XXIII

389 51 249
                                    

Happy reading ◉⁠‿⁠◉


Dear dunia

Rasanya aku selalu terhanyut dalam senyuman itu

"Lo masih di sini?" Tanya Haikal menaikkan sebelah alisnya. Hal itu membuat Daniel memukul pelan lengan Haikal, "ngusir Lo? Jahat amat," dumel Daniel sedikit kesal.

Fania menatap Haikal yang juga menatapnya, entah kenapa rasanya Fania semakin canggung. Haikal menatapnya dengan tatapan penuh, yang membuat  jantungnya berdetak begitu kencang. Fania menelan ludahnya gugup, ia menggigit bibir bawahnya pelan, "Eum ... Bunda ada pesan, katanya Makasih udah bantu bunda semalam." Fania meremat kuat sisi rocknya gugup bercampur malu.

Haikal hanya mengangguk setelah mendengar perkataan Fania, "sama-sama," balasnya. Kemudian ia melirik tangan fania yang sedang meremat sisi rocknya, entah apa yang lucu namun Haikal tersenyum saat melihatnya.

"Oh yah, kal. Gue bisa minta tolong nggak?" Perkataan Daniel membuat Haikal mengalihkan atensinya dari Fania. Haikal menaikkan kedua alisnya, seolah bertanya kenapa.

"Lo tau Ivan ketua basket kan? Nah, semalam dia kecelakaan."

"Terus?" Haikal tak mengerti apa maksud Daniel.

"Gue mau minta tolong, Lo gantin dia tanding nanti, bisa kan?" Pinta Daniel memohon layaknya anak kucing yang hendak di telantarkan.

"Gak," tolak Haikal dingin, membuat Daniel menatapnya dengan sumpah serapah yang tertahan di ujung bibirnya.

"Kal, Lo kan bisa basket. Tolong lah gue kali ini!" Daniel mencoba membujuk Haikal.

"Gak mau," lagi dan lagi Haikal menolak

"Please lah kal, kali ini doang!" Mohon Daniel, namun Haikal sama sekali tidak mengusik.

"Ngapain si gadis miskin ini di sini?" Salah satu perempuan keluar dari dalam kelas dengan beberapa perempuan lainnya di belakangnya. Hal itu Membuat percakapan Haikal dan Daniel terpotong.

"Mau caper? Atau jangan-jangan mau jualan?" Wanita itu tertawa remeh, "mau open bo kan Lo kesini?"

CK, Haikal berdecak marah, ia menatap satu-persatu para gadis yang sedang menggunjing Fania dengan tatapan tajamnya. Hal itu membuat gadis itu menelan ludahnya takut, "ke kantin aja yuk!" Ajaknya kepada teman-temannya agar pergi dari sana. Mereka tidak mau jika harus berurusan dengan Haikal nantinya.

Mereka jelas sudah mengenal Haikal, laki-laki yang kerap di sapa psikopat tampan oleh seluruh penjuru sekolah itu memang sangat menakutkan. Entahlah, tapi tatapan laki-laki itu selalu mampu mengintimidasi setiap orang yang berhadapan dengannya.

"Fania?" Panggil Zega dari depan kelas anak IPA, ia berlari kecil  menghampiri Fania. Hal tersebut membuat Haikal dan Daniel menatapnya bersamaan.

"Dari tadi aku cariin kamu, tau-taunya disini, ngapain?" Tanyanya saat sudah menghampiri Fania.

Belum sempat Fania membuka mulutnya, "Ekhem ..." Haikal berdehem kencang sembari mengetuk-ngetuk kotak bekal dengan jarinya,  entah apa maksudnya. Yang jelas ia menatap Zega yang juga sedang meliriknya terlihat sedikit jengkel dengan perlakuannya.

Zega hanya manggut-manggut, "ngasih bekal?" Tanyanya kembali menatap Fania, namun tatapannya kali ini sangat berbeda saat dia berlari menghampiri Fania tadi. Terdapat sedikit desahan kekecewaan. Entahlah, Fania merasa semakin canggung disini.

"Iyah ka," jawab Fania berusaha setenang mungkin.

"Gue mau minta tolong lagi boleh, nggak?"

"Minta tolong apa ka?"

LUKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang