka miliki bukan merupakan pagi tenang dalam banyak kesempatan, tapi Jongho menyenangi paginya dengan Mingi. Ah, dia menyenangi setiap momen dengan Mingi, sejujurnya.

needing each other ; complete

maaf untuk keterlambatan. terima kasih karena meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.

Hakuna MatataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang