I

3.3K 172 545
                                    

Happy reading ◉‿◉

  Memeluk kerapuhan

Mengapa dunia begitu sulit, melihat kerapuhanku yang mencoba bertahan...
Betapa besar aku terluka, melihat hari-hari yang sangat berat dan menakutkan.

Seandainya dunia tau...
Bagaimana rasanya aku melewati hari-hari gila ini.
Aku hancur, rapuh, dan terpuruk.
Apakah dunia dapat merasakannya?
Hatiku terluka menahan semua kekejaman dunia.

Hatiku hancur terus menerus...
Bahkan, untuk sekedar bermimpi pun terasa menakutkan.
Karna kini, mimpi tak lagi memberi memori indah. Dunia memang selalu mempermainkan ku.

Plak!!

Gadis itu meringis kesakitan, ia memegang pipi kanannya yang memerah akibat tamparan itu, sangat menyakitkan.

Ia mendongak, menatap seorang gadis dengan seragam sekolah yang sangat minim. Perempuan itu tengah menatapnya nyalang, tersirat raut kebencian di wajahnya.

"Bersihin sepatu gue!" Gadis yang kini tengah asik menikmati permen tangkai di mulutnya mengangkat kakinya, kemudian mendaratkan sepatunya tepat di bahu seorang gadis yang baru saja ia tampar.

Gadis itu merunduk, diam dan tidak berbuat apa-apa. Dia terisak, menangis dalam diam, air matanya  berjatuhan begitu saja membasahi pipinya yang memar.

"Gue suruh lo bersihin sepatu gue anjing, bukan nangis kayak gini!" Dia mendorong kepala gadis itu menggunakan kakinya, hingga gadis itu terenyuh ke belakang.

"Bersihin sepatu gue cepet! Pake baju lo," ucapnya sarkas. Kemudian ia meletakkan kakinya di atas paha gadis itu.

Gadis itu hanya bisa pasrah, apapun yang akan ia lakukan tidak akan bisa melawan perempuan di hadapannya ini.

Ia membersihkan sepatu perempuan itu menggunakan ujung kemejanya. Ia merunduk, meratapi nasibnya yang hanya bisa jadi perempuan malang.

"Udah-udah, muak gue liat muka lo itu." Ia kemudian beranjak, menghampiri tas gadis itu yang ia letakkan asal saat membawa gadis itu ke sini.

"Mana pr gue? Udah selesaikan?" Ia sibuk menghamburkan semua isi tas itu ke lantai. mulai dari buku hingga bekal gadis itu terjatuh, Nasi yang ia bawa tadi kini berserakan di atas lantai. Kemudian ia mengambil buku itu, "cabut guys!" Titahnya pada kedua antek-anteknya.

Ia menatap gadis malang itu dengan tatapan datar, "harusnya lo nggak sekolah di sini, ini bukan tempat anak jalang kayak lo," ucapnya menohok, kemudian dia pergi begitu saja setelah mendapatkan apa ia mau, ia juga memijak makanan yang terjatuh tadi.

Gadis itu hanya diam, tak berkata apapun dan tidak melakukan apapun. "Anak jalang," gumamnya dengan tatapan kosongnya.

Ia menatap nanar isi tasnya yang berhamburan di lantai, semua berantakan. Bahkan, bekal makanan yang ia bawa dari rumah hancur begitu saja, tak berbentuk, sangat tidak layak untuk di makan.

Ia kemudian bangkit, merapikan semua buku yang berserakan ke dalam tasnya. Ia menatap nanar nasi goreng yang telah di siapkan bundanya tadi.

Dia menghela napas berat, makan apa ia nantinya? Ia hanya punya uang sedikit, itupun akan ia gunakan sebagai ongkos untuk naik bis nantinya.

Tidak makan? Lalu apa energinya nanti untuk bekerja? Sepulang sekolah ia harus bekerja part time di salah satu cafe. Jika tidak bekerja, ia tidak akan bisa membeli buku, minta sama bunda? Penghasilan bunda sangat sedikit.

LUKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang